Kehadiran kakek dan nenek di rumah seringkali menjadi sumber kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga, baik yang tinggal bersama maupun yang hanya sesekali berkunjung. Bagi kakek nenek, berkumpul dengan anak cucu dapat menjadi penghiburan dan pengisi waktu senja. Orang tua umumnya akan merasa tertolong karena adanya bantuan dalam mengasuh anak. Anak-anak sendiri biasanya juga akan merasa senang ditemani kakek neneknya, yang seringkali melimpahkan kasih sayang namun lebih longgar dalam hal disiplin.
Ya, penegakan disiplin di rumah memang seringkali menjadi sumber konflik antara orang tua dengan kakek nenek, bukan? Perbedaan pola asuh antar generasi ini selain menimbulkan kebingungan bagi anak, juga berpotensi mengganggu pola pengasuhan yang selama ini dibangun orang tua.
Salah satu hal yang dapat menjadi sumber perbedaan pengasuhan di era digital saat ini adalah tentang manajemen screen time di rumah. Mungkin pernah Mama menjumpai kakek nenek menyalakan televisi ketika anak makan, “Biar anaknya senang, makannya banyak”, padahal selama ini Mama sedang membiasakan anak makan tanpa screen time. Atau, kakek nenek membiarkan anak menonton video dari Youtube berlama-lama, “Gapapa, daripada lari-larian di luar”, padahal Mama biasanya menerapkan batas waktu menonton.
Apa yang dapat Mama lakukan sebagai orang tua ketika hal semacam ini terjadi?
1. Empati
Jangan dulu terbawa emosi ketika kakek nenek memberi kelonggaran pada anak dalam hal screen time. Sebaiknya, kita coba pahami dulu sudut pandang kakek nenek dalam hal ini.
Berprasangka baik
Kakek nenek tentu tidak mungkin secara sengaja melakukan hal yang bertujuan buruk kepada cucu-cucunya, bukan? Memahami hal ini akan mengurangi rasa kesal kita ketika konflik terjadi.
Maklumi perbedaan generasi
Di zaman kakek nenek masih menjadi orang tua dahulu, sumber screen time di rumah hanyalah televisi. Variasi jenis acaranya pun masih sedikit dan relatif ‘aman’ dibandingkan saat ini. Kakek nenek mungkin belum memahami berbagai resiko memakai gawai atau menonton televisi terlalu lama bagi perkembangan anak. Akibatnya, mereka cenderung memandang aktivitas tersebut selayaknya kegiatan lain yang tidak perlu pengawasan khusus.
Pahami keterbatasan fisik
Fisik kakek nenek tentu tidak sekuat dulu lagi. Jika anak-anak kita lincah dan aktif bergerak, kakek nenek mungkin merasa kewalahan dan tidak mampu mengikuti mereka. Karena itu, televisi atau gawai dinyalakan agar anak tenang dan tidak berlarian.
2. Komunikasi
Selanjutnya, yang dapat kita lakukan adalah mengkomunikasikan aturan main tentang screen time yang sudah disepakati orang tua dan anak di rumah kepada kakek nenek.
Jangan menggurui
Kakek neneklah yang telah mendidik Mama dan Papa sejak kecil. Tentu mereka tidak ingin diceramahi anak sendiri, bukan? Karena itu, penting untuk memilih kata-kata yang tidak bernada menggurui dengan tetap menaruh hormat dan sayang pada mereka.
Gandeng pasangan
Sebelum mulai berbicara dengan kakek nenek, pastikan Mama dan Papa kompak terlebih dahulu. Jika kakek nenek berasal dari pihak Papa, mungkin Mama bisa menyerahkan masalah ini pada Papa yang tentu lebih nyaman berdiskusi dengan orang tuanya sendiri.
Ceritakan kebiasaan di rumah
Alih-alih memberikan seperangkat aturan tentang screen time pada kakek nenek, Mama dapat mengemasnya dalam bentuk cerita keseharian. Misalnya, Mama dapat mengatakan, “Biasanya di rumah semua gadget kami simpan di dalam laci saat makan malam, Nek. Di meja makan anak-anak jadi lebih antusias bercerita tentang keseharian mereka kalau tidak sambil pegang HP”.
Contohkan dampak negatif screen time
Untuk meyakinkan kakek nenek bahwa screen time perlu dibatasi untuk anak-anak, berikan contoh nyata tentang berbagai kasus gangguan tumbuh kembang yang terjadi karena screen time berlebihan dari berbagai media. Mama misalnya bisa menceritakan anak tetangga yang terlambat bicara karena terlalu banyak main gadget, atau kasus yang dulu ramai dibahas di media tentang anak sekolah yang kecanduan gadget hingga menyakiti diri sendiri.
3. Adaptasi
Selanjutnya, saatnya praktik! Hal-hal berikut ini dapat Mama terapkan terutama jika kakek nenek tinggal bersama atau sering berinteraksi dengan anak-anak.
Beri alternatif kegiatan
Siapkan fasilitas untuk berbagai kegiatan alternatif bagi anak yang dapat didampingi oleh kakek nenek. Mama misalnya bisa menyediakan buku cerita dengan tulisan yang cukup besar untuk dibacakan kakek nenek, board games, atau balok-balok lego. Manfaatkan pula kearifan yang dimiliki kakek nenek sebagai hasil pengalaman hidupnya yang telah matang. Mama bisa meminta kakek nenek mendongeng tentang masa kecil mereka, berkisah tentang perjuangan rakyat melawan penjajah, atau membuat pohon keluarga bersama-sama. Fasilitasi pula hobi kakek nenek jika memungkinkan. Siapa tahu, di bawah bimbingan kakek nenek, anak-anak kita akan menjelma menjadi seorang tukang kayu atau penyulam handal!
Sediakan konten
Bagaimana jika screen time masih dipilih sebagai pengisi waktu? Pastikan kita telah menyeleksi dulu konten yang akan ditonton anak. Mama bisa memberitahu kakek nenek tentang jadwal tayang acara anak di televisi, atau lebih baik lagi, menyiapkan DVD atau media lain yang bebas iklan. Jika anak diperbolehkan bermain dengan gawai, pastikan pula Mama sudah menyiapkan apps apa saja yang sesuai untuk anak.
Pendampingan
Sampaikan pada kakek nenek bahwa Mama merasa lebih nyaman jika anak didampingi ketika menonton televisi atau bermain gawai.
Intervensi
Terkadang, kita mungkin perlu melakukan intervensi jika aktivitas screen time berjalan jauh di luar rencana. Tetap lakukan dengan sopan tanpa menyalahkan kakek nenek. Hindari pula perdebatan di depan anak-anak, ya!
Bersabar
Mengubah kebiasaan itu butuh waktu, tetap sabar melakukannya ya, Mama!
4. Relax!
Terkadang, tidak ada salahnya melonggarkan sedikit aturan ketika kakek nenek sedang bersama para cucunya. Apalagi jika anak-anak hanya sesekali dalam setahun berkumpul dengan kakek nenek. Siapa tahu, kegiatan rutin menonton kartun di rumah kakek nenek justru akan menjadi kenangan indah bagi anak-anak kita suatu hari nanti!
Kegiatan bonding bersama kakek nenek adalah pengalaman berharga bagi anak-anak kita. Di satu sisi, terkadang kita harus menerima bahwa pandangan kakek dan nenek berbeda dengan kita. Karena itu, kadang tidak mengapa jika mereka mengasuh anak-anak kita dengan cara yang sedikit berbeda. Di sisi yang lain, kitalah sebagai orang tua yang bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan pengasuhan anak-anak kita sendiri. Gunakan rasa untuk menimbang kapan kita perlu bersikap lebih tegas dan kapan kita dapat bertindak lebih fleksibel.
Selamat berbagi pengasuhan!
Kehadiran kakek dan nenek di rumah seringkali menjadi sumber kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga, baik yang tinggal bersama maupun yang hanya sesekali berkunjung. Bagi kakek nenek, berkumpul dengan anak cucu dapat menjadi penghiburan dan pengisi waktu senja. Orang tua umumnya akan merasa tertolong karena adanya bantuan dalam mengasuh anak. Anak-anak sendiri biasanya juga akan merasa senang ditemani kakek neneknya, yang seringkali melimpahkan kasih sayang namun lebih longgar dalam hal disiplin.
Ya, penegakan disiplin di rumah memang seringkali menjadi sumber konflik antara orang tua dengan kakek nenek, bukan? Perbedaan pola asuh antar generasi ini selain menimbulkan kebingungan bagi anak, juga berpotensi mengganggu pola pengasuhan yang selama ini dibangun orang tua.
Salah satu hal yang dapat menjadi sumber perbedaan pengasuhan di era digital saat ini adalah tentang manajemen screen time di rumah. Mungkin pernah Mama menjumpai kakek nenek menyalakan televisi ketika anak makan, “Biar anaknya senang, makannya banyak”, padahal selama ini Mama sedang membiasakan anak makan tanpa screen time. Atau, kakek nenek membiarkan anak menonton video dari Youtube berlama-lama, “Gapapa, daripada lari-larian di luar”, padahal Mama biasanya menerapkan batas waktu menonton.
Apa yang dapat Mama lakukan sebagai orang tua ketika hal semacam ini terjadi?
1. Empati
Jangan dulu terbawa emosi ketika kakek nenek memberi kelonggaran pada anak dalam hal screen time. Sebaiknya, kita coba pahami dulu sudut pandang kakek nenek dalam hal ini.
Berprasangka baik
Kakek nenek tentu tidak mungkin secara sengaja melakukan hal yang bertujuan buruk kepada cucu-cucunya, bukan? Memahami hal ini akan mengurangi rasa kesal kita ketika konflik terjadi.
Maklumi perbedaan generasi
Di zaman kakek nenek masih menjadi orang tua dahulu, sumber screen time di rumah hanyalah televisi. Variasi jenis acaranya pun masih sedikit dan relatif ‘aman’ dibandingkan saat ini. Kakek nenek mungkin belum memahami berbagai resiko memakai gawai atau menonton televisi terlalu lama bagi perkembangan anak. Akibatnya, mereka cenderung memandang aktivitas tersebut selayaknya kegiatan lain yang tidak perlu pengawasan khusus.
Pahami keterbatasan fisik
Fisik kakek nenek tentu tidak sekuat dulu lagi. Jika anak-anak kita lincah dan aktif bergerak, kakek nenek mungkin merasa kewalahan dan tidak mampu mengikuti mereka. Karena itu, televisi atau gawai dinyalakan agar anak tenang dan tidak berlarian.
2. Komunikasi
Selanjutnya, yang dapat kita lakukan adalah mengkomunikasikan aturan main tentang screen time yang sudah disepakati orang tua dan anak di rumah kepada kakek nenek.
Jangan menggurui
Kakek neneklah yang telah mendidik Mama dan Papa sejak kecil. Tentu mereka tidak ingin diceramahi anak sendiri, bukan? Karena itu, penting untuk memilih kata-kata yang tidak bernada menggurui dengan tetap menaruh hormat dan sayang pada mereka.
Gandeng pasangan
Sebelum mulai berbicara dengan kakek nenek, pastikan Mama dan Papa kompak terlebih dahulu. Jika kakek nenek berasal dari pihak Papa, mungkin Mama bisa menyerahkan masalah ini pada Papa yang tentu lebih nyaman berdiskusi dengan orang tuanya sendiri.
Ceritakan kebiasaan di rumah
Alih-alih memberikan seperangkat aturan tentang screen time pada kakek nenek, Mama dapat mengemasnya dalam bentuk cerita keseharian. Misalnya, Mama dapat mengatakan, “Biasanya di rumah semua gadget kami simpan di dalam laci saat makan malam, Nek. Di meja makan anak-anak jadi lebih antusias bercerita tentang keseharian mereka kalau tidak sambil pegang HP”.
Contohkan dampak negatif screen time
Untuk meyakinkan kakek nenek bahwa screen time perlu dibatasi untuk anak-anak, berikan contoh nyata tentang berbagai kasus gangguan tumbuh kembang yang terjadi karena screen time berlebihan dari berbagai media. Mama misalnya bisa menceritakan anak tetangga yang terlambat bicara karena terlalu banyak main gadget, atau kasus yang dulu ramai dibahas di media tentang anak sekolah yang kecanduan gadget hingga menyakiti diri sendiri.
3. Adaptasi
Selanjutnya, saatnya praktik! Hal-hal berikut ini dapat Mama terapkan terutama jika kakek nenek tinggal bersama atau sering berinteraksi dengan anak-anak.
Beri alternatif kegiatan
Siapkan fasilitas untuk berbagai kegiatan alternatif bagi anak yang dapat didampingi oleh kakek nenek. Mama misalnya bisa menyediakan buku cerita dengan tulisan yang cukup besar untuk dibacakan kakek nenek, board games, atau balok-balok lego. Manfaatkan pula kearifan yang dimiliki kakek nenek sebagai hasil pengalaman hidupnya yang telah matang. Mama bisa meminta kakek nenek mendongeng tentang masa kecil mereka, berkisah tentang perjuangan rakyat melawan penjajah, atau membuat pohon keluarga bersama-sama. Fasilitasi pula hobi kakek nenek jika memungkinkan. Siapa tahu, di bawah bimbingan kakek nenek, anak-anak kita akan menjelma menjadi seorang tukang kayu atau penyulam handal!
Sediakan konten
Bagaimana jika screen time masih dipilih sebagai pengisi waktu? Pastikan kita telah menyeleksi dulu konten yang akan ditonton anak. Mama bisa memberitahu kakek nenek tentang jadwal tayang acara anak di televisi, atau lebih baik lagi, menyiapkan DVD atau media lain yang bebas iklan. Jika anak diperbolehkan bermain dengan gawai, pastikan pula Mama sudah menyiapkan apps apa saja yang sesuai untuk anak.
Pendampingan
Sampaikan pada kakek nenek bahwa Mama merasa lebih nyaman jika anak didampingi ketika menonton televisi atau bermain gawai.
Intervensi
Terkadang, kita mungkin perlu melakukan intervensi jika aktivitas screen time berjalan jauh di luar rencana. Tetap lakukan dengan sopan tanpa menyalahkan kakek nenek. Hindari pula perdebatan di depan anak-anak, ya!
Bersabar
Mengubah kebiasaan itu butuh waktu, tetap sabar melakukannya ya, Mama!
4. Relax!
Terkadang, tidak ada salahnya melonggarkan sedikit aturan ketika kakek nenek sedang bersama para cucunya. Apalagi jika anak-anak hanya sesekali dalam setahun berkumpul dengan kakek nenek. Siapa tahu, kegiatan rutin menonton kartun di rumah kakek nenek justru akan menjadi kenangan indah bagi anak-anak kita suatu hari nanti!
Kegiatan bonding bersama kakek nenek adalah pengalaman berharga bagi anak-anak kita. Di satu sisi, terkadang kita harus menerima bahwa pandangan kakek dan nenek berbeda dengan kita. Karena itu, kadang tidak mengapa jika mereka mengasuh anak-anak kita dengan cara yang sedikit berbeda. Di sisi yang lain, kitalah sebagai orang tua yang bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan pengasuhan anak-anak kita sendiri. Gunakan rasa untuk menimbang kapan kita perlu bersikap lebih tegas dan kapan kita dapat bertindak lebih fleksibel.
Selamat berbagi pengasuhan!