digitalMamaID – Sejak penayangannya di bioskop tanah air pada 11 April 2024, film Siksa Kubur besutan sutradara Joko Anwar telah menarik perhatian masyarakat Indonesia. Film ini menjadi perbincangan di media sosial, terutama di platform X. Tidak hanya soal teori-teori buatan penggemar tentang alur cerita film ini, tetapi juga soal banyaknya orangtua yang membawa anak-anak menonton film ini. Pertanyaannya, apakah nonton film horor di bioskop bersama anak ini aman untuk dilakukan?
Menonton film di bioskop bersama anak-anak memerlukan pertimbangan yang matang. Film dengan rating dewasa mengandung konten yang tidak sesuai dengan usia anak-anak, seperti kekerasan atau bahasa kasar. Kondisi bioskop yang gelap dengan cahaya terang dari layar serta suara yang keras bisa membuat pengalaman menonton menjadi tidak nyaman bagi anak-anak.
Audio yang diputar di bioskop mencapai 100dB, sedangkan normalnya manusia cukup mendengar suara rata-rata 45-60dB. Sementara anak-anak memiliki batas pendengaran lebih rendah dari orang dewasa yaitu di bawah 85dB. Bisa dibayangkan apabila anak menonton film horor dengan situasi bioskop seperti ini, apakah mereka akan menikmatinya?
Pengaruh terhadap anak
Studi yang diterbitkan di Media Psychology pada 1999 menunjukkan, paparan terhadap konten dewasa pada usia dini dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan anak-anak. Mereka cenderung meniru perilaku yang mereka lihat, sehingga paparan terhadap kekerasan dalam film bisa memengaruhi perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman negatif seperti ini bisa menyebabkan trauma dan ketakutan yang berkepanjangan pada anak.
Apakah Mama masih ingat kejadian pada tahun 2020 lalu di Jakarta Pusat saat seorang remaja 15 tahun membunuh seorang anak kecil dengan sadis karena terpapar film horor Chucky? Itu hanya satu dari sekian contoh bagaimana pengaruh film yang tidak sesuai usia bisa seburuk itu di anak-anak. Secara umum, anak-anak belum bisa membedakan realita dan fiksi, sehingga film buruk yang mereka konsumsi akan dianggap realita dan bisa diikuti oleh mereka.
Pedoman rating film
Lembaga Sensor Film memberikan rating pada film berdasarkan kontennya. Orang tua perlu memperhatikan rating ini untuk memilih film yang sesuai dengan usia anak-anak. Namun, seringkali masih terlihat orang tua yang mengabaikan rating film dan tetap membawa anak-anak ke bioskop untuk menonton film dewasa. Terdapat tiga penggolongan usia dalam film yakni:
- SU (Semua Umur)
- 13+
- 17+
- 21+
Rating ini memberikan informasi tentang konten yang terdapat dalam film, seperti kekerasan, bahasa kasar, atau konten dewasa lainnya. Menggunakan pedoman rating film dapat menjadi langkah awal yang baik dalam memutuskan apakah sebuah film cocok untuk ditonton oleh anak-anak.
Sayangnya di lapangan, masih banyak terlihat orang tua yang tetap membawa anak di bawah umur untuk menonton film yang tidak sesuai dengan usianya. Hal ini mestinya menjadi perhatian untuk pihak bioskop sebagai penyelenggara agar lebih ketat saat pembelian tiket atau pada saat akan masuk teater. Jangan sampai rating hanya formalitas semata saja.
Untuk film Siksa Kubur sendiri, produsen film memberi rating di 17+. Film ini mengandung kompleksitas cerita dan kesadisan.
Mengalah bukan berarti lemah
Sabila Nurul Afifi, ibu dua anak asal Bandung menyampaikan keluhannya perihal anak-anak yang ikut menonton film horor di bioskop. Menurut dia, orangtua mesti benar-benar memikirkan anak sebelum melakukan setiap tindakan. “Kalau enggak tahan ingin nonton dan enggak ada yang bisa jagain anak, bisa lho gantian sama suami. Lebih baik nonton sendiri daripada harus bawa anak nonton film horror,” katanya, Kamis, 18 April 2024. Sabila berpendapat, bila orangtua tetap melakukan hal ini, kemungkinan besar akan repot bila si anak trauma atau jadi penakut.
Orangtua perlu mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan anak-anak di atas segalanya. Jika tidak ada yang bisa menjaga anak, lebih baik untuk menonton film horor ke bioskop tanpa membawa anak. Pasangan kita bisa menjadi support system yang baik dalam hal ini, dan ada pilihan alternatif seperti menunggu film tersebut tersedia di layanan OTT (over-the-top), seperti Netflix, Viu, Vidio, atau di layanan streaming lainnya.
Sejak kemunculan layanan streaming menonton berbayar, sebenarnya Mama tidak perlu khawatir tidak akan bisa menonton film favorit. Karena biasanya film yang diputar di bioskop rata-rata pindah penayangannya ke layanan streaming berbayar setelah 2-3 bulan. Selalu ada solusi bukan?
Pilihan orangtua akan dicontoh anak
Orangtua adalah role model pertama bagi anak-anak. Perilaku orang tua dalam memilih film akan memengaruhi cara anak-anak memilih tontonan mereka di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dalam segala hal, termasuk dalam pemilihan tontonan yang sesuai dengan usia mereka. Bila Mama terbiasa membawa anak menonton film atau tontonan yang tidak sesuai usia anak, maka besar kemungkinan membuat anak mengikutinya tanpa sepengetahuan kita.
Walaupun tampak berat, tapi Mama hendaknya terbiasa membuat anak mematuhi peraturan. Pada hal ini misalnya menonton film atau tontonan yang sesuai dengan usia anak. Anak dengan senang hati akan meniru perilaku baik orangtuanya. Jadi, mulai saat ini pelan-pelan kita menjadi teladan anak, sekecil apapun yang kita lakukan akan berdampak kepada anak. Yuk, kita belajar sama-sama! [*]