digitalMamaID – Pemilih perempuan di Indonesia merupakan kelompok besar. Tidak heran obrolan perempuan terutama ibu-ibu cepat menular dan menyebar ke sekelilingnya. Tanpa disadari, suara perempuan bisa memberikan pengaruh.
Bayangkan jika setiap pemilih perempuan menggunakan hak suaranya, dari satu menjadi lima, dari lima menjadi sepuluh. Ini akan memberikan kontribusi yang besar.
Tapi bagaimana sih agar suara pemilih perempuan yang besar ini tidak digunakan dengan sia-sia dalam pemilu nanti? Jika salah memilih dan menyesal, kita harus menunggu sampai pemilu berikutnya.
Bijak memilih
CEO Think Policy & Co-Initiator Bijak Memilih Andhyta Firselly Utami mengingatkan bahwa masyarakat, termasuk pemilih perempuan, harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan bijak. “Sebenarnya sudah bisa kita lihat di Bijak Memilih, program-program masing-masing calon kan memang beda-beda. Jadi kita bisa pilih yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Misalnya, setuju program cuti melahirkan untuk ayah dan ibu atau setuju dengan makan siang dan susu gratis, ya itu yang kita pilih. Karena yang nanti menang akan mengimplementasikannya, dan itu uang pajak kita,” jelasnya dalam Zoom Ibu Punya Mimpi bersama Bijak Memilih dan Sidina Community, Rabu, 7 Februari lalu.
Bijak Memilih sendiri merupakan inisiatif Andhyta bersama teman-teman komunitas Think Policy yang memang peduli dengan isu-isu seperti ini. Website ini dibuat ringan dengan tiga langkah, pertama dimulai dari isu, ada isu pendidikan, kesehatan, ekonomi. Kemudian yang kedua, yang paling penting adalah partainya. Ketiga perbandingan visi misi dan gagasan masing-masing calon.
“Penting memilih partai yang sesuai dengan isu diri sendiri. Apakah kita konsen terhadap isu iklim, jadi kita bisa lihat misalnya partai PKB setuju atau tidak dengan isu tersebut. Jadi kita bisa melihat kecocokan dengan partai. Kemudian ada data-data korupsi masing-masing partai, ini juga penting,” jelas Andhyta.
Menurutnya, penting untuk mencari tahu tentang partai ketimbang individu. Karena, calon legislatif di DPRD atau DPR RI itu bekerja secara kelompok bukan individu. Jadi jika kita mengagumi salah satu kandidat itu sebenarnya nanti ketika dia bekerja akan sesuai dengan arahan ketua umum partainya.
Memahami politik
Senada dengan Andhyta, Isti Budhi Setiawati, selaku Co-Founder Sidina Community juga setuju bahwa penting untuk melihat partai di belakangnya. Kata kunci politik itu tentang kepentingan, orang, kelompok, pengaruh dan tujuan.
“Ada kelompok, orang-orang ini berkumpul untuk mempengaruhi orang lain biar ikut dengan tujuan untuk bersama-sama mengakomodir kepentingan dia. Makanya dilihat dulu bibit, bebet, bobotnya. Cari aspirasi politik itu ya seperti cari jodoh,” lanjutnya.
Sidina Community sendiri adalah komunitas yang bergerak di bidang pengembangan diri dan pendidikan bagi perempuan Indonesia. Sidina Community ini salah satu mitra resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud). Fokusnya adalah mencerdaskan perempuan dengan mengasah kognitifnya. Kognitif selama ini menurutnya selalu disamakan dengan pintar padahal kognitif juga terkait nilai dan sebagainya.
“Kadang perempuan itu lebih banyak perasaannya. Jadi ketika mengambil keputusan, akan banyak melibatkan perasaan jika dia tidak mengetahui informasi-informasi, dasar-dasarnya. Namun, jika sudah memahami secara mendasar tentang sesuatu ia dapat merubah perspektifnya sama sekali atau jadi berbeda,” katanya.
Jadi menurutnya pemilih perempuan harus paham terlebih dahulu tujuannya apa untuk politik, tujuannya apa untuk memilih presiden. Sehingga ketika sudah memilih, perempuan tahu apa yang dipilihnya dengan segala konsekuensinya, itu yang menjadi value besar yang ada di Sidina Community.
“Bagi saya siapapun calonnya selama dia membawa kepentingan saya, itu dulu. Nah, pertanyaan saya, ibu-ibu sudah tahu belum maunya apa? Jika jawabannya masih terserah-terserah saja jadi bingung. Kalau saya kepentingannya pendidikan, kesehatan dan human development kita mumpuni. Karena teknologi bisa diambil, value tidak,” lanjutnya.
Ibu yang teredukasi
Serupa dengan Isti, Lead HR & Community Ibu Punya Mimpi Josephine Sitanggang menambahkan, ketika perempuan terutama seorang ibu teredukasi, pendidikannya semakin baik, tentu awareness terhadap partisipasinya dalam pemilu akan semakin tinggi. Hadirnya komunitas Ibu Punya Mimpi juga, sebenarnya untuk membangun mindset, visi misi positif yang membangun ibu-ibu agar lebih teredukasi bahwa suara perempuan dalam pemilu itu penting.
“Kenapa ibu penting memiliki pendidikan, karena peningkatan kualitas pendidikan seorang ibu akan mempengaruhi cara dia untuk memilih, perspektif dia, mindset dia dalam memberikan hak suara dan hak pilihnya,” lanjutnya.
Ada tiga poin menurutnya agar level confident untuk memilih lebih tinggi. Pertama, data, berbicara harus dengan data. Dasar membuat visi misi itu datanya harus jelas. Kedua, policy atau kebijakan sebelumnya, karena bagaimanapun mau tidak mau akan berpengaruh pada pemerintahan selanjutnya, jadi penting sekali untuk di kroscek. Bisa dengan meningkatkan literasi terkait policy sebelumnya dengan visi misi yang ada. Ketiga, harus bersumber pada aturan yang ada, karena Indonesia itu negara hukum.
“Jika sudah lihat gagasan para calon di Bijak Memilih, sebenarnya kita bisa lihat apa kata ahli. Kita kan tidak mengerti konteks yang ini benar atau tidak. Jadi kita langsung bekerjasama dengan 12 organisasi knowlegde partner. Jadi, misalnya ada sebuah gagasan tinggal di klik apa kata ahli, apakah make sense atau tidak,” tambah Andhyta.
Masih ada waktu beberapa hari lagi. Bijak memilih sudah cukup fair dalam menyajikan data. Tinggal kita sebagai pemilih perempuan mau untuk memahaminya, kemudian cari apa yang diinginkan. Bijak itu ketika kita memilih dan paham konsekuensinya. Sehingga nanti yang kita pilih menang atau tidak, melaksanakan semua atau tidak melaksanakan kita siap dengan konsekuensinya.
Ingat daripada tidak memilih, lebih baik memilih. Karena suara perempuan begitu penting dan berharga. [*]