digitalMamaID – Pernahkah Mama menghitung berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh remaja untuk berselancar di dunia maya? Tanpa kita sadari, remaja dan smartphone semakin tidak bisa dipisahkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Common Sense menjelaskan bagaimana sebenarnya remaja dalam menggunakan smartphone mereka. Menurut penelitian Common Sense yang dilakukan pada remaja di Amerika Serikat, 43% anak pra remaja (usia 8 hingga 12 tahun) dan 88% hingga 95% remaja (usia 13 hingga 18 tahun) memiliki ponsel pintar sendiri. Sekitar setengah anak-anak di mendapatkan ponsel pertama mereka pada usia 11 tahun.
Pada penelitian yang dirilis pada September 2023 ini pula, anak-anak muda ini menggambarkan berbagai pengalaman positif dan stres dengan ponsel mereka. Ada yang berharap tidak mendapatkan ponsel begitu cepat. Namun, ada juga yang menggambarkan ponsel sebagai sesuatu yang mereka tidak bisa hidup tanpanya.
Pada era digital ini smartphone seperti barang wajib untuk remaja. Tapi apakah Mama tahu berapa lama waktu yang dihabiskan oleh remaja dengan smartphone? Apa saja yang dilakukan remaja di dunia maya? Berikut temuan menariknya!
Waktu yang dihabiskan remaja dengan smartphone
Penelitian dari Common Sense menunjukkan, rata-rata remaja menggunakan smartphone selama 4-5 jam per hari. Namun, pada puncak kategori tertentu bahkan bisa sampai 10 jam per hari. Responden menyatakan, waktu terbanyak yang mereka gunakan ialah saat siang dan malam. Mereka mulai bermain dengan smartphone selepas sekolah, sambil mengerjakan tugas, dan menunggu waktu tidur. Akan tetapi, pada kategori remaja usia 16-17 tahun lebih sering menggunakannya pada waktu malam hari sampai larut.
Rata-rata remaja memeriksa ponsel mereka 51 kali perhari. Rentang usia 13-17 tahun memiliki waktu periksa ponsel mereka pada tengah hari, yaitu selama waktu sekolah dan sesudahnya. Sementara remaja dengan rentang usia 11-12 tahun memiliki frekuensi yang lebih rendah mengingat masih ada pengawasan ketat dari orangtua.
TikTok dan YouTube jadi aplikasi favorit remaja
Aplikasi populer yang digunakan oleh remaja (11-17 tahun) dengan durasi paling lama diantaranya adalah TikTok, YouTube, Instagram, Snapchat, Discord, Roblox, Chrome, dan Netflix. Tiktok dan Youtube mendominasi waktu yang mereka gunakan ketika berinteraksi dengan smartphone mereka.
Sebanyak 64% remaja menghabiskan waktu lebih dari satu jam per hari di TikTok dan 41% dari mereka melakukan hal yang sama pada YouTube. Hal ini didasari dengan cara kerja aplikasi tersebut dengan durasi video, distraksi dari platform lain, dan juga penyesuaian algoritma sesuai minat pengguna yang membuat dua aplikasi ini terasa sulit untuk ditinggalkan.
“TikTok adalah yang terburuk karena ga harus banyak gerak, kamu cuma harus scrolling terus menerus sampai kamu merasa tertarik karena kontennya akan disesuaikan denganmu. Dan itu gampang banget, cepat dan aku merasa banyak jangkauan perhatian kita menjadi lebih pendek karena kadang-kadang… aku gak sering buka TikTok kaya biasanya tetapi ketika aku benar-benar menikmati, aku bakalan skip video yang durasinya lebih dari 30 detik karena aku gabisa… maunya cuma terus scrolling terus dan terus menerus.” – Remaja Kelas 11
Ini membuktikan kalau waktu yang dihabiskan remaja pada suatu aplikasi rentan kaitannya dengan interaksi sosial, video yang menghibur, dan games yang intinya membuat pengguna sulit untuk meninggalkan aplikasi tersebut. Hal itu dipengaruhi algoritma yang membuat mereka terus menerus menggunakan aplikasi tersebut tanpa sadar.
Notifikasi sebagai pemancing atensi remaja
Tentunya kita familiar dengan fitur notifikasi pada smartphone. Fitur ini memberitahu pengguna tentang pesan terbaru, promo terbaru, atau bahkan konten terbaru dari influencer atau selebgram favorit. Ternyata notifikasi mempengaruhi remaja saat menggunakan smartphone mereka.
Ternyata pada hari-hari biasa ada sekitar 237 notifikasi yang terkirim ke smartphone mereka dan ada 46 yang memiliki interaksi. Aplikasi yang paling banyak mendapatkan interaksi atau menarik perhatian remaja adalah aplikasi dengan adanya interaksi sosial untuk chatting dengan teman seperti Snapchat, Instagram, dan Discord. Fitur notifikasi ini sebenarnya bisa diatur dengan mengaktifkan mode “jangan ganggu” dan pengguna bisa mengatur boleh atau tidaknya suatu aplikasi memunculkan notifikasi.
Remaja mengakses konten yang tidak sesuai usia
Penggunaan smartphone dapat membuka akses ke pengalaman yang tidak sesuai dengan usia, termasuk media sosial untuk anak berusia kurang dari 13 tahun dan aplikasi dengan rating remaja atau hanya untuk dewasa.
Dari 85 partisipan anak di bawah 13 tahun, sebanyak 68% menggunakan aplikasi media sosial. Mereka semua menggunakan setidaknya satu aplikasi dengan rating remaja atau lebih tinggi. TikTok menjadi salah satu media sosial yang paling populer diantara anak usia 11-12 tahun, diikuti oleh Snapchat, Discord, Instagram, Facebook, dan Pinterest. Hampir setengah dari partisipan menggunakan aplikasi dengan rating dewasa atau hanya untuk orang dewasa seperti Pornhub, aplikasi taruhan, Telegram, permainan kasino, atau permainan yang mengandung kekerasan seperti Call of Duty.
Sejumlah kecil partisipan menggunakan aplikasi media sosial dengan fitur yang berisiko, seperti dapat terhubung dengan orang asing untuk berkirim pesan, foto, dan video. Meskipun aplikasi media sosial berisiko ini tidak memakan waktu sebanyak aplikasi media sosial yang lebih umum, penggunaan singkat pun bisa mengakibatkan interaksi yang bermasalah dengan orang dewasa.
Sulit melepaskan diri dari smartphone
Cepat dan beragamnya informasi yang setiap menit hadir melalui smartphone membuat remaja merasa dimanja oleh kehadiran gadget di hidup mereka. Sulit untuk menahan tidak mengirim pesan, berkomentar, bermain game, scroll TikTok atau bahkan hanya sekedar menyukai postingan di Instagram. Menahan diri hanya untuk satu jam dalam satu hari saja sulit. Ini menjadi tantangan remaja, mengingat kemudahan akses dengan smartphone tidak hanya memberikan dampak positif. Dampak negatifnya bisa sampai sampai mempengaruhi kesehatan mental.
Penelitian Common Sense menunjukkan, dari 203 partisipan remaja (11-17 tahun), dua per tiga diantaranya menyatakan “kadang” dan “sering” merasa kesulitan dalam mengurangi atau berhenti menggunakan teknologi. Mereka menggunakanya untuk lari dari kesedihan atau melepaskan perasaan negatif, bahkan begadang dikarenakan ponsel mereka selalu aktif sampai larut malam. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh kontak sosial mereka yang banyak menggunakan smartphone sebagai sarana yang akhirnya menyebabkan ketergantunga. Namun, hal ini juga mungkin ada kontribusi dari desain smartphone yang mengarah pada hal demikian.
Smartphone dan remaja memang merupakan dua hal yang terhubung erat. Remaja sekarang tumbuh di era teknologi berkembang pesat dalam waktu singkat. Interaksi yang semakin beragam dengan melalui aplikasi-aplikasi yang menghadirkan berbagai fitur membuat remaja betah berlama-lama dengan smartphone. Tentu saja ini masih bisa dikontrol agar penggunaannya sesuai dengan kebutuhan sehingga remaja kita terhindar dari dampak negatif penggunaan smartphone. [*]