Upaya Kolaboratif Atasi Kesenjangan Digital

Common Room Network Foundation bersama Kedutaan Besar Inggris di Jakarta menggelar Pameran Jejaring Warga dengan tema “Merajut Akses Internet Berbasis Komunitas yang Bermakna di Indonesia”. Acara digelar di Bentara Budaya Jakarta, di Jakarta Pusat, pada Jumat (2/5/2025).
Share

digitalMamaID — Internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia saat ini. Indonesia bahkan tercatat sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar melebihi rata-rata dunia.

Hal ini terjadi karena internet memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti untuk hiburan, pekerjaan, pendidikan, kesehatan, hingga berbelanja online.

Sayangnya, di era digital ini, pemanfaatan internet belum sepenuhnya merata dan bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat. Kesenjangan digital yang cukup tinggi terjadi antara masyarakat perkotaan dan pedesaan, khususnya mereka yang tinggal di daerah 3T, tertinggal, terdepan, dan terluar wilayah Indonesia.

Pendekatan komunitas

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Common Room, Gustaff Harriman Iskandar dalam acara Pameran Seni Jejaring Warga di Bentara Budaya Jakarta. Menurutnya, jurang kesenjangan digital di Indonesia masih menganga lebar di tengah derasnya perkembangan teknologi dan upaya untuk mendorong transformasi digital.

“Karena memang pada kenyataannya sampai hari ini, kita masih menghadapi kesenjangan digital yang luar biasa, kita masih punya kesenjangan infrastruktur, ada gap skill dalam keterampilan digital, ada masalah di keamanan internet dan data pribadi, kita juga masih kesulitan untuk mendorong kebijakan regulasi digital yang lebih adaptif dan upaya untuk mendorong akses digital yang inklusif,” kata Gustaff di Jakarta, pada Jumat, 2 Mei 2025.

Untuk itu, kata dia, pendekatan berbasis komunitas masyarakat lokal adalah solusi untuk mempercepat pemerataan dan menghapus kesenjangan yang terjadi.  Karena pada dasarnya, masyarakatlah yang tahu bagaimana kondisi daerahnya masing-masing.

“Karena komunitas yang tahu apa kebutuhan mereka, apa tantangan mereka, apa kondisi-kondisi yang mereka hadapi, sehingga kami harus bikin kurikulum dan strategi pendekatan yang tepat untuk setiap daerah, termasuk juga solusi infrastrukturnya,” kata Gustaff.

Gustaff mencontohkan, ketika hendak membuat menara internet di Sumatera Barat namun terkendala oleh medan yang sulit dan kelangkaan bahan-bahan, kalaupun ada itu sangat mahal. Akhirnya mereka berembuk dengan komunitas masyarakat lokal untuk mencari solusi bersama.

“Karena di sana banyak bambu dan masyarakat sudah biasa memakai material bambu, akhirnya kita bikin menara dari bambu. Kita juga kolaborasi dengan teman-teman di ITB bikin struktur bambu yang cocok untuk menara internet. Jadi ada banyak solusi-solusi yang juga datang dari komunitas termasuk kurikulum dan materi-materi pelatihannya,” terang dia.

Peran masyarakat

Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa dan Daerah Tertinggal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Mulyadin Malik, turut menyoroti peran penting komunitas masyarakat lokal dalam membantu mengatasi kesenjangan digital tersebut. Terbukti, menara bambu internet ini, menurutnya adalah contoh nyata dari upaya kolaboratif untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia.

“Bambu internet Tower di Sulawesi Tengah merupakan sebuah inovasi yang menggabungkan material lokal dengan teknologi digital untuk menyediakan akses internet di daerah desa dan perdesaan. Ini bukan hanya tentang menyediakan konektivitas, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat beradaptasi dengan konteks lokal dan memanfaatkan kearifan lokal untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan,” terang Mulyadin.

Karenanya, lanjut dia, Kementrian Desa dan Daerah Tertinggal berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif yang mempromosikan  konektivitas digital di desa, pedesaan dan daerah tertinggal sebagai program dan kebijakan. Berikut ini lima komitmen Kemendes untuk mengatasi kesenjangan digital tersebut.

Pertama, meningkatkan infrastruktur digital di daerah pedesaan dan daerah tertinggal. Dua, memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengembangkan teknologi digital. Tiga, mendorong inovasi lokal untuk mengatasi tantangan konektivitas. Empat, memastikan inklusivitas pembangunan digital dengan memperhatikan gender equality, Disability and social inclusion (GEDSI). Lima, memfasilitasi kolaborasi antarpemangku kepentingan termasuk kerjasama internasional.

Kedutaan Inggris berbagi pengalaman atasi kesenjangan digital

Pendekatan berbasis komunitas masyarakat ini sebenarnya sudah lebih dulu diterapkan oleh Inggris untuk mengurangi kesenjangan digital pada masyarakatnya. Menurut Kepala Digital dan Urusan Sosial, Kedutaan Besar Inggris Samuel Hayes, dalam 40 tahun terakhir Inggris telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam teknologi digital dan mempersempit kesenjangan digital.

Inggris menangani kesenjangan digital ini dengan cara melakukan pendekatan multi-segi, termasuk investasi dalam infrastruktur digital, promosi literasi digital, dan dukungan pemerintah terhadap inisiatif inklusi digital.

“Inggris berusaha mengatasi ketimpangan digital yang ada melalui beragam investasi infrastruktur, mempromosikan literasi digital dan mendukung berbagai inisiatif yang inklusif,” kata Samuel.

“Pemerintah Inggris juga berkomitmen menyediakan 45 juta Poundsterling untuk meningkatkan konektivitas digital di sekolah-sekolah,” tambahnya.

Karena itu, Samuel ingin membagikan semua praktik baik yang telah dilakukan negaranya kepada Indonesia, agar Indonesia juga dapat mengurangi dan mempersempit kesenjangan digital yang terjadi antara masyarakat kota dan pedesaan.

Oleh karena itu juga tambah Samuel, sejak 2019, Kedutaan Inggris di Jakarta bersama Common Room Networks Foundation dan organisasi masyarakat lokal bergandengan tangan melalui Program Akses Digital (DAP). Program ini berupaya untuk menjembatani kesenjangan digital yang terjadi di Indonesia, dengan mengadakan pelatihan literasi digital melalui inisiatif Sekolah Internet Komunitas.

“Program ini berfokus pada kegiatan yang mendorong akses digital yang inklusif, terjangkau, aman dan berkelanjutan bagi populasi marjinal atau yang belum terlayani di Indonesia,” kata Samuel. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID