digitalMamaID – Media sosial biasanya dikuasai oleh orang muda yang bangga memiliki jutaan pengikut dan kolaborasi besar. Namun, belakangan ini, muncul gelombang baru influencer yang menciptakan jalur mereka sendiri di media sosial, yaitu grandfluencers.
Grandfluencer merujuk pada influencer yang memiliki usia yang lebih tua atau “grand” (kakek/nenek). Dalam konteks media sosial dan pemasaran, influencer biasanya adalah individu yang memiliki basis pengikut yang besar di platform seperti Instagram, YouTube, atau TikTok dan dapat memengaruhi opini atau perilaku pengikut mereka terkait produk, merek, atau tren.
Mereka berjuang melawan diskriminasi usia (ageism). Para lansia ini berhasil membangun ketenaran mereka di dunia online, sambil menghadapi prasangka dan diskriminasi berdasarkan usia.
Dari mana asal kata grandfluencer?
Tidak jelas bagaimana asal-usul penggunaan istilah grandfluecer ini. Merujuk pada Dictionary.com, istilah ini lahir dari kombinasi istilah influencer dan awalan grand. Influencer merujuk pada seseorang dengan banyak pengikut di media sosial. Grand biasanya digunakan untuk menunjukkan hubungan generasi, misalnya dalam kata-kata seperti grandparent. Pada istilah grandfluencer, itu hanya digunakan sebagai penanda usia. Meski tentu saja tentu saja beberapa grandfluencer mungkin sebenarnya merupakan seorang kakek atau nenek.
Istilah grandfluencer diyakini mulai popular sebagian karena artikel Associated Press pada September 2021. Artikel itu secara mencolok menggunakan istilah tersebut untuk membahas tren berkembangnya orang tua yang mengembangkan pengikut media sosial yang besar.
Apa yang membuat menarik?
Jenis konten yang dicari pengguna media sosial mengalami pergeseran. Jika sebelumnya orang menyukai konten yang direncanakan, diatur, dan diedit, kini lebih menyukai konten yang lebih otentik. Inilah alasan besar mengapa grandfluencer menjadi begitu populer. Audiens mencari konten yang mengangkat suara baru, prespektif baru, dan secara keseluruhan membuat mereka merasa bahagia.
Seperti influencer tradisional, grandfluencer memiliki hubungan yang erat dengan pengikut mereka. Pengikut mereka juga telah membentuk hubungan kepercayaan dan minat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Para grandfluencer membuktikan masih banyak hal yang bisa dilakukan dalam hidup meskipun sudah lanjut usia. Mereka mendorong orang untuk merayakan perbedaan dan hidup dengan bebas tanpa takut akan penilaian orang lain.
Pandangan positif ini dan pergeseran perspektif terhadap hidup menjadi salah satu alasan utama yang membuat para grandfluencer ini sukses. Merek-merek mulai banyak yang menggunakan grandfluencer. Biasanya mereka menambahkan unsur kebijaksanaan, realitas, dan pengalaman hidup ke citra merek mereka sebagai strategi pemasaran.
Apakah ini strategi yang baik?
Generasi yang lebih tua ternyata aktif di media sosial dan bahkan membangun merek pribadi, menjadikan mereka mitra merek yang luar biasa. Meskipun sering diabaikan dalam pemasaran, baby boomers memiliki kekuatan pembelian besar. Mereka menghabiskan waktu online sekitar 15 jam per minggu dan mengeluarkan sekitar $7 miliar setiap tahun secara online.
Meski begitu, sebagian besar pemasar hanya mengalokasikan 10% anggaran pemasaran untuk generasi ini. Di sisi lain, mereka mengalokasikan sekitar 50% untuk kaum milenial.
Pertumbuhan pesat pemasaran influencer, melibatkan grandfluencer menjadi penting bagi merek untuk merepresentasikan dengan akurat mereka yang memiliki kekuatan pembelian. Merek yang terbuka untuk memasarkan kepada demografi ini dapat membuka peluang baru, mengatasi stigmatisasi, dan menyambut demografi yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.
Siapa saja grandfluencer terbesar?
Ada beberapa nama grandluencer yang moncer di jagad maya dirangkum dari Sostandard.com:
@baddiewinkle
Helen Ruth Elam yang berusia 92 tahun adalah grandfluencer OG, ia pertama kali mencuri perhatian di internet pada usia 85 tahun dan memiliki sekitar 3,5 juta pengikut di Instagram. Nenek glamor ini selalu membuat pernyataan mode yang membuat generasi yang lebih muda terkesan. Helen membuktikan tanpa keraguab bahwa usia hanyalah angka.
@iconaccidental
Lyn Slater adalah professor hokum yang berusia 67 tahun di Fordham University di New York. Dengan hamper 800 ribu pengikut di instagram, dia mendapat ketenaran secara tidak sengaja ketika disangka sebagai fashionista oleh fotografer pada suatu acara mode. Tujuan Lyn dengan platformnya adalah menunjukkan bahwa menua dengan anggun itu mungkin.
@irvinrandle
untuk membiarkan para wanita mencuri perhatian, Irvin Randle yang berusia 59 tahun membuat nama untuk dirinya sebagai Mr. Steal Your Grandma. Ia membagikan berbagai pakaian favoritnya kepada hampir 500 ribu pengikut.
Pemasar digital
Kalangan bisnis rupanya menyambut kehadiran grandfluencer ini. Beberapa merek bahkan sudah bekerja sama dengan mereka. Siapa saja yang sudah memepercayakan para influencer lanjut usia sebagai pemasar digital mereka?
Aura Frames
Aura Frames, perusahaan teknologi bingkai foto digital, menjadi contoh sukses bekerja sama dengan grandfluencer. Tidak biasa melihat perusahaan teknologi berkolaborasi dengan orang lanjut usia, tapi karena perubahan perilaku belanja selama 2020, Aura Frames melihat peluang menjangkau audiens baru. Mereka menyadari bahwa demografi di atas 50 tahun memiliki daya beli besar dan kurang tampil di media sosial. Kampanye influencer terberhasil mereka bukan dengan seseorang berusia 20-an, melainkan dengan @travelingblackwidow, seorang pensiunan konselor berusia 65 tahun. Postingannya bukan hanya iklan terbaik Aura Frames sepanjang tahun, tapi juga menghasilkan lima kali lebih banyak konversi dan enam kali lebih banyak keterlibatan dari iklan atau influencer sebelumnya.
Fashion Nova
Merek lain yang mengandalkan grandfluencer adalah Fashion Nova. Merek pakaian ini menyadari bahwa generasi yang lebih tua juga ingin bergaya, dan mereka bekerja sama dengan Helen Van Winkle yang berusia 90 tahun sejak 2018. Sekarang, tidak hanya wanita yang mendapatkan perhatian, Fashion Nova juga bekerja sama dengan Irvin Randle, seorang pendidik berusia 59 tahun, untuk mempromosikan lini pakaian pria mereka. Posting terbaru untuk merek ini mendapat 22.245 suka.
Amazon
Pada musim liburan terakhir, Amazon Devices meluncurkan kampanye yang menampilkan grandfluencer. Musim liburan bisa sulit bagi lansia yang terbatas di rumah dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga. Tahun lalu, pandemi Covid-19 membuat hal itu menjadi masalah yang dihadapi banyak orang lanjut usia. Untuk menunjukkan bagaimana Amazon Echo Show memungkinkan keluarga tetap terhubung, mereka melibatkan granfluencer. Video awal kampanye menampilkan aktor Pete Davidson dan ibunya. Amazon menyatakan tujuan kampanye ini adalah menunjukkan cara keluarga tetap terhubung secara virtual dan menjaga tradisi liburan hidup, dengan mengakui peran sentral kakek-nenek dalam liburan. Kampanye ini juga melibatkan Baddie Winkle, Nancy Fuller, Lili Droniak, dan Granny Coy.
Menurut Mama, siapa sih orang Indonesia yang termasuk dalam grandfluencer ini? Seru juga kalau di usia lanjut seseorang bisa produktif dengan memanfaatkan media sosial. [*]