Dari Marxisme ke Nenengisme: Neneng Rosdiyana Berdayakan Perempuan Petani

Ilustrasi nenengime neneng rosdiyana
Share

digitalMamaID — Mama pernah dengar Nenengisme? Julukan ini diberikan warganet di sosial media setelah halaman Facebook (Facebook Page) Marxisme Indonesia dengan ribuan pengikut tiba-tiba saja berganti nama menjadi Neneng Rosdiyana. Ternyata julukan ini benar adanya, lewat Facebook, Neneng menyuarakan gerakan petani perempuan.

Semula, warganet berkelakar, ideologi Karl Marx tersebut telah runtuh oleh seorang Neneng. Tapi Neneng justru membuktikan kuatnya gerakan perempuan akar rumput.

Neneng Rosdiyana adalah ibu rumah tangga sekaligus anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mentari, di Tangerang. Ia aktif membagikan kegiatan kesehariannya bersama ibu-ibu kelompok tani, mulai dari membabat lahan, menanam sayur mayur, membersihkan gulma dan hama, memanen hingga menjualnya. Semua ini, ia lakukan dengan memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumahnya.

Banyak celotehan-celotehan kritis Neneng di Facebook yang menarik perhatian dan mengundang banyak komentar warganet.

“Petani butuh modal, yang bantu malah lintah darat. Petani butuh pasar, yang untung malah tengkulak. Tapi, pemerintah malah bilang, petani harus banyak bersyukur,” tulis Neneng di akunnya.

“Katanya ‘pertanian harus maju’ tapi petaninya malah disuruh bertahan hidup di bawah bayang-bayang impor!,” tulisnya lagi di kesempatan berbeda.

“Petani nanam, lintah darat senyum. Petani panen, tengkulak tepuk tangan. Pas petani ngeluh? Pemerintah bilang ‘sabar ini ujian hidup’,” curah Neneng.

Warganet sendiri terkejut melihat sepak terjang Neneng, pengambil alih akun Marxisme ini. Gerakannya justru menunjukkan Neneng sebagai pejuang ketahanan pangan di daerahnya. Dari sana muncul istilah Nenengisme di media sosial. Terhitung sampai hari ini sudah ada 9,6 ribu pengikut di akun Facebook miliknya, jumlah ini bertambah signifikan setelah ia mengambil alih akun Marxisme Indonesia.

Marxisme dan Neneng

Awal mulanya, Neneng tak tahu menahu dan mengira Marxisme adalah nama sebuah band. “Setahun yang lalu, saya aja baru dengar nama Marxis, yang saya pikir dulu itu kayak nama band. Jadi saya suruh ubah aja jadi nama saya, toh mau dibuat Facebook Pro. Jadi stop nanya-nanya dan sebut saya penganut,” tulisnya di akun Facebook.

Dilansir dari Tirto.id, Neneng juga pada awalnya sempat bingung dengan komentar-komentar ‘nyeleneh’ di akun Facebook miliknya. Sampai pada akhirnya seorang pengikutnya menjelaskan yang terjadi. Sekarang, Neneng tak mau ambil pusing dengan kegaduhan yang ada. Dirinya lebih fokus mengunggah kesehariannya bertani bersama ibu-ibu yang lain.

Bahkan jika diamati sampai saat ini masih banyak warganet yang kerap meninggalkan komentar-komentar lucu yang berbau ajaran-ajaran Marxisme seperti menggunakan kata-kata kamerad, revolusioner, kapitalis, borjuis, proletar. Bahkan Neneng sendiri dalam membuat status terkadang mencatut nama Karl Marx dan Marxisme untuk membandingkan perjuangan yang sama-sama mereka dilakukan.

“Karl Marx ingin menghapus kapitalisme, KWT Mentari ingin menghapus hama dan gulma,” celoteh Neneng.

“Sama-sama perjuangkan ketahanan pangan, Marxisme ingin distribusi merata, KWT Mentari ingin panen raya,” celotehnya lagi.

Kelas sosial

Masih dalam sumber yang sama, Tirto.id, marxisme sendiri merupakan dasar teori komunisme modern yang mengajarkan bahwa masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas sosial yang memiliki kepentingan yang berbeda dan seringkali bertentangan.

Dalam sistem kapitalisme, ada dua kelas utama yaitu borjuasi yang berisi kelas pengusaha atau pemilik modal dan kelas proletariat atau kelas pekerja. Kelas pekerja hanya memiliki tenaga kerja untuk dijual. Marxisme berpendapat bahwa borjuasi mengeksploitasi proletariat untuk memperoleh keuntungan, dan ketidakadilan ini akan memicu konflik sosial.

Teori-teori ini berasal dari pandangan-pandangan Karl Marx, seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner asal Jerman. Paham ini menjadi kontroversial bukan hanya karena teori dasarnya, tetapi lebih karena bagaimana teori ini diterapkan di dunia nyata, yang kerapkali berakhir dengan kegagalan, kekejaman, dan penindasan.

Di Indonesia, pengaruh marxisme pertama kali muncul pada awal abad ke-20 melalui pergerakan sosialis dan buruh yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Marxisme mulai mempengaruhi perkembangan gerakan kemerdekaan Indonesia. Salah satu kelompok yang menganut paham marxisme adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan pada tahun 1920.

Kehadiran Nenengisme sekali lagi membuktikan, perempuan selalu jadi penggerak perubahan. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID