digitalMamaID – Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan ternyata tidaklah sulit. Kini banyak eco influencer yang didominasi oleh Ibu-ibu menyuguhkan konten edukatif yang dekat dengan keseharian.
Dilansir dari Ecofreek terdapat survei yang menunjukkan 77% orang ingin hidup lebih berkelanjutan (sustainability living) dengan mencari sumber infomasi dari influencer. Eco influencer adalah individu yang memanfaatkan platform media sosial untuk mengedukasi orang lain mengenai isu lingkungan. Misalnya saja isu tentang perubahan iklim, hidup minim sampah, bijak energi, dan lainnya. Selain itu juga menginspirasi dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Gaya hidup zero waste di era digital ini sangat dekat dengan keseharian para Ibu di rumah. Mama bisa ambil peran itu, bagaimana caranya?
Mama, influencer untuk anak
Pegiat hidup minim sampah yang juga seorang konten kreator, Widia Anggia Vicky, mengatakan seorang Ibu memiliki peluang besar untuk menjadi eco influencer. Ibu sebagai pemegang keputusan penting dalam rumah tangga berperan untuk menentukan asupan makanan, urusan pakaian, perawatan diri, hingga keperluan lain yang semuanya itu berkaitan dengan hidup berkelanjutan dalam keluarga.
“Bicara mengenai data, saat ini sampah terbesar yang dihasilkan sumbernya dari sisa konsumsi rumah tangga. Jika semua Ibu bergerak semua untuk pilah sampah dari rumah, berarti kita bisa ngurangin sampah di Indonesia lho,” ujar Vicky saat menjadi narasumber #digitalMamaTALK edisi live instagram pada November 2023 lalu.
Menurutnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Ibu dalam rumah bisa berdampak memberikan perubahan positif pada anggota keluarga. Sementara itu, jika diproduksi menjadi konten edukatif akan menjadi bahan awareness untuk jaringan yang lebih luas lagi. Misalnya dengan aktivitas memilah sampah, masakan home made, membuat sabun alami, cara memperlakukan pakaian, tips mengenalkan anak mencintai lingkungan atau hal lainnya.
“Tidak perlu khawatir berapa banyak pengikut kita di media sosial, yang utama adalah pesan edukasi yang kita sampaikan. Kita kan sudah punya follower sejati, yaitu anak kita,” kata Vicky yang juga Director @mamaberclodi.
Perpanjangan rantai kebaikan
Vicky berbagi mengenai pengalaman pertamanya menemukan kenyamanan dan kesenangan membuat konten zero waste from home. Bermula dari keaktifannya berkomunitas dan mengerjakan tugas membuat konten praktik hidup minim sampah dari rumah hingga menjadi pembiasaan dan keterusan membuat konten lanjutan.
“Bikin konten soal zero waste ini secara gak langsung mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Gabungan antara ilmu dan suka melakukannya, jadinya enjoy dan menyenangkan. Bisa untuk aktualisasi diri, sharing, sambil terus belajar hal baru,” ujar perempuan yang juga tergabung dalam komunitas alumni @belajarzerowaste_id.
Melalui akun Instagram @anggiapiki, Vicky membagikan aktivitas zero waste-nya dari rumah yang umumnya dekat dengan keseharian ibu rumah tangga. Seperti aktivitas mengompos, pilah sampah, trash audit, food waste, berkebun, decletturing, pembalut kain, dan lain-lain. Baginya, platform media sosial paling cocok digunakan menjadi rantai perpanjangan kebaikan untuk menyuarakan aksi merawat bumi.
“Aku dulu menemukan ketertarikanku di media sosial yaitu dari influencer lain yang lebih dulu mulai membuat konten. Bisa jadi ada aku-aku yang lain di luaran sana yang belum teredukasi mengenai cara hidup ramah lingkungan. Sehingga melalui konten yang kita buat bisa menjadi rantai kebaikan yang tidak putus,” tambahnya.
Mulai ngonten
Membuat konten tidak perlu menunggu sempurna. Mulailah dengan yang konten yang dekat dengan keseharian. Bisa eksplore segala hal dari rumah seperti mengurangi sampah, belanjaan yang kita beli, skincare, budaya naik transportasi umum, dan hal-hal lainnya. Nikmati proses belajar mengenai konten dan lingkungan.
“Media sosial pergerakannya sangat cepat, untuk itu harus mau terus beradaptasi dengan menutrisi diri dengan ilmu dan informasi. Pelajari skill ngonten secara bertahap dengan tidak melupakan pada value dan tujuan utama. Ingat lagi niat di awal ingin sharing edukasi atau monetisasi,” ujar perempuan asal Gresik yang kini telah mendirikan ruang belajar @waste.therapy.
Kelola ekspektasi, latih percaya diri
Ingin membuat konten yang bagus itu wajar, tapi perlu diingat untuk tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Percaya pada proses dan jangan khawatir dengan penilaian orang karena setiap kita memulai garis start yang berbeda. Tahan ekspektasi dengan menghargai pencapaian diri yang dulu dengan sekarang. Sudah bisa menggunakan aplikasi editing dan menyelesaikan proses edit hingga selesai adalah sebuah pencapaian besar lho, Mama!
“Melatih rasa percaya diri bisa dengan membiasakan sering melihat wajah dan mendengar suara sendiri di video. Rekam lagi dan lihat kembali gestur kita, lama-lama terbiasa. Jika tidak ingin tampil wajah, sudah banyak format konten faceless sehingga sangat memungkinkan untuk tetap ngonten, ” tambah Vicky.
Support system
Untuk menjaga konsistensi dalam menerapkan gaya hidup minim sampah dan menyajikan konten perlu membangun support system dalam keluarga dan lingkungan. Support system yang pertama adalah diri sendiri yaitu dengan terus membekali diri dengan ilmu supaya tidak mudah goyah. Kemudian upayakan untuk tetap satu suara dengan pasangan, berkomitmen untuk bertumbuh bersama. Meskipun dalam perjalanannya perlu waktu dan proses. Terus melakukan apa yang dirasa benar dan tetap welas asih pada keluarga yang belum mendukung.
“Bangun terus daya dukung dalam satu rumah dengan orangtua maupun mertua. Jika belum menerima, terus saja edukasi perlahan tanpa memaksa. Karena butuh proses juga untuk orang yang belum terbiasa. Tetap lakukan, dan biarkan orang terus melihat,” ujarnya.
Selain itu, Vicky menilai bahwa dengan menemukan komunitas yang tepat dan sejalan akan membuat apa yang dilakukan terasa ringan karena stimulus kebaikan terus bermunculan. “Naluri perempuan itu untuk menjaga dan melindungi, agent of change termasuk dalam isu lingkungan. Perkaya diri dengan ilmu untuk kehidupan anak-anak dan bumi kita di masa nanti,” pesan Vicky.