digitalMamaID – Era digital saat ini telah membuka peluang besar bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk lebih berkembang lagi. Teknologi memungkinkan pelaku UMKM untuk memasarkan produk maupun jasanya tidak hanya di dalam negari, bahkan sampai ke luar negeri. Digitalisasi UMKM harus dilakukan serius.
Akan tetapi, fakta di lapangan ternyata masih banyak para pelaku usaha yang belum bisa secara optimal memanfaatkan teknologi itu sendiri. Berdasarkan Indeks Transformasi Digital UMKM, yaitu sebuah tools sederhana yang dibuat oleh UKMINDONESIA.ID, tingkat adopsi teknologi digital pelaku UMKM ada di skor rata-rata 13,2 dari skor maksimum 27, yang artinya baru sekitar 50% saja.
Menurut Dewi Meisari Haryanti, selaku Co-Founder UKMINDONESIA.ID, indikator-indikator ini dibuat berdasarkan pengalaman melatih lebih dari 10.000 pelaku UMKM terkait teknologi digital. Dari 1.600 pelaku UMKM, hanya 400 orang yang kontak Whatsapp bisnisnya mencapai 1.000 kontak. Hanya 780 orang yang sudah mengaktifkan verifikasi dua langkah pada Whatsapp bisnisnya. Lalu 780 orang yang media sosialnya memiliki 500 lebih followers. Paling rendah, hanya 130 orang yang mengadopsi pemakaian website. Terkait penggunaan aplikasi digital untuk pencatatan keuangan berada di tempat kedua terendah.
“Ini masih rendah banget, jadi teknologi digital itu bukan hanya untuk marketing saja, tapi juga sebenarnya untuk merapikan keuangan bisnis kita. Kalau kita sudah pakai aplikasi digital, catatan transaksi itu ada datanya, rapi. Nantinya sangat memudahkan akses ke permodalan,” ungkap Dewi dalam webinar UMKM Survival Guide: Makin Berani Jualan Online (BEJO) di Era Digital bersama ICT Watch, Kamis, 12 September.
Tempat belajar
UMKM di Indonesia saat ini 99% nya adalah usaha ultra mikro yang omsetnya masih di bawah 300 juta per tahun. Impian UKMINDONESIA.ID adalah banyak pelaku usaha yang bisa naik kelas. “Minimal tembus 1 miliar satu tahun, dan salah satu caranya yang paling penting itu adalah mengoptimalkan teknologi digital dengan tujuan pemasaran dulu, nggak apa-apa. Jadi optimalkan pemasaran digital dulu untuk naikkan omset, setelah omset naik baru pakai teknologi digital untuk pembenahan keuangan,” lanjut Dewi.
Kerja UKMINDONESIA.ID sendiri sebenarnya adalah memproduksi pengetahuan dan mempublikasikannya untuk mempermudah masyarakat untuk mengakses ilmu, lewat versi baca dan versi video. Di situsnya, tersaji berbagai paket artikel, peluang ekspor, wawasan bisnis, akses modal, legalitas & perizinan, program kegiatan hingga modul-modul pengetahuan bisnis dasar, kuis hingga paket kursus gratis yang bisa diakses di sini.
“Intinya kami di UKMINDONESIA.ID dan mitra-mitra kami dan ekosistem yang kami bangun, semuanya itu hadir untuk memudahkan orang belajar. Karena percayalah tanpa belajar kita susah banget naikin penghasilan. Karena memang ternyata untuk mancing ikan, butuh kail, butuh kail supaya dapat ikan ada ilmunya, salah kita ngelempar kail, salah kita milih lokasi, nggak dapat ikan. Kurang lebih uang juga seperti itu. Jadi ayo budayakan baca tiga artikel sehari,” lanjutnya.
Mengelola usaha di era digital
Denden Sofiudin, Founder Rumah Kopi Temanggung adalah salah satu contoh keberhasilan digitalisasi UMKM. Sebagai pelaku usaha, ia sukses bertranformasi dan memanfaatkan teknologi digital dengan optimal. Awalnya, Rumah Kopi Temanggung memang di inisiasi secara digital. Mulai dari lokapasar Bukalapak, setelah itu Tokopedia kemudian aktivasi di Shopee.
“Kanal-kanal di jualan kami itu memang dari awal fokusnya online. Ketika masuk ke ranah offline di akhir tahun 2016, kami menggunakan Google Bisnisku. Jadi Google Bisnisku itu benar-benar kami maksimalkan untuk ke pelanggan,” ungkap Denden.
Menurutnya, sejak 2017 sampai sekarang, ketika orang mengetik kata ‘Kopi Temanggung’, walaupun tidak selalu muncul di halaman pertama di pencarian Google Maps tapi beberapa pengunjung mengaku tertarik ke Rumah Kopi Temanggung karena Google Map yang terlihat lebih responsif dibanding yang lain. Begitu juga dengan ulasan-ulasan atau komentar-komentar yang muncul di petanya menjadi opsi bagi pengunjung untuk datang.
“Selain Google Bisnisku, saya juga menggunakan WhatsApp Bisnis. Whatsapp Bisnis memiliki fitur ‘Pesanan’ yang otomatis bisa merekap pesanan sekaligus ongkirnya. Plus di WhatsApp Bisnis itu sekarang sudah bisa membuat shortcut atau jalan pintas untuk menampilkan rekening. Jadi tolong ke pelanggan jangan kasih rekening berupa image,” ujar Denden.
Berdasarkan total kunjungan, rata-rata yang berkunjung secara digital ke Rumah Kopi Temanggung setiap bulannya di angka 7.000 sampai 9.000 orang. “Nggak kebayang kalau kita ternyata buka usaha, orang datangnya offline ribuan perbulan. Iya profit tapi, capeknya seperti apa coba?” kata Denden.
Keputusannya untuk masuk ke ranah digital sejak awal usahanya adalah langkah tepat dan berbuah hasil. Apalagi ketika dilanda Covid tiga tahun lalu terbukti eksisnya. Walau Denden merasa seperti blessing in disguise, merasa dapat berkah ketika orang lain terkena musibah, tapi realitanya memang seperti itu.
Tantangan digitalisasi UMKM
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari usaha yang dijalankan online. Akan tetapi, digitalisasi UMKM juga memiliki tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi pelaku usaha. Menurut Denden paling banyak kasus yang terjadi lebih ke social engineering, jadi orang-orang melakukan pendekatan secara engineering tapi tujuannya untuk melakukan penipuan. Ada beberapa modus, diantaranya:
-
Transaksi segitiga
Misalnya A memasang iklan besi di Facebook dengan harga normal. Begitu A menyantumkan toko besinya, lalu B menduplikasi iklan A dan membuat iklan yang lain dengan harga murah. C tertarik dengan harga yang lebih murah. Jadi bertransaksi dengan B tapi, B tidak mau meminta pembayaran langsung, maunya hanya COD, COD tapi dalam bentuk transfer. B beraksi mengontak A bahwa ada pesanan besi untuk dikirim ke alamatnya. Besi dikirim dan sampai kepada C, C membayar transfer ke B. Tapi A merasa tidak menerima pembayaran, tidak mau menurunkan besinya. Sampai masuk ranah hukum, yang kalah C. B selamat, membawa kabur uangnya.
-
Bukti transfer palsu
Sering terjadi, namun bank sudah banyak memberikan background atau sistem, versi digital lebih transparan, lebih tersamarkan. Jadi mulai sulit untuk ditiru.
-
Q&A palsu
Tapi, Q&A palsu itu bisa diminimalisir dan bisa dihilangkan dengan cara titik bisnis yang dimiliki itu diverifikasi, dikelola. Jadi semisal ada Q&A yang tidak relevan dengan bisnis bisa di report saja. Biasanya kalau yang reportnya pemilik bisnis, tidak menunggu lama, pihak Google langsung men-delete.
-
QRIS diduplikasi
QRIS di duplikasi, ditempelkan ke pola QRIS pelaku, lalu dikirim balik ke seller. Ketika dipindai dan approve seller memasukkan PIN, maka pembayarannya masuknya ke rekening pelaku. Jadi sebaiknya QRIS hanya dipakai untuk transaksi offline. Jangan diarahkan atau share secara online.
Walau digitalisasi UMKM banyak tantangannya, Dewi mengingatkan, pelaku usaha tidak perlu ‘parno’ (paranoid) berlebihan. “Sekarang karena kita mau hidup di dunia langit, dunia internet, ancaman itu ada dimana-mana. Lebih baik, fokuslah untuk meningkatkan kompetensi diri,” ujarnya.
Ia menambahkan, agar sukses berbisnis di dunia digital ini pelaku usaha harus mengadopsi sikap mental jadi pembelajar sampai akhir hayat. Jadi jangan pernah lelah belajar.
“Nggak usah mengharapkan pemerintah, nggak usah mengharapkan negara lain. Cukup Tuhan sama kita aja, otak kita, tangan kita, mata kita, semuanya dioptimalkan. Insyaallah nanti alam semesta mendukung, cuan bertambah dan mudah-mudahan bisa menembus satu miliar pertama. Jangan lupa kalau satu miliar tembus, tambah karyawan agar bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain juga,” pungkasnya. [*]