digitalMamaID – Festival Parara 2023 mengajak kaum urban berkunjung ke “RUMAH PARARA” untuk mengenal produk lokal. Tidak hanya buatan komunitas lokal, tetapi produk-produk tersebut dipastikan memperhatikan kelestarian lingkungan dan prinsip keadilan.
Panen Raya Nusantara “PARARA” lahir dari inisiatif festival SLIMs “Sustainable Livelihoods Initiative and Models” yang merupakan ide dan program dari NTFP-EP Indonesia. Berkolaborasi dengan beberapa LSM nasional dan lokal, menyelenggarakan festival untuk mengenalkan dan memberikan ruang bagi produk lokal komunitas yang adil dan lestari.
PARARA memiliki visi sebagai penyedia layanan dan gerakan pemasaran perdagangan produk kehutanan dan kelautan yang adil (Fair Trade Marketing Platform and Movement) di Asia. Pada saat bersamaan PARARA ingin menguatkan budaya dan tradisi lokal serta kemampuan kapasitas komunitas produsen melalui pertukaran pengetahuan antargenerasi dan antarkomunitas.
Festival Parara 2023 mengangkat tema mengedepankan kedaulatan pangan dan keterlibatan pemuda. Akan diselenggarakan pada 11-15 Oktober 2023 di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan dan dibuka mulai pukul 10.00 hingga selesai. Pada Festival kelima ini, PARARA akan tampil berbeda dengan konsep “RUMAH PARARA” yang lebih dekat dengan keseharian kaum urban Jakarta. Menerjemahkan adil dan lestari dari kamar di pagi hari hingga kembali ke rumah di sore hari.
Ketua Konsorsium Parara, Anang Setiawan mengatakan ”Parara kali ini dikemas berbeda untuk menjawab tantangan bagaimana produk dari dampingan kami di hulu hutan dan laut, bisa diterima dan dinikmati oleh pasar Jakarta, masyarakat urban Jakarta. Kami juga berharap bisa menggaet lebih banyak suara kelompok muda pemilik masa depan negeri ini.”
Pada Festival Parara 2023 ini kelompok muda diberi ruang luas untuk berekspresi dengan menyajikan kampanye kreatif di Minggu, 15 Oktober 2023 bersama ASPPUK dan kampanye bersama WWF sepanjang festival berlangsung.
Dengan konsep Rumah Parara, selain kelompok muda, Festival Parara menyasar keluarga muda Jakarta melalui kegiatan demo masak untuk gizi sehat dan seimbang, fesyen tenun dan kerajinan bertemakan kawan yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, dan ditutup dengan kegiatan melukis di atas talenan untuk anak-anak dan mendengarkan dongeng dari hutan ke laut.
Setiap ruang dalam Rumah Parara akan menghadirkan produk-produk lokal yang bercerita tentang masyarakat yang berdaya di hutan dan di laut. Salah satu anggota konsorsium yang akan berpartisipasi adalah WWF Indonesia. WWF Indonesia sebagai anggota konsorsium akan menghadirkan sesi talkshow laut bertema “Jika Cintamu Sedalam Laut, Pangan Lautmu Selezat Cinta”. “Sesi ini mengangkat kekayaan produk laut Indonesia dan potensinya yang besar bukan hanya untuk menjamin ketahanan pangan dalam negeri tapi juga turut menghidupi warga dunia,” kata Ratna Dewi, Koordinator Project LTC National. Selain itu satu talkshow tambahan di malam harinya yang mengenalkan eksotisme produk dampingan WWF dari tanah Papua. Sesi talkshow ini akan diramaikan oleh Morgan Oey, public figure yang menjadi member of nature (Mona), komunitas relawan WWF untuk aksi penyelamatan lingkungan.
Ragam pengalaman yang dijalin dengan pengetahuan yang dibawa dari khasanah lokal pelosok negeri adalah konsep bincang di Teras Parara. Sejumlah tema telah disiapkan Parara termasuk bicara tentang kesiapan masyarakat sekitar hutan dan laut untuk memasuki pasar dan bagaimana mengembangkan bisnis sosial. Setiap tema bincang akan menyinggung peluang dan tantangan yang tidak hanya datang dari pasar tapi juga dalam hal kesiapan lahan dan legalitas.
“Harapan kami, pengetahuan ini bisa dibagi bersama, dihadapi bersama dan bersama-sama juga kita akan menemukan jawabannya. Intinya Rumah Parara ini semacam Rumah Pengetahuan tempat kita berbagi pengetahuan, mempererat silaturahmi dan tentu saja, menguatkan bisnis sosial agar masyarakat dampingan mampu mandiri dan sejahtera,” tutup Anang Setiawan. [*]