Sejak kabar hilangnya Emmeril Khan Mumtadz, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Sungai Aare, Swiss sejak Kamis (26/5/2022) mencuat, ruang digital kita dipenuhi dengan informasi terkait kejadian ini. Media sosial, berita online, hingga status di daftar kontak kita membicarakan kejadian yang memilukan ini. Bahkan, Sungai Aare mendapat review buruk atau bintang satu dari netizen Indonesia.
Belakangan, perilaku netizen seperti ini bukan kali pertama. Setiap ada sebuah kasus yang menjadiperbincangan di media sosial, netizen langsung turun tangan. Tidak hanya di akunmedia sosialnya, netizen juga menyerbu di kolom review di Google Map.
Bisa jadi, perilaku itu juga terkait dengan perilaku kita yang baru sebagai orang orang yang melek internet dan menggenggam telepon pintar. Setiap akan mendatangi suatu tempat, kita akan mencari lokasinya di Google Maps. Selain melihat rute yang akan kita tempuh, tentu kita mencari informasi lengkap soal tempat tersebut.
Ian Leader, Group Product Manager User, User Generated Content Google menjelaskan lewat blog Google, ulasan di Google Maps merupakan harta karun berupa pengetahuan lokal yang bisa mengarahkan orang lain ke tempat-tempat yang diinginkan. Ulasan yang diunggah pengguna setiap hari dari berbagai tempat di seluruh dunia ini merupakan salah satu cara agar informasi yang disajikan Google tetap relevan dan akurat.
“Kami telah membuat kebijakan konten yang ketat untuk memastikan ulasan didasarkan pada pengalaman dunia nyata dan untuk menjauhkan komentar yang tidak relevan,” katanya.
Parlu digarisbawahi, pengalaman dunia nyata. Artinya, review tersebut berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri oleh pemberi review. Poin ini yang tidak terpenuhi pada review Google Maps Sungai Aare. Review yang ditulis netizen terlihat tidak berdasarkan pengalaman langsung. Bahkan foto-foto yang disertakan merupakan foto dari lokasi lain.
Reviewnya merupakan luapan emosi karena Eril, sapaan putra Ridwan Kamil biasa dipanggil, belum juga ditemukan. Kejadian yang menimpa Eril memang peristiwa yang memilukan, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga masyarakat luas. Meski hanya lewat media sosial dan media massa, masyarakat Indonesia sudah merasa dekat dengan Ridwan Kamil dan keluarganya. Kesedihan yang dialami keluarga Ridwan Kamil dirasakan oleh kita semua. Tidak ada seorang pun yang menginginkan peristiwa ini terjadi.
Akan tetapi, meluapkan semua emosi di review Google Maps bukanlah tindakan yang bijak, apalagi keren! Tindakan ini juga tidak membantu keluarga Ridwan Kamil menghadapi situasi saat ini.
Review suatu lokasi, produk, layanan jasa merupakan sesuatu yang penting di era digital ini. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Santi Indra Astuti mengatakan, cara review produk bekerja sebenarnya sama dengan pemasaran dari mulut ke mulut (word-of-mouth marketing), hanya beda platform yang digunakan. “Kita dengar dari teman atau temennya teman. Nah sekarang ada orang-orang tertentu yang menjadi influencer. Cara kerjanya kan seperti itu juga,” katanya saat diwawancara digitalMamaID.
Review seharusnya membantu pengguna lain dalam mebuat keputusan berdasar pada pengalaman pemberi review. Oleh karena itu, yang diperlukan ialah ulasan yang jujur. Saat kita berbelanja online, kita pasti akan mencari tahu bagaimana penilaian pembeli atau pengguna lainnya kan? Jika penilaiannya baik, kemungkinan untuk turut membeli juga membesar, begitupun sebaliknya. Penilaian yang dilihat juga bukan hanya yang berating tinggi, tetapi juga yang rendah. Semuanya penting sebagai pertimbangan.
Santi mengatakan, rating bisa menjadi alat bantu, akan tetapi tidak bisa menjadi pijakan yang selalu valid. Rating juga bisa dipermainkan. Ingatkah ketika publik marah atas pernyataan Presiden Perancis yang dinilai kontroversial? Gara-gara hal itu, toko roti yang menggunakan bahasa Perancis mendapat review buruk, hingga mendapat rating bintang satu selama dua hari. Fenomena semacam ini beberapa kali terjadi karena sikap politik tertentu. “Ini pentingnya kita untuk membaca secara luas. Tidak ada cara yang betul-betul valid untuk membuat keputusan,” katanya. Pengguna perlu memperhatikan narasinya. Dalam kasus review buruk Sungai Aare, pengguna perlu memahami peristiwa yang terjadi hingga ulasan Google Maps Sungai Aare jadi sasaran.
Review Google Maps bertujuan agar calon pengunjung mempunyai gambaran yang jelas tentang lokasi yang akan didatangi. Mereka bisa membuat keputusan tentang kapan waktu terbaik untuk berkunjung, apa saja yang harus disiapkan, bagaimana cara yang paling efektif untuk sampai ke sana dan sebagainya. Informasi yang valid hanya bsa didapatkan dari mereka yang sudah pernah berkunjung. Kalau tidak pernah ke lokasi langsung, bagaimana bisa memberikan informasi yang akurat dan relevan? Alih-alih membantu, ulasan sembarangan hanya akan menyesatkan pengunjung berikutnya. Kita tidak mau menjadi korbannya kan?