digitalMamaID – Anak muda sebagai pemilih pemula perlu punya daya kritis di tengah gempuran hoaks politik. Mereka perlu punya pengetahuan dan pemahaman politik. Sekolah Kebangsaan hadir untuk membangun kesadaran anak muda menjadi pemilih cerdas.
Tular Nalar dan Next Generation Indonesia (NXG) bekerja sama dengan Pusat Kajian Gender dan Anak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia (LPPM UPI) mengadakan kegiatan Sekolah Kebangsaan, Senin, 14 Oktober 2024, di Auditorium LPPM UPI. Sekolah Kebangsaan sendiri adalah kegiatan pelatihan Tular Nalar yang diinisiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) didukung oleh Google.org serta Love Frankie yang sudah berjalan sejak 2023.
Kegiatan yang ditujukan untuk anak-anak muda, khususnya calon pemilih pemula ini, bertujuan untuk memahami cara berpikir kritis. Sebagai pemilih pemula, mereka diharapkan mampu memeriksa fakta dan menavigasi berbagai tantangan digital. Pada akhirnya, program ini akan melahirkan pemilih cerdas di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024.
“Agar teman-teman swing voters ini terbekali dengan bagaimana mereka melakukan penginderaan hoaks,” papar Chief Executive Officer NXG Khemal Andrias ditemui langsung di Auditorium LPPM UPI.
Khemal yang juga bertindak sebagai fasilitator mengatakan, setiap menghadapi Pemilu banyak sekali gempuran hoaks. Sedangkan Indonesia tidak memiliki institusi yang berkaitan tentang itu, masyarakatnya pun banyak yang tidak terlalu tahu cara mencari informasi yang benar. Berangkat dari keresahan itu, MAFINDO yang menaruh perhatian pada disinformasi dan misinformasi, akhirnya membuat program yang berfokus pada hoaks Pemilu lewat Sekolah Kebangsaan. Fokus kegiatannya ialah penginderaan hoaks.
“Apalagi jika menarik mundur ke belakang di tahun 2019, banyak yang bermusuhan, akhirnya terpolarisasi padahal pemilunya sudah selesai. Harapannya, di tahun 2024 itu nggak terjadi lagi. Jadi kegiatan ini serentak diadakan agar anak-anak muda punya pemahaman menangkal hoaks, biar nggak melebar, biar berhenti disana,” lanjutnya.
Membuka pikiran
Kegiatan ini diikuti 100 peserta, kemudian dibagi menjadi 10 kelompok dengan satu fasilitator. Fasilitator ini berasal dari anggota NXG yang sudah mengikuti Training of Trainer (ToT). Jadi sudah dibekali berbagai materi untuk disampaikan kembali kepada para peserta dengan pendekatan microteaching. Di akhir kegiatan peserta akan mendengarkan hasil pembelajaran dari tiap kelompok.
Salah seorang peserta Sekolah Kebangsaan, Riksa Risalatul Ma’rifah merasa terbantu dan terbuka pikirannya setelah mengikuti kegiatan ini. Apalagi awalnya ia tidak terlalu suka dan tidak tahu soal politik, termasuk pemilu.
“Pengetahuan saya tentang politik jadi bertambah. Selain itu juga, jadi mengetahui akibat dari hoaks, cara berpikir kritis, mengetahui website resmi yang dapat dipercaya mengenai pemilu. Kegiatan ini bukan hanya menambah pengetahuan dan pemahaman saja namun menambah relasi dan pengalaman,” ungkap Riksa yang merupakan mahasiswa semester tiga Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini (PGPAUD) Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Ia berharap Pilkada serentak yang akan datang berjalan lancar, jujur dan damai. Pemimpin yang terpilih dapat menjalankan tugas-tugasnya secara adil dan jujur. Riksa sendiri mengaku sudah siap menjadi pemilih cerdas dan kritis di pemilu mendatang.
Pemilu bukan sesuatu yang instan. Prosesnya panjang, tapi selyuruhnya bisa dilihat dan diamati semua orang. Mulai dari pendaftaran calon, kampanye, hingga sepak terjang setiap calon semestinya bisa dipantau oleh masyarakat. Untuk itu, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk melek politik agar jadi pemilih cerdas.[*]