digitalMamaID – Hadirnya teknologi komunikasi yang semakin canggih mengubah banyak aspek kehidupan. Di satu sisi, aktivitas bisa lebih mudah. Di sisi lain, hal ini membuat ikatan keluarga di era digital pun berubah.
“Mau ngobrol apa? Cerita apa? kan tiap hari sama-sama,” penggalan ucapan suami kepada istri yang sedang sempat viral ini menohok banyak hati perempuan. Di era teknologi komunikasi serba canggih kebuntuan komunikasi keluarga justru terjadi. Meski sama-sama memegang telepon selular, banyak orangtua yang kesulitan menghubungi anaknya. Sebaliknya, ada juga anak yang ingin bermain dengan orangtua, tapi justru mereka sibuk dengan gawainya.
Afeksi
Menurut teori kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar. Kelima kebutuhan itu ialah kebutuhan dasar atau fisiologi, rasa aman, sosial, mendapatkan penghargaan, dan aktulisasi diri.
Di era digital ini, pemenuhan kebutuhan ketiga, yaitu kebutuhan sosial, rasa cinta, kasih sayang dan hak kepemilikan, ini semakin menantang. Jika hal tersebut tidak didapatkan individu akan merasa kesepian, merasa sendiri, depresi dan juga stress serta dalam hari-harinya dapat mengalami kecemasan berlebihan.
Ketika anggota keluarga mendapatkan kasih sayang, cinta dan terpenuhinya kebutuhan afeksi lainnya, maka akan memberikan dampak yang positif bagi relasi antar anggota keluarga, lho, Mama!
Dalam sebuah penelitian berjudul “Pengaruh Teknologi Smartphone Terhadap Perilaku Orang Tua di Desa Touure Kec. Tompaso” yang diterbitkan di Jurnal Acta Diurna pada 2016 menunjukkan, teknologi smartphone dapat berdampak signifikan terhadap perilaku orang tua di sana. Perubahan itu tidak hanya pad ahal positif, tapijuga negatif. Perubahan negatif itu terjadi karena kurangnya pengetahuan atau kecakapan orangtua dalam menggunakan smartphone. Hal inilah yang membuat orangtua kesulitan mengantisipasi dampak negatif teknologi dan gagal memanfaatkannya secara optimal.
Cara membangun koneksi di era digital
Di era teknologi digital yang semakin merajalela, tantangan baru muncul bagi keluarga. Meskipun teknologi membawa kemudahan komunikasi dan akses informasi, penggunaan yang tidak terkendali juga dapat mengganggu hubungan dan kesejahteraan keluarga.
Di era gempuran digital ini, penting bagi keluarga untuk memahami perubahan yang terjadi dan membangun fondasi yang kuat untuk tetap terhubung. Berikut adalah panduan untuk mengatasi tantangan dan membangun koneksi yang kokoh di era digital yang bisa Mama coba:
1. Menjadi sadar akan dampaknya
Langkah pertama adalah menyadari dampak teknologi digital pada keluarga. Diskusikan bersama tentang manfaat dan risiko penggunaan teknologi secara berlebihan, serta bagaimana hal itu memengaruhi hubungan dan kesejahteraan keluarga.
2. Tetapkan batasan dan aturan
Tentukan aturan dan batasan yang jelas terkait kapan saja penggunaan teknologi di rumah. Misalnya, tentukan waktu screentime bagi setiap anggota keluarga, tetapkan waktu bersama tanpa teknologi, dan tentukan area bebas teknologi di rumah. Misalnya area makan bebas tanpa gadget.
3. Prioritaskan komunikasi langsung
Jalin komunikasi yang lebih dalam dan langsung di antara anggota keluarga. Jadwalkan waktu untuk berkumpul tanpa gangguan teknologi, seperti makan malam bersama atau kegiatan keluarga di luar rumah.
4. Berbagi aktivitas keluarga
Manfaatkan teknologi untuk meningkatkan interaksi keluarga. Misalnya, gunakan aplikasi untuk merencanakan kegiatan bersama, bermain permainan edukatif secara online, atau berbagi minat dan hobi melalui media sosial.
5. Beri contoh yang baik
Tunjukkan contoh yang baik dalam penggunaan teknologi dengan menggunakan media secara bijak dan bertanggung jawab. Beri tahu anak-anak tentang pentingnya menggunakan teknologi dengan etika dan kesadaran akan privasi.
6. Tetap waspada terhadap konten yang tidak sesuai
Periksa dan pantau konten yang diakses oleh anggota keluarga, khususnya anak-anak. Aktifkan kontrol orangtua di perangkat mereka dan berikan pemahaman tentang bahaya online, serta cara aman menggunakan internet.
7. Perhatikan keseimbangan
Tetapkan keseimbangan antara waktu yang dihabiskan di dunia digital dan aktivitas di dunia nyata. Ajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan, berinteraksi dengan teman-teman secara langsung, dan mengembangkan keterampilan non-digital.
8. Tetap fleksibel dan terbuka terhadap perubahan
Terakhir, tetaplah fleksibel dalam menghadapi perubahan teknologi dan kebutuhan keluarga. Selalu buka untuk berbicara dan menyesuaikan aturan serta strategi keluarga sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam menghadapi era gempuran digital, keluarga dapat mengatasi tantangan dengan membangun fondasi yang kuat berdasarkan komunikasi, kebijaksanaan, dan keseimbangan. Dengan kesadaran dan kerja sama, keluarga dapat tetap terhubung, bahagia, dan berkembang bersama di tengah arus teknologi yang terus berubah. [*]