digitalMamaID – Beda zaman, beda tantangan. Menghadapi remaja di era digital jadi lebih menantang! Apakah Mama merasakannya?
Remaja sekarang tumbuh dan dekat dengan lingkungan yang dipengaruhi oleh teknologi digital. Apalagi kebanyakan remaja sudah memiliki gadget sendiri sehingga dapat dengan mudah mengakses informasi, media sosial, game online, dan berbagai platform digital lainnya.
Data Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia (Kominfo) menunjukkan, sebanyak 65,33% remaja Indonesia usia 9 -19 tahun adalah pengguna media sosial yang paling aktif. Hal ini membuktikan, remaja merupakan generasi yang adaptif dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Situasi saat ini jadi dilema tersendiri bagi orang tua. Di satu sisi, orangtya merasa cemas dan khawatir anak remajanya akan terkena pengaruh buruk teknologi. Ditambah berbagai kabar viral soal perundungan dan kekerasan seksual pada remaja. Orangtua semakin khawatir teknologi mempengaruhi perilaku remaja saat ini.
Tapi di sisi lain, orangtua juga memahami teknologi juga bermanfaat bagi remaja sebagai alat untuk belajar, berekspresi dan bersosialisasi. Teknologi juga bisa menjadi wadah remaja dalam berkreatifitas.
Strategi orangtua
Oleh sebab itu, orangtua perlu memiliki strategi dalam menghadapi anak remajanya di era digital ini. Apa saja sih strateginya? Berikut strategi yang dikumpulkan dari beberapa sumber:
1. Komunikasi secara jujur dan terbuka
Usia remaja selalu asyik dengan dunianya sendiri. Media sosial bisa menjadi akses terhubungnya remaja dengan teman-teman dan kenalan baru. Orangtua perlu membangun komunikasi yang akrab dengan remaja. Bicara jujur dan terbuka dengan tidak menghakimi atau meremehkan apa yang remaja lakukan. Berusaha memahami dan tertarik dengan aktivitas digital dapat membangun kepercayaan sehingga remaja merasa nyaman dan lebih mudah untuk bercerita dan berbagi informasi.
2. Membuat batasan yang jelas
Meski remaja bukan usia anak-anak lagi, tapi remaja perlu diberi batasan dalam penggunaan teknologi. Mama bisa memberikan pengertian akan bahaya dan risiko penggunaan teknologi yang tidak tepat. Kemudian beri kepercayaan untuk menentukan sendiri batasannya sehingga mereka merasa dihargai dan dianggap kedudukannya.
3. Bersikap positif
Mama perlu sabar dan bersikap positif. Mama tidak bisa bersikap terlalu keras yang membuat remaja akan semakin jauh. Alih-alih marah dan menghukum mereka karena lalai dalam menggunakan teknologi, lebih baik mencari solusi agar remaja terlindung dari kecanduan game dan media sosial. Mama bisa memanfaatkan kursus-kursus online yang masih berhubungan dengan teknologi digital untuk membangun kreatifitas dan keterampilan remaja. Misalnya saja kursus coding, desain, animasi, data analyst dan masih banyak lagi. Kegiatan tersebut diharapkan membantu remaja menemukan ketertarikan dan ingin mempelajari lebih dalam.
4. Menjaga hubungan yang baik
Masa remaja adalah masa transisi. Mereka rentan terhadap pengaruh negatif. Oleh sebab itu, perlu hubungan yang baik agar dapat mengawasi, mendampingi dan lebih memahami mereka. Mama jadi tahu kegiatan, kegemaran, dan teman-teman anak remaja di dunia digital.
5. Memberi contoh yang baik
Mama perlu memberikan contoh positif dalam penggunaan teknologi, seperti mengelola screen time yang seimbang, berinteraksi positif di dunia maya, memanfaatkan waktu luang dengan mengikuti webinar, dan lainnya. Keteladanan akan mendorong remaja mengikuti penggunaan teknologi yang baik pula.
6. Melakukan aktifitas tanpa teknologi
Bagi remaja, sendiri di dalam kamar berhadapan dengan gadget, laptop, atau komputer adalah dunia mereka. Namun sebagai orangtua, Mama perlu memotivasi dan mendorong mereka untuk beraktifitas di luar teknologi. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosialnya. Selain itu, remaja bisa menemukan wawasan baru di luar dunia digital. Banyak kegiatan tanpa teknologi yang bisa dilakukan seperti berolahraga, membaca buku, camping bersama keluarga, mengikuti program volunteer, dan lain-lain.
Menghadapi remaja di era digital ini memang tidak mudah. Pengaruh teknologi sangat kuat pada kehidupan remaja. Sehingga orangtua harus waspada menyikapi apapun yang berhubungan dengan kehidupan digital anak remajanya. Dengan strategi di atas, orangtua dapat membantu anak remajanya untuk menghadapi tantangan dunia digital dengan lebih sehat, bijak, dan bertanggung jawab. [*]