digitalMamaID – Di era serba digital, anak sudah mengenal gadget sejak kecil. Jika penggunaannya tidak diatur, hal ini ini bisa mempengaruhi kemampuan bicara anak. Ada cara yang bisa Mama lakukan untuk melatih anak bicara. Apa saja itu?
Penggunaan gadget yang berkepanjangan bisa mempengaruhi kemampuan bicara anak. Pengaruh gadget terhadap keterlambatan bicara anak dapat dijelaskan dalam berbagai cara. Anak-anak yang menggunakan perangkat media pintar cenderung tidak terlibat dalam aktivitas yang mendorong kemampuan berbicaranya, seperti berbicara dengan orangtua dan saudara kandungnya. Ketika anak-anak menghabiskan waktu lama di depan layar, mereka tidak berhubungan dengan orang lain. Mereka membatasi peluang untuk memperoleh kata-kata baru dan mengembangkan keterampilan komunikasi.
Aplikasi dan permainan elektronik juga dapat membuat pasif. Anak-anak hanya menonton atau mendengarkan tanpa berinteraksi. Jenis permainan ini tidak memberikan banyak kesempatan anak-anak untuk mengembangkan kemampuan mereka. Permainan elektronik secara signifikan mengurangi jumlah rata-rata ucapan anak dibandingkan dengan permainan mainan tradisional.
Membaca dan bernyanyi
Dokter spesialis anak Mesty Ariotedjo mengatakan, memberi stimulasi anak untuk belajar bicara itu sebenarnya mudah sekali. “Pertama, interaksi dari orangtuanya dan kedua, dari AAP (American Academy of Pediatrics) sendiri menyarankan mainan itu mainan tradisional seperti buku, balok, puzzle, flashcard. Jadi nggak perlu mainan canggih-canggih karena itu bisa buat overwhelmed,” katanya dalam podcast bersama Nikita Willy yang tayang pada Februari 2024 lalu.
Menurut Mesty, ada dua aktivitas yang sangat dianjurkan AAP untuk melatih anak bicara. Pertama, membaca buku sedari bayi, kedua ajak anak bicara dan bernyanyi. Iya Mama, sesederhana itu melatih anak bicara! Mama bisa melakukanannya saat tummy time yang bisa dilakukan sejak abyi baru lahir.
“Dengan itu interaksinya jalan, pemahaman konseptualnya jalan, listening–nya juga jalan. Hubungan timbal balik itu penting sekali. Tapi, banyak orangtua yang sibuk dengan gadget-nya. Padahal UNICEF dan WHO juga nggak minta muluk-muluk, 20-30 menit perhari untuk aktivitas tanpa distraksi antara orangtua dan anak. Tapi itu untuk satu anak saja,” jelasnya.
Mendeteksi keterlambatan bicara
Menurut Mesty, keterlambatan bicara atau speech delay sebenarnya bisa dideteksi dari usia tiga bulan atau enam bulan jika anak belum bisa babbling. Ada sebuah penelitian, untuk anak-anak yang diberi screen time di bawah satu tahun berisiko menderita autisme. Bukan menonton membuat jadi autis tapi, menonton dari dini itu berisiko kena autisme, speech delay dan obesitas.
Dr. Jenny Radesky, Assistant Professor of Developmental Behavioral Pediatrics at dari University of Michigan dan anggota American Academy of Pediatrics’ Executive Committee of the Council on Communications and Media dalam Majalah Time mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa AAP tidak merekomendasikan penggunaan perangkat genggam atau komputer untuk anak di bawah 18 bulan, malah mendorong orangtua untuk memanfaatkan masa kritis ini dengan berinteraksi langsung dengan anak. Penelitian terbaru menunjukkan, anak-anak belum mampu memahami hubungan antara dunia dua dimensi di layar dan dunia tiga dimensi di sekitar mereka.
“Bahkan jika mereka bisa meniru apa yang mereka lihat di layar, mereka tidak selalu bisa mentransfernya ke dunia nyata,” katanya.
Sekalipun orangtua memaparkan anak mereka dengan konten pendidikan, waktu menonton di depan layar mungkin tidak membantu perkembangan mereka. Radesky juga mencatat, jumlah waktu menonton yang didapatkan anak sebenarnya mencerminkan faktor sosial, budaya, dan ekonomi. Ini mungkin lebih berkaitan dengan stres yang dirasakan orangtua atau seberapa konsisten pengasuhan anak. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat bagaimana hal-hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak, termasuk bahasa ekspresif.
“Yang penting adalah menciptakan ruang dan waktu yang tidak terhubung dengan ruang elektronik. Sehingga keluarga dapat menciptakan batasan untuk waktu pemakaian perangkat,” kata Radesky.
Memberikan ruang untuk interaksi langsung dan tatap muka dengan anak-anak mungkin tidak mudah bagi orangtua. Meski begitu, hal tersebut sangat penting untuk dilakukan.[*]