Hari Kesehatan Mental Sedunia: Refleksi Penting di Era Digital

Ilustrasi Hari Kesehatan Mental Sedunia
Share

digitalMamaID – Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, sebuah momentum global yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Di tengah kehidupan yang serba cepat, terutama di era digital ini, tekanan datang dari berbagai aspek, seperti pekerjaan, pendidikan, hingga tantangan parenting. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental menjadi semakin relevan dan penting untuk diperhatikan.

Sejarah dan perkembangan Hari Kesehatan Mental Sedunia

Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali diinisiasi oleh World Federation for Mental Health (WFMH) pada tahun 1992. Richard Hunter, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal WFMH, menjadi penggagas utama dari peringatan tahunan ini. Tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan kesadaran global tentang masalah kesehatan mental dan mendorong tindakan kolektif untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Pada tahun 1994, peringatan ini untuk pertama kalinya diiringi tema khusus. Dengan tema “Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia”, WFMH mulai memberikan fokus pada isu-isu spesifik yang relevan dengan kondisi kesehatan mental global saat itu.

Sejak saat itu, setiap tahun tema yang berbeda diusung sesuai dengan tantangan kesehatan mental yang dihadapi dunia. Misalnya, pada tahun 2023, tema “Pikiran Kami, Hak Kami” menekankan bahwa kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang harus diperjuangkan tanpa terkecuali.

Kesehatan mental di era digital

Perkembangan teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform video kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Bagi para orangtua, kemajuan teknologi ini membawa manfaat dalam hal informasi dan komunikasi, namun juga menambah tantangan baru dalam menjaga kesehatan mental diri sendiri dan anak-anak.

Media sosial, misalnya, sering kali menjadi sumber kecemasan dan perbandingan diri. Banyak orangtua merasa tertekan oleh standar-standar yang terlihat sempurna di dunia maya. Selain itu, paparan informasi yang terlalu banyak dan tidak terfilter dapat membuat para orang tua merasa kewalahan dalam mengambil keputusan terkait pola asuh anak.

Dampak teknologi terhadap kesehatan mental anak

Anak-anak yang tumbuh di era digital memiliki akses yang hampir tak terbatas ke dunia maya. Teknologi bisa menjadi alat yang kuat untuk belajar, namun di sisi lain juga bisa membuka risiko bagi kesehatan mental mereka. Cyberbullying, kecemasan, serta gangguan tidur akibat screen time yang berlebihan merupakan beberapa tantangan yang sering dihadapi anak-anak di era digital ini.

Untuk menjaga kesehatan mental anak, penting bagi orangtua untuk mengatur penggunaan teknologi di rumah. Mengajarkan literasi digital yang baik, membimbing anak dalam memilih konten yang positif, serta membatasi screen time adalah beberapa cara efektif yang bisa dilakukan. Selain itu, orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik dalam penggunaan teknologi agar anak-anak memiliki panduan yang jelas dalam mengelola waktu mereka di dunia digital.

Menjaga kesehatan mental orangtua

Tekanan yang dihadapi orangtua di era digital juga tidak kalah berat. Selain harus memastikan kesehatan mental anak-anak mereka, orangtua sering kali mengabaikan kesehatan mental mereka sendiri. UNICEF memberikan beberapa langkah yang bisa diambil orangtua untuk menjaga kesehatan mentalnya di tengah kesibukan mengurus keluarga dan menghadapi tantangan kehidupan digital:

  1. Me time: Meluangkan waktu untuk diri sendiri sangat penting. Me time bisa berarti melakukan hobi, beristirahat, atau sekadar menikmati waktu sendiri tanpa gangguan. Ini bisa membantu mengurangi stres dan memberikan kesempatan untuk memulihkan diri dari tekanan sehari-hari.
  2. Cari dukungan: Bergabung dengan komunitas orangtua atau kelompok dukungan bisa sangat membantu dalam menjaga kesehatan mental. Berbagi pengalaman dan mendengarkan cerita dari orang lain bisa memberikan perspektif baru dan solusi untuk menghadapi tantangan parenting. Jangan takut untuk meminta bantuan dari pasangan atau orang lain, karena mengasuh anak adalah pekerjaan bersama.
  3. Hindari perbandingan diri: Media sosial sering kali menjadi tempat di mana orangtua merasa tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain. Penting untuk diingat bahwa setiap keluarga memiliki dinamika dan tantangannya sendiri. Fokuslah pada apa yang terbaik untuk keluarga sendiri, tanpa merasa harus mengikuti standar yang ada di media sosial.
  4. Berlatih bersyukur: Orangtua bisa berfokus pada hal-hal yang harus disyukuri, seperti mengingat momen yang menyenangkan bersama keluarga.
  5. Istirahat, makan sehat dan olahraga yang cukup: Pastikan orangtua memiliki waktu tidur yang cukup, makan makanan yang sehat dan olahraga karena tiga hal tersebut sangat mempengaruhi kesehatan mental. Berolahraga bersama keluarga merupakan ide bagus selain hanya berjalan-jalan di mall.
  6. Gunakan alat daring: Gunakan alat dan konten online untuk mendukung kesehatan mental, seperti mengikuti kelas belajar, aplikasi meditasi, alat pembelajaran online, atau kelas olahraga.

Tema 2024: Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Pada tahun 2024, tema yang diangkat untuk Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah “Sudah Waktunya Memprioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja”. Tema ini dipilih melalui voting global yang melibatkan anggota WFMH, pemangku kepentingan, dan pendukung dari seluruh dunia.

Pekerjaan menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Orang dewasa menghabiskan lebih banyak waktu di tempat kerja daripada di aktivitas lain. Idealnya, pekerjaan seharusnya memberikan makna hidup, tujuan, serta kebahagiaan. Namun, kenyataannya, banyak pekerja justru mengalami masalah kesehatan mental akibat kondisi kerja yang tidak mendukung.

Masalah-masalah seperti depresi dan kecemasan menjadi gangguan mental yang umum terjadi di tempat kerja. Menurut WHO, masalah kesehatan mental yang tidak ditangani di tempat kerja menyebabkan kerugian ekonomi global hingga US$1 triliun setiap tahun. Pandemi COVID-19 juga telah memperjelas betapa pentingnya menangani masalah kesehatan mental di tempat kerja, mendorong banyak perusahaan untuk mulai lebih memperhatikan kesejahteraan mental karyawan mereka.

Fokus tahun ini

Pada peringatan tahun ini, perhatian difokuskan pada kondisi kerja yang sehat, manajemen stres, inklusi sosial, serta pemberdayaan di tempat kerja. Tema ini bertujuan memperjuangkan kesehatan mental di tempat kerja dan mengembangkan praktik terbaik untuk menciptakan budaya kerja yang lebih inklusif dan mendukung kesejahteraan mental.

Presiden WFMH, Tsuyoshi Akiyama, menyampaikan pentingnya kolaborasi global dalam meningkatkan prioritas kesehatan mental di tempat kerja. Dengan bekerja sama, baik pemerintah, perusahaan, dan organisasi non-pemerintah diharapkan dapat menciptakan perubahan nyata yang positif.

Hari Kesehatan Mental Sedunia bukan sekadar peringatan. Momen refleksi yang mendalam bagaimana kita bisa meningkatkan kesehatan mental di berbagai aspek kehidupan. Baik itu dalam kehidupan pribadi, pola asuh anak, maupun di tempat kerja, menjaga kesehatan mental adalah kunci untuk kehidupan yang lebih sehat, bahagia, dan produktif.

Sebagai bagian dari komunitas global, mari kita terus mendukung upaya ini. Kita bisa ambil bagian untuk menciptakan dunia yang lebih peduli akan kesehatan mental. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID