digitalMamaID – Jika mendengar kata hoaks mungkin sebagian besar dari kita menilai bahwa itu berkaitan dengan politik. Padahal jauh sebelumnya, hoaks kesehatan sudah merajalela. Lalu, apa saja sih yang termasuk kategori hoaks kesehatan?
Dalam webinar antihoaks “Tips Terhindar dari Hoaks Kesehatan” yang diselenggarakan oleh Mafindo, Kepala Sekretariat Office Mafindo Harry Sufehmi menyebutkan kalau testimoni-testimoni soal obat atau kesehatan lainnya yang tidak terbukti secara klinis, itu juga merupakan salah satu hoaks yang berbahaya, lho! “Kalau kita langsung percaya saja dengan testimoni-testimoni yang tak terbukti secara klinis itu, tidak hanya bisa mencelakai diri namun juga berpotensi mengorbankan nyawa orang lain,” katanya pada webinar yang diselenggarakan pada pertengahan Mei 2023.
Misalkan saja pada saat pandemi Covid-19 lalu, banyak sekali orang yang tidak percaya akan keberadaan virus tersebut. Alhasil, mereka abai dan menentang berbagai hal yang berkaitan dengan pencegahan dan pengobatannya karena ketidakpercayaan. Lalu orang tersebut terjangkit penyakit Covid dan akhirnya meninggal dunia. Betapa berbahayanya hoaks itu, hingga bisa mengancam jiwa orang yang mempercayainya. Lalu, apa ya yang harus kita lakukan untuk menangkal kepercayaan terhadap hoaks kesehatan seperti itu?
Cara menangkal hoaks kesehatan
Pertama, kita perlu mengamati soal kecenderung hoaks yang mengarah ke arah materi atau follow the money. Informasi kesehatan yang kita terima jangan langsung dipercaya tetapi coba diteliti terlebih dahulu. Harry mengatakan, perlu dicek dulu bagaimana kecenderungan orang yang menjadi aktor hoaks. Apa yang jadi modus dan bagaimana ia menggiring publik untuk percaya. “Kalau di balik (hoaks) itu rupanya ujung-ujungnya soal uang. Bagaimana ia menyebarkan informasi yang tidak benar hanya untuk kepentingan pribadinya tanpa ada niat baik,” katanya.
Kedua, banyak hoaks mengandalkan adanya testimoni. Nah testimoni perihal produk atau jasa kesehatan itu sangat perlu diwaspadai. Jangan lekas percaya ya, Mama! Terlebih, dengan teknologi yang begitu pesat maka testimoni itu sangat mudah dibuat seolah-olah itu benar-benar percakapan yang nyata padahal hasil rekayasa. Jadi jika sebuah solusi kesehatan hanya berdasarkan testimoni tanpa bukti ilmiah, langsung skip saja.
Untuk mengecek hasil testimoni tersebut, kita juga bisa melakukan pengecekan berdasarkan clinical trials. Pengecekan ini tidak hanya bisa mengetahui efektivitas sebuah produk obat-obatan, tetapi juga bisa mengetahui apakah obat tersebut bisa menimbulkan potensi efek sampingnya.
Salah satu yang paling penting juga dalam clinical trials ini adalah faktor plasebo atau sugesti juga termasuk sudah diperhitungkan. Ini penting karena efek plasebo ini cukup signifikan. Ibaratnya kalau sudah tersugesti, tablet dari tepung pun ketika dikonsumsi dianggap berhasil memberi kesembuhan. Padahal itu hanya faktor sugesti.
Salah satu yg paling penting dalam clinical trials ialah terkait dosis. Sebab penggunaan obat dengan dosis yang keliru justru bisa menjadi racun.
Gunakan alat penangkal hoaks
Selain beberapa cara tadi, kita juga bisa menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Mafindo, yaitu Hoax Buster Tools (HBT). Aplikasi ini tersedia gratis, pengguna tinggal mengunduhnya. Aplikasi ini menyediakan beberapa fasilitas untuk memeriksa apakah informasi itu termasuk hoaks atau bukan. Dengan aplikasi ini pengecekan terhadap berita hoaks atau bukan, jadi lebih mudah.
Di aplikasi ini, Pengguna bisa melaporkan hoaks yang ditemukan atau melakukan pencarian terhadap berita hoaks. Kemudian, bisa juga melakukan pengecekan gambar, sebaran media sosial, termasuk melakukan pengecekan web, pencarian orang, hingga permainan.
Dalam aplikasi tersebut juga terdapat search engine dimana kita bisa mengakses Anti-Hoax Search Engine (ASE) yang sumber nya berasal dari website-website terpercaya. Tak hanya itu, hal yang lebih mudah lagi, kita bisa mengakses chatbot bernama Kalimasada, yang terhubung ke aplikasi WA. Melalu chatbot tersebut, kita bisa melakukan pengecekan secara instan dan terpercaya perihal chat yang dibagikan. Apakah mengandung hoaks atau fakta.
Mempengaruhi kepercayaan
Bagi dokter sekaligus influencer di bidang kesehatan dr. R.A. Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD, hoaks kesehatan mendominasi selama pandemi. Mirisnya, di tahun 2020 ia bahkan sempat menemukan penelitian yang menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-5 sebagai penyumbang rumor, stigma, dan teori konspirasi. Peringkat teratas ditempati oleh India, AS, China, dan juga Spanyol.
Maraknya hoaks di bidang kesehatan saat itu berdampak besar terhadap penurunan kepercayaan masyarakat pada dokter, pemerintah, maupun institusi kesehatan. “Akhirnya, informasi yang tidak akurat sangat mudah disebar dan dipercayai oleh masyarakat,” katanya. Terlebih, minimnya budaya literasi masyarakat menambah Panjang pekerjaan rumah kita untuk bisa membedakan mana yang sebenarnya hoaks atau fakta.
Ia berpendapat, dari kasus banyaknya hoaks di era pandemi menunjukkan, tingkat pendidikan seseorang tidak menentukan apakah seseorang itu bisa menjadi penyebar hoaks atau bukan. Sikap kritis lah yang menjadi kunci bagi seseorang bisa memilah dan menilai apakah kabar yang diterimanya itu benar atau sekadar hoaks.
Ia menyebut adanya sebuah studi internasional yang respondennya berusia di atas 15 tahun. Hasilnya, Indonesia berada di urutan pertama yang tidak bisa membedakan antara pendapat dan fakta, serta tidak tahu cara mendapatkan informasi yang benar.
Untuk menghentikan persebaran hoaks, masyarakat harus berhenti menyebarkan segala informasi tanpa mengecek kebenaran informasi itu. Saat menerima informasi di WhtasApp Group atau platform lainnya, sebaiknya tidak langsung membagikan informasi tersebut ke platform lain.
Adaninggar mengatakan, ada beragam cara untuk melakukan pengecekan. “Aplikasi bertanya ke dokter secara online bisa memudahkan kita melakukan pengecekan,” ujarnya.
Selain itu, kita juga bisa memastikan informasi yang diterima apakah sudah sesuai dengan sumber-sumber yang ada. Tentu diperlukan ketelitian untuk memilih sumber referensi terpercaya dengan melakukan pengecekan ke website resmi. [*]
1 thoughts on “Waspadai Hoaks Kesehatan, Mama!”
Pingback: Pentingnya Literasi Digital untuk Lansia, Kelompok Rentan di Dunia Maya