digitalMamaID – Perkembangan digital tak bisa dibendung. Lalu, bagaimana mengatur penggunaan gadget untuk anak?
Penyanyi Andien Aisyah menganggap situasi saat ini tidak perlu dilawan. Akan tetapi, orangtua perlu terus belajar untuk memanfaatkan perkembangan digital sebaik mungkin.
“Dan bisa menjadikannya sarana yang aman dan nyaman, bahkan bermanfaat, untuk kita sekeluarga, terutama anak-anak kita,” kata Andien setelah menjadi pembicara di acara Petwoalangan Aprilittie yang diadakan oleh Birth Club (BC) April 2022, Sabtu, 18 Mei 2024 di Hotel Mega Anggrek, Jakarta.
Acara ini diadakan untuk memperingati ulang tahun kedua BC April 2022, sebuah komunitas para ibu yang melahirkan pada Bulan April. Pada acara kumpul anggota komunitas ini digelar pula Obral Obrol Literasi Digital bertajuk “Kasih Literasi Digital Ibu Kepada Beta” bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informastika. Hadir sebagai pembicara Andien dan Dokter Spesialis Anak RS. Pondok Indah William Jayadi Iskandar.
Peran orangtua
Andien mengatakan, orangtua berperan membibing anak dalam penggunaan gadget. Orangtua perlu terlibat aktif untuk mencegah anak terpapar konten digital yang tidak sesuai dengan usianya.
“Orang tua wajib memperkenalkan, mendampingi, membimbing, mengawasi dan memperhatikan kebutuhan anak serta bagaimana kita selalu berusaha berkomunikasi apapun yang terjadi di dunia digital, apapun yang dialami, ditonton, dan diakses oleh anak,” kata Andien.
Orangtua juga bisa untuk tidak terburu-buru memberikan gadget kepada anak. Cara ini perlu kehadiran orangtua secara fisik menemani anak sehingga mereka tetap sibuk dan terhibur.
Andien sendiri punya cara menyeimbangkan aktivitas anak yang menggunakan gadget dengan bermain fisik. Misalnya dia mengajak anaknya menggambar sebelum tidur. Salah satunya menggambar hal-hal yang anak lihat di konten digital. “Jadi memvisualisasikan kembali apa yang dia lihat di dunia maya,” katanya.
Kenali risikonya
Dokter William memaparkan risiko paparan gadget pada anak. “Risiko fisik, seperti, paparan blue light yang mengganggu siklus tidur anak, paparan cahaya yang dapat mengakibatkan anak memakai kacamata, risiko postur yang terganggu karena paparan gadget yang lama dengan posisi badan yang membungkuk, rasa malas beraktivitas fisik yang dapat berisiko obesitas,” tutur William.
Selain itu, terdapat juga risiko sosial seperti perasaan anti sosial. hal ini bisa terjadi karena anak merasa lebih nyaman menggunakan gadget dibanding bersosialisasi langsung. Bergaul di dunia maya juga memunculkan risiko cyberbullying yang dapat mengakibatkan depresi.
Meski banyak risiko yang timbul dari penggunaan gadget, William mengatakan, tidak mungkin hidup tanpa gadget di zaman serba digital ini. “Sehingga orangtua wajib untuk mengenalkan bahwa dunia digital itu aman asalkan, memang ada pengawasan dan pengaturan keamanan, mengatur berapa lama penggunaan dan posisi badan anak, serta juga menerapkan keseimbangan dengan aktivitas fisik,” lanjut William.
William menekankan pentingnya batasan penggunaan gadget untuk anak. Sesuai dengan rekomendasi Organisasi Profesi Dokter Anak, anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh menggunakan gadget kecuali untuk video call dengan keluarga. Anak usia 2-5 tahun maksimal menggunakan gadget 1 jam per hari. Di atas 5 tahun paling banyak 2 jam per hari.
Tidak hanya orangtua, seluruh anggota keluarga perlu pemahaman yang sama dalam pengasuhan anak. Sehingga bisa menyepakati aturan yang jelas dan anak tidak kebingungan.
Andien mengatakan, hal terpenting dalam meregulasi penggunaan gadget untuk anak ialah komunikasi. Ia meyakini, komunikasi yang baik akan berpengaruh pada penggunaan dunia digital yang baik pula. [*]