Digital Entrepreneurship: Menelusuri Peluang Bisnis untuk Perempuan

Ilustrasi digital entrepreneurship
Share

digitalMamaID – Hadirnya teknologi digital membawa peluang besar bagi perempuan untuk terus memberdayakan diri, salah satunya melalui entrepreneurship. Digital entrepreneurship bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, perempuan dapat mengembangkan bisnisnya di dunia tanpa batas.

Perempuan bisa mulai berjualan online, menjadi content creator, developer hingga digital marketing. Seperti yang dilakukan oleh Silvy Sisilya, ibu rumah tangga sekaligus content creator dan afiliator yang berhasil memanfaatkan media digital, khususnya media sosial untuk mendapat penghasilan tambahan.

“Buat saya yang bukan wanita karir dan nggak bisa memilih antara anak dan pekerjaan, media sosial itu sangat amat penting, apalagi kalau ingin punya penghasilan sendiri. Media sosial itu adalah jalan yang paling baik karena, sebagai afiliator kita bisa kerja tanpa harus keluar rumah, tanpa harus memperlihatkan wajah,” jelasnya dalam webinar Digital Enterpreneurship bersama Kutub.co yang didukung oleh UNDP Indonesia, Selasa, 6 Agustus 2024. Webinar digital entrepreneurship ini merupakan bagian dari program Women Media Collaboration yang melibatkan Indonesian Institute of Journalism dan media perempuan seperti Magdalene, digitalMamaID, Bincang Perempuan, Dewiku, dan KatongNTT.

Konsisten

Silvy sudah menjadi afiliator sejak tahun 2020, namun terhitung aktif mulai di April 2024. Ia secara konsisten mengunggah tiga konten dalam sehari dengan mengorbankan satu sampai dua jam dari 24 jam yang ia miliki untuk membuat konten. Hingga kini, Silvy berhasil meraup sekitar Rp50 juta hanya dari rumah.

“Kuncinya adalah konsisten. Konsisten itu wajib banget karena berpengaruh ke penghasilan kita nantinya. Untuk ide kontennya sendiri, sesuai dengan keseharian kita aja sebagai ibu rumah tangga atau sebagai pelajar atau pekerja. Jadi media sosial ini, Instagram dan TikTok, bermanfaat banget jika kita lihat dari sudut pandang yang positif,” lanjutnya.

Apa yang dihasilkan oleh Silvy merupakan benefit dari pemanfaatan digitalisasi. Jadi selain mendapatkan cuan, ia juga memiliki fleksibilitas waktu sebagai ibu rumah tangga. Beraktivitas di dunia digital memungkinkan perempuan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga lainnya.

Youth Digitalization Employment and Enterpreneurship Programme UNDP Indonesia Ima Eka Sari mengatakan, perempuan sebetulnya punya peluang yang besar dengan hadirnya teknologi dan Artificial Intelegence (AI).

“Peluang yang sangat besar khususnya bagi perempuan untuk bisa memberdayakan diri dan mencapai kesuksesan ekonomi serta mengurangi ketergantungan finansial pada pihak lain. Kita harus benar-benar bisa memaksimalkan peluang ini supaya kita bisa menghadapi tantangan-tantangan kedepannya yang sangat besar,” ungkap Ima.

Kesenjangan gender tidak hanya terjadi di bidang ekonomi. Di bidang teknologi pun masih ada kesenjangan yang besar. Jadi perlu upaya-upaya untuk mempersempit kesenjangan ini.

“Memberdayakan diri sendiri paling tidak, itu dulu sih sebenarnya sebagai perempuan karena kita berada di lapisan identitas yang bisa berlapis-lapis. Kita di kota mungkin lebih banyak aksesnya tapi, perempuan-perempuan yang berada di daerah-daerah tertinggal mengalami kesenjangan yang begitu jauh dari kita,” paparnya.

Program UNDP “Skill Our Future Indonesia

UNDP memiliki program yang sejalan dengan digital entrepreneurship, mencakup  digitalisasi dan keterlibatan perempuan. Program ini mendukung perempuan-perempuan yang ingin berkarya dan memberdayakan diri melalui bisnisnya. Program ini bernama Skill Our Future Indonesia yang diluncurkan tahun lalu.

Menurut Ima, salah satu latar belakang terbentuknya program ini adalah tingginya angka anak muda di Indonesia. Penduduk berusia 16 sampai 30 tahun mencapai 24% dari populasi Indonesia.

“Namun, challenge-nya adalah masih ada 35% dari perempuan di Indonesia itu yang belum mendapatkan kesempatan untuk belajar atau mendapatkan pendidikan atau mendapatkan training-training untuk skill up kapasitas mereka dan bahkan sebagian belum mendapatkan pekerjaan. Sementara kebutuhan di Indonesia itu ada 9 juta orang yang dibutuhkan hingga 2030 untuk berkarir di dunia digital,” paparnya.

Lebih lanjut program UNDP sendiri lebih berfokus pada digital skill dan Artificial Intelligence (AI). Bagaimana sebagai pebisnis apalagi perempuan, bisa memanfaatkan kehadiran AI ini, tidak skeptis tapi mencoba untuk berteman dengan AI. Kemudian ada juga kesempatan untuk bekerja, targetnya adalah usia 16 sampai 30 tahun yang harapannya 60% adalah perempuan. Target provisinya dari Aceh sampai Papua.

Tips mengoptimalkan media sosial

Data menunjukkan, 139 juta masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan sepertiga bagian dari waktu 24 jamnya untuk  berinternet. Di mana tiga jam 11 menitnya digunakan untuk bermain media sosial. Berdasarkan survei dari Kominfo juga, media sosial ini masih menjadi platform utama untuk masyarakat mencari informasi.

“Kenapa sih harus pakai media sosial? Dalam buku yang ditulis oleh Ines Mergel, Social Media in The Public Sector. Jika ingin berinteraksi, ingin berkumpul dengan orang-orang berarti ya harus ada di sana (media sosial),” ungkap Defira perwakilan ICT Watch mengawali sesinya.

Menurutnya, sekarang media sosial menjadi alternatif nomor satu untuk orang-orang mencari informasi, mengelola suatu organisasi, hingga mengelola bisnis. Jika ingin organisasi dan bisnisnya dikenal banyak orang artinya kita harus mau untuk masuk ke media sosial dan juga teknologi itu sendiri. Tidak terkecuali untuk mengembangkan digital entrepreneurship ini.

Tips memanfaatkan media sosial

Lalu bagaimana tips untuk bisa memanfaatkan media sosial untuk digital entrepreneurship yang optimal? Ada beberapa langkah yang diberikan oleh Defira, yaitu:

  • Persiapan mental

Siapkan mental sekuat baja! Perempuan memiliki tantangan dan risiko yang lebih besar di dunia maya. Misalnya menghadapi komentar negatif, hate speech, bahkan sampai dengan kekerasan seksual diranah online. Selain itu kita juga harus siap dengan tekanan untuk terus berkarya, siap dengan kritik dan komentar negatif, siap dengan risiko burn out, siap dengan persaingan ketat dan siap menghadapi ekspektasi masyarakat.

  • Alokasi waktu

Setelah itu yang harus dilakukan adalah identifikasi awal. Pertama kita harus tahu kemampuan diri kita dalam mengalokasikan waktu, perlu diatur berapa jam atau berapa hari dalam seminggu khusus untuk manajemen media sosial. Kedua, tentukan media sosial apa saja yang akan digunakan sesuai target audiens yang disasar. Ketiga, cari sumber daya, seperti videografer, editor, penulis jika dirasa perlu untuk membuat konten lebih baik lagi.

  • Eksekusi: pilih media sosial yang tepat

Langkah yang berikutnya adalah masa eksekusi. Penting ketika kita mengelola media sosial, bagaimana konten dikemas dan bagaimana konten bisa menarik perhatian orang sekaligus bermanfaat. Tapi tidak kalah penting juga adalah engagement atau menjalin hubungan dan interaksi dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Jadi content is the king, but engagement is the queen.

Pilih media sosial yang tepat dengan target audiens. Lalu pahami juga fitur dan algoritma dalam platform tersebut. Kita harus rajin belajar fitur-fitur di media sosial. Rata-rata masyarakat sering mencari rekomendasi kuliner, rekomendasi wisata lewat media sosial, yaitu lewat hashtag. Penting bagi kita ketika mengelola media sosial itu disertakan tautan peta menuju lokasinya. Kemudian postingan media sosial sebisa mungkin konsisten, banyak ide, dan kreatif.

Caption atau takarir juga tidak kalah pentingnya, di mana baris pertama adalah hal yang mengundang orang lain untuk tertarik atau tidak tertarik dengan konten kita. Bisa menggunakan metode story telling, bisa dengan kalimat-kalimat ajakan untuk kemudian bikin engagement yang tinggi.

Bicara soal ide konten, bisa menggunakan rumus IDEA (Inspire, Discussion, Educate & Entertain dan Attachment). Inspire, kita bisa bicara soal success story, biografi tokoh atau before-after yang banyak diminati. Discussion, bisa menggunakan polling, tanya jawab atau tebak-tebakan. Educate & Entertain bisa memakai quotes, tips and trick, humor. Attachment seperti behind the scene atau giveaway.

  • Monitoring evaluasi

Media sosial ini punya fitur analitik untuk mengecek bagaimana orang lain berinteraksi dengan media sosial kita, dengan konten-konten kita, bagaimana kinerja akun media sosial kita. Kita juga bisa melihat sejauh mana atau konten-konten seperti apa yang disukai oleh orang-orang. Kita bisa analisis dari data yang disiapkan oleh platform, di Instagram, ada Instagram Insight yang bisa mengecek di tiap kontennya ini kira-kira berapa orang yang terjangkau dengan konten kita, interaksinya sejauh apa, pertumbuhannya seperti apa. Ini juga bisa untuk menilai sejauh mana kita sudah berhasil membuat konten dan mengelola media sosial.

  • Patuhi regulasi

Terakhir, ketika mengelola media sosia untuk tidak melanggar standar komunitas atau regulasi yang ada di Indonesia maupun yang dibuat oleh platform-platform digital termasuk juga norma-norma masyarakat. Jika misalnya kita mengambil konten orang lain, ATM (amati, tiru dan modifikasi) itu tidak ada salahnya, tapi jangan lupa untuk menulis kredit, mencantumkan sumbernya.

“Jangan pernah gunakan media sosial itu untuk impress orang lain tapi gunakan bagaimana caranya untuk jadi impact untuk orang lain,” kata Defira menutup sesinya. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID