digitalMamaID – Sebanyak 13 persen desa di Indonesia belum terkoneksi internet. Desa-desa tersebut berada di daerah terpencil dan yang secara geografis sulit dijangkau. Rural ICT Camp 2024 kembali digelar sebagai upaya mendekatkan teknologi untuk membantu masyarakat di pedesaan.
Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Teknologi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Molly Prabawaty saat menghadiri pembukaan Rural ICT Camp 2024 di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa barat, Senin, 7 Oktober 2024.
Ia mengatakan, dari 93.971 desa di Indonesia, masih ada 12.548 desa yang belum mendapat akses internet yang memadai. Hal ini semakin kompleks dengan kondisi geografis desa-desa tersebut. Lokasinya berada di wilayah terpencil, pulau terluar yang sulit dijangkau.
“Di era revolusi industri ini, konektivitas menjadi kebutuhan primer yang mendasar. Konektivitas membuka peluang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang seringkali terpinggirkan dari arus utama pembangunan,” kata Molly.
Kominfo terus berupaya untuk memastikan tidak ada satu desapun yang tertinggal dari arus digitalisasi ini. Pemerintah menyediakan akses internet melalui Program Bakti Kominfo dan Palapa Ring di desa-desa di lokasi 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Tersambungnya akses internet ini bukan menjadi tujuan akhir. Selanjutnya, masyarakat perlu diajak untuk memanfaatk internet untuk kegiatan yang produktif dan inovatif.
Rural ICT Camp 2024
Pada penyelenggaraan kelima, Rural ICT Camp 2024 mengangkat tema “Konektivitas Pedesaan dan Ketahanan Iklim”. Molly mengatakan, tema ini sangat relevan dengan Indonesia yang dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan intensitas bencana seperti banjir dan tanah longsor. Dalam kurun waktu itu, peningkatannya bahkan mencapai 25%.
“Teknologi digital memungkinkan masyarakat menerima peringatan dini, monitoring real time, smart farming yang membantu dalam ketahanan pangan. Para petani bisa mendapat informasi akurat,” tuturnya.
Masyarakat juga bisa mengembangkan potensi lokal dengan memanfaatkan peluang baru. Misalnya saja menjual berbagai produk lokal di e-commerce. Pemasaran produk lokal tidak hanya mampu menjangkau pasar nasional, tapi juga internasional.
Data tahun 2023 menunjukkan, 212 juta masyarakat Indonesia telah terkoneksi internet. Angka ini terus bertumbuh. Namun, penting jug amemastikan pertumbuhannya inklusif dan merata.
Rural ICT Camp ini merupakan upaya nyata menjembatani kesenjangan internet di Indonesia. Kegiatan ini digagas oleh Common room sejak 2020. Sebelumnya digelar di Kampung Adat Ciptagelar (Jawa Barat), Bali, Pulau Aceh (Daerah Istimewa Aceh), dan tahun ini di Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Direktur Common Room Gustaff Harriman Iskandar mengatakan, upaya pembukaan akses digital dilakukan pertama kali lewat program percontohan 2019-2020 di Ciptagelar dan Ciracap. Saat menggelar Sekolah Internet Komunitas (SIK) pada 2020, Ciracap sedang diisolasi karena wabah Corona. ketika itu, semua aktivitas banyak mengandalkan koneksi internet. Kenyataannya, masih ada wilayah blank spot. Untuk mendapatkan koneksi internet, masyarakat harus menuju lokasi tertentu dan hanya bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
“Akhirnya kami lakukan pemasangan internet di SMP Negeri 5 Ciracap, SMK Eka Nusa Putra, Pondok Pesantren Al-Hidayah. Kini wabah sudah berlalu. Naun kawasan Ciracap masih pemulihan, belum normal sepenuhnya,” kata Gustaff. Ia berharap Rural ICT Camp 2024 yang berlangsung pada 7-11 Oktober 2024 ini juga bisa menggeliatkan wisata di Ujung Genteng.
Tidak ada “quick win”
Rural ICT Camp 2024 diikuti oleh Sekolah Internet Komunitas (SIK) yang telah dibina Common Room sejak lima tahun silam. Saat ini terdapat 11 SIK yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.
“Pendekatannya tidak satu untuk semua. Beberapa gagal, tapi ada juga yang tumbuh berkembang sampai saat ini. Semoga apa yang kami kembangkan bisa jadi inspirasi. Tidak hanya Indonesia, tapi dunia,” kata Gustaff.
Namun Gustaff menekankan, upaya kolektif ini merupakan perjuangan dalam rentang waktu yang panjang. Hasilnya tidak bisa instan. “Tidak ada quick win dan harus dilakukan terus-menerus,” ujarnya.
Pada akhirnya, kehadiran internet di desa harus mampu menghadirkan konektivitas yang bermakna. Mampu meningkatkan layanan pendidikan, kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk untuk mengatasi perubahan iklim.
Amanda McLoughlin dari Kedutaan Inggris di Jakarta menyampaikan kegembiraannya terlibat penuh selama lima kali penyelenggaraan Rural ICT Camp. Apalagi tahun ini sekaligus menandai 75 tahun hubungan Indonesia dan Inggris.
Ia mengatakan, penyediaan layanan digital merupakan salah satu perhatian pemerintah Inggris yang dilakukan melalui UK Digital Access Programme. “Program ini kita bisa berbagi ide dan praktif inisiatif pengembangan infrastruktur berbasis komunitas,” katanya.
Ia mengatakan, Rural ICT Camp menjadi momentum yang baik karena mempertemukan pemerintah pusat dan daerah, lembaga donor, dan aktivis pegiat literasi digital. Bahkan tahun ini diikuti oleh 50 orang perwakilan desa-desa yang didampingi oleh Common Room.
Amanda berharap kerja sama yang baik ini bisa terus ditingkatkan dan menghadirkan makna yang lebih dalam bagi masyarakat di pedesaan.
Akses internet untuk desa
Camat Ciracap Iwan Muhdiawan mengatakan, ICT Camp 2024 ini menjadi momen yang penting untuk membahas permasalahan krusial yang menyangkut konektivitas dan perubahan iklim. “Program ini sangat penting dalam menghubungkan masyarakat kami dengan dunia luar melalui akses internet yang saat ini masih sangat terbatas,” katanya.
Ia mengatakan, Ciracap memiliki banyak potensi. Salah satunya ialah wisata pantai yang indah. Empat dari lima desa di Ciracap memiliki pantai. Ciracap juga mempunyai perswahan dan perkebunan yang luas. Potensi ekonomi berbasis lokal ini masih terkendala karena akses internet dan teknologi.
“Hadirnya akses internet lewat akses internet komunitas bisa membuka peluang dengan teknologi. Petani kami bisa mengakses informasi cuaca dan pasar lebih cepat lagi. Nelayan juga memanfaatkan aplikasi teknologi di tengah laut untuk keselamatan. Pengusaha lokal bisa mempromosikan produk lewat platform online,” tuturnya.
Perubahan iklim menjadi tantangan yang semakin hari kian nyata. Nelayan kesulitan menghadapi perubahan cuaca. tak hanya merusak kapal nelayan, potensi bencana alam juga meningkat. Teknologi dan konektivitas yang kuat bisa berperan penting untuk mitigasi bencana di Ciracap. Ia berhrapap, Rural ICT Camp 2024 mampu memberdayakan masyarakat Ciracap untuk mengatasi tantangan yang menghadang. Tak terkecuali perubahan iklim yang semakin nyata.***