digitalMamaID — Seorang anak yang muncul di akun @sana.arra_ menjadi bulan-bulanan netizen karena celotehannya dianggap tidak sopan dan merendahkan orang lain. Ironisnya, semua itu bermula dari konten yang dibuat orang tuanya dan diunggah me media sosial. Sebuah pelajaran penting bagi orang tua yang menjadikan anak sebagai konten media sosial.
Arra, seorang anak perempuan berumur empat tahun itu menjadi salah satu anak yang fenomenal di media sosial dengan julukan “bocah kalcer”. Hal ini karena ia muncul dengan dandanan yang khas “anak kalcer”. Semua kemunculannya disambut baik karena celotehan-celotehan bijak dan ceplas-ceplos khas anak-anak. Akan tetapi, akun yang dikelola oleh orangtuanya yaitu Billi Sandi Pratama dan Mega Vallentina mengunggah konten yang kontroversial. Celotehan Ara dinilai merendahkan orang lain dan menunjukkan sikap yang tidak menghormati orang lain.
Konten kontroversial
Konten kontroversial yang terbaru, sebuah video menunjukkan Ara sedang menggunakan pelembab. Ia ditanya oleh sang ayah soal kegunaan pelembab yang dipakainya. Arra menjawab, agar tidak hinyay (kucel). Kembali ia kembali ditanya, apa yang dimaksud dengan hinyay? Ia menjawab, “Biar ga kayak teteh-teteh bubaran pabrik.”
Jawaban itu dinilai merendahkan perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Terlebih, saat menjawab demikian tidak ada upaya orangtua mengingatkan atau mengoreksi jawaban anak. Alhasil, Ara menjadi sasaran kemarahan warganet.
Tidak sekali ini saja Ara menjadi sasaran kemarahan netizen. Sebelumnya Ara juga viral karena pernah mempertanyakan seorang perempuan dewasa apakah seorang muslim tapi memakai pakaian tidak berlengan. Ada pula konten yang menyebut orang lain “bau kelek” , dan sederet kontroversi lainnya.
Banyak netizen yang mempertanyakan model parenting yang dilakukan orang tua Arra. Juga mempertanyakan mengapa orang tua Arra tetap mengunggah omongan-omongan Arra yang akan menimbulkan kontroversi.
”Ini konten baru. Setelah anaknya dihujat sebab didikan ortunya di video2 sebelumnya, ortunya memilih untuk tetap ngepost video ini. Ada yang salah sama kerangka berpikir kayaknya, atau memang nggak semua manusia pantes jadi orang tua,” tulis Annisa Thaib lewat akun X @chachathaib.
Eksploitasi anak
Psikolog Lita Gading, melalui akun media sosialnya, menanggapi unggahan terkait Arra ini. Dia juga mempertanyakan pola asuh yang dilakukan orang tua Arra.
“Aduh ampun anak kecil sudah bisa ngomong kayak gitu. Aneh. Orang tuanya malah ketawa dan merespons hal tersebut. Harusnya kasih tahu nggak boleh ngomong kayak begitu, itu namanya merendahkan orang,” kata Lita seperti dikutip akun Instagram pribadinya @lita.gading, Selasa, 25 Maret 2025.
“Kok anak sekecil itu bisa ngomong kayak begitu, yang tidak tersaring sama orang tuanya. Orang tuanya malah mendukung, malah ketawa. Harusnya sebelum memposting, perhatikan dulu ada nggak bahasanya yang bikin resah. Ada nggak bahasanya yang menyinggung perasaan orang dan sebagainya. Harusnya orang tuanya yang ngontrol,” kata Lita.
Lita pun memberikan peringatan untuk tidak segan akan melaporkan kedua orang tua Arra ke Komnas Perlindungan Anak karena dinilai telah melakukan eksploitasi anak. Orang tua Arra tetap mengunggah video-video Arra demi menjadi viral di media sosial.
“Sekali lagi ya kalau sampai ini orang tuanya seperti ini terus, saya akan laporkan ke perlindungan anak. Karena ini sudah merupakan sebuah eksploitasi anak yang tidak benar. Apalagi untuk konsumsi publik, untuk meningkatkan enggagement-nya. Jangan sampai kayak begitu. Ini orang tuanya ingin cari duit tapi lewat jalurnya Arra. Apa-apaan sih orang tua ini,” tegas Lita.
Pengingat untuk orang tua
Usai menjadi viral dan menimbulkan kontroversi di media sosial, diketahui akun Instagram @sana.arra_ sudah dibatasi untuk publik. Begitupun dengan akun Instagram orang tua Arra, yang sebelumnya bisa diakses publik, kini dibatasi.
Dari peristiwa ini, orang tua bisa belajar untuk berhati-hati saat aktivitas anak menjadi konten media sosial. Orang tua perlu punya panduan apakah konten tentang anak kita ini sebaiknya diunggah atau tidak.
Bernard Meltzer seorang penyiar radio di Amerika Serikat populer dengan kuotnya, “Before you speak ask yourself if what you are going to say is true, is kind, is necessary, is helpful. If the answer is no, maybe what you are about to say should be left unsaid (Sebelum kamu berbicara tanyakan pada dirimu sendiri apakah yang akan diucapkan itu benar, baik, perlu, membantu. Kalau jawabannya tidak, mungkin sebaiknya tidak perlu diucapkan).”
Prinsip tersebut bisa digunakan sebagai panduan sebelum mengunggah konten di media sosial. Ajukan beberapa pertanyaan ini:
-
- Apakah konten ini benar: pastikan yang akan diunggah bukan hoaks atau misinformasi
- Apakah konten ini baik: hindari ujaran kebencian, fitnah, atau hal yang dapat menyakiti perasaan orang lain
- Apakah konten ini perlu: tidak semua hal harus diunggah, pertimbangkan relevansi dan manfaatnya bagi audiens
- Apakah konten ini membantu: konten yang bermanfaat lebih berharga dibandingkan yang hanya sekadar sensasi
Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah “tidak”, sebaiknya Mama menahan diri untuk tidak mengunggah konten tersebut. Prinsip ini bisa membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih positif dan bertanggung jawab.
Mama juga bisa membaca panduan agar tidak mengunggah foto anak sembarangan ke media sosial. Aturan selengkapnya bisa dibaca di sini. [*]