digitalMamaID – Pernahkah anak beli aplikasi di Play Store tanpa sepengetahuan Mama? Ada cara untuk mencegah agar anak tidak transaksi sendiri di Play Store. Simak selengkapnya!
Menjadi orangtua dari generasi digital native tentu banyak tantangannya ya, Mama. Baru-baru ini ada cerita yang viral di media sosial tentang ketidaksengajaan anak beli aplikasi di Play Store. Anak balita ini membeli game hingga Rp 15 juta. Sedih ya, Mama!
Cara mengatur setelan Play Store
Seringkali memang saat anak menggunakan gawai dan lengah dari penglihatan. Anak jadi bisa mengakses aplikasi lain termasuk Google Play Store. Bahkan ada yang sampai bikin boncos! Namun, ada loh cara untuk mencegahnya. Mama bisa mengatur setelan di Google Play Store. Begini caranya:
- Buka aplikasi Google Play Store pada platform android
- Buka menu pengaturan dan pilih menu Setelan
- Pilih Autentikasi
- Klik ‘Perlu autentikasi untuk melakukan pembelian’
- Klik ‘Untuk semua pembelian melalui Google Play Store di perangkat ini’
Nah, sekarang semua pembelian di Google Play Store perlu minta persetujuan Mama dulu.
Batasi anggaran
Selain itu, Mama juga bisa mengatur anggaran untuk pembelian berbagai aplikasi di Play Store. Begini caranya:
- Buka aplikasi Google Play Store
- Buka menu pengaturan Google Play Store
- Pilih Pembayaran dan Langganan
- Pilih Anggaran dan Histori
- Masukkan anggaran maksimal yang mama tetapkan
Perlu diingat, pengaturan tersebut tidak bersifat membatalkan pembelian. Mama hanya akan mendapatkan notifikasi jika pengeluaran hampir mencapai batas maksimal. Lakukan terus pemantauan berkala. Semoga kali ini Mama tidak boncos lagi!
Menerapkan aturan dan kesepakatan
Selain mencegah dengan fitur pengaman, Mama juga perlu menerapkan aturan dan membuat kesepakatan dengan anak-anak mengenai penggunaan gawai. Mengenalkan anak tentang kapan, apa saja dan bagaimana menggunakannya akan membantu anak menggunakan gawai secara aman. Ketika digunakan dengan tepat, perangkat digital menjadi alat untuk membantu anak belajar sehingga mendukung perkembangan anak.
Do’s dan Don’ts
Orangtua perlu mendiskusikan do’s dan don’ts mengenai penggunaan gawai sesuai usia anak beserta alasannya dari sisi etika, keamanan, budaya, kecakapan digital. Termasuk aturan pemakaian screen time dan aktivitas bersama di luar gawai. Menghargai pendapat anak, menjadi pendengar yang baik dan eye contact. Peka terhadap anak dan emosinya, serta peka terhadap emosi diri.
Ketahui waktu yang tepat
Sebagai orangtua kita perlu tegas mengenai kapan dan berapa lama bisa memberikan anak kesempatan untuk bermain dengan gawai. Dengan begitu kita pun bisa membantu anak-anak siap menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh teknologi.
- Pada usia 0-2 tahun sebaiknya anak tidak dikenalkan pada gawai karena sinar pada layar gawai dikhawatirkan membahayakan mata anak dan radiasinya memengaruhi otak anak.
- Pada usia 2-4 tahun anak diperbolehkan menggunakan gawai untuk bermain gim sederhana dengan alokasi waktu maksimal 1 jam dalam sehari.
- Pada usia 4-7 tahun anak diberikan kesempatan untuk bereksplorasi dengan pendampingan dari orang tua atau orang dewasa. Sebaiknya anak diberikan peraturan dan batasan waktu dalam menggunakan gawai, yaitu maksimal 2 jam dalam sehari.
Pendampingan aktivitas digital
Saat menemani anak mengenal lebih dalam mengenai akivitas digital, kita perlu memposisikan diri sebagai orangtua yang berkesadaran yaitu belajar peka terhadap keunikan anak, berlatih mengelola emosi di media digital, serta menjaga circle digital yang positif. Melakukan pendampingan, pengawasan, evaluasi terhadap aktivitas serta menyediakan waktu untuk mendiskusikan hasil merupakan serangkaian tahapan yang perlu dilakukan oleh orang tua.
Mengenal literasi digital bagi anak
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, literasi digital pada anak usia dini merupakan sebuah sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak usia dini dalam menggunakan media digital yang ada di sekitarnya untuk mencari dan memanfaatkan informasi, belajar, bermain, atau mendapatkan hiburan secara sehat dengan pendampingan dari orang dewasa di sekitarnya.
Orangtua sebagai pendidik memegang peranan yang krusial untuk membimbing dan mengarahkan anak agar dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan sehat. Yuk Mama, terus membekali diri dengan literasi digital yang cukup untuk memberikan rasa aman pada anak dalam dunia digital. Selamat mencoba! [*]