digitalMamaID – Belakangan marak terjadi kasus pembunuhan anak di Indonesia yang dilakukan oleh ayah kandung. Publik gempar, lantaran kasus-kasus tersebut dipicu oleh hal yang sepele, tapi sang ayah tega menghabisi nyawa buah hatinya.
Beberapa hari lalu, netizen digegerkan dengan kasus pembunuhan bayi oleh ayahnya sendiri di Pati, Jawa Tengah. MS (20) membekap anaknya MK yang baru berusia tiga bulan dengan bantal sampai meregang nyawa. MS kesal karena bayinya rewel terus, sedangkan ia juga menjaga anak pertamanya yang masih berusia 18 bulan.
Publik semakin geram karena sebelum terungkap, MS sempat berlagak seolah anaknya diculik oleh makhluk gaib. Aksinya melakukan ritual pengusiran makhluk halus itu beredar di media sosial. Ternyata, ia hanya menutupi perilaku kejamnya. Setelah menghembuskan napas terakhir, bayi malang itu ia bungkus kresek lalu dibuang ke sungai.
Terus terulang
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah kejadian serupa di Gresik, Jawa Timur pada akhir April 2023. Seorang anak ditikam hingga 24 kali saat terlelap tidur oleh ayahnya sendiri. Bagi sang ayah, tindakan itu sebagai upaya penyelamatan agar anaknya masuk surga. Agar anaknya tidak berperilaku buruk seperti ibunya yang kabur dan bekerja sebagai lady companion (LC).
Persitiwa pembunuhan anak oleh ayah kandung terus terulang. Sudah banyak kasus yang terjadi sebelumnya. Ayah membunuh anaknya di Tasikmalaya pada Februari 2020. Peristiwa itu dipicu karena anak merengek minta uang study tour. Ayah berinisial BR (45) itu tega membunuh anaknya dengan mencekik dan memasukkan jasadnya ke gorong-gorong sekolah.
Kasus lainnya terjadi di Depok. Kemudian kasus ayah bunuh anak di Depok pada November 2022. Kasus ini dipicu oleh cekcok rumah tangga. Lantaran sang istri meminta cerai, RN (31) membunuh anak pertamanya KPC (11) dan menganiaya istri NI (31) menggunakan golok.
Pada Juni 2022, di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, seorang ayah berinisial R (42) memutilasi anaknya yang berumur 9 tahun dengan sebilah parang. Diduga sang ayah memiliki masalah kejiwaan.
Terakhir, kasus ayah bunuh anak di Banten pada April 2022. Dipicu oleh masalahrumah tangga kedua orangtuanya. Sang ayah A (31) membunuhanaknya berumur 5 tahun dengan menggunakan pisau dapursetelah ribut dengan sang istri.
Mengapa seorang ayah tega membunuh anaknya sendiri?
Peristiwa-peristiwa diatas membuat keprihatinan mendalam di tengah masyarakat, apalagi bagi ibu. Figur suami dan ayah diharapkan menjadi pelindung bagi keluarga. Namun, kini justru memunculkan kekhawatiran serta ancaman. Kita jadi bertanya-tanya, mengapa sosok ayah tega menghabisi nyawa buah hatinya sendiri?
Save the Children Indonesia menyoroti kasus-kasus pembunuhan anak yang belakangan terjadi. Menurut Save the Children, yang perlu menjadi perhatian adalah kondisi kesehatan mental orang tua. Kondisi kesehatan mental orang tua dapat berdampakbesar pada anak-anak yang diasuhnya.
Sejumlah studi terkait kekerasan pada anak dan kesehatan mental membuktikan, orang tua yang semasa kecilnya mengalami kekerasan dalam pengasuhan memiliki potensi untuk melakukan pengulangan dalam pengasuhan dengan kekerasan pada anaknya. Bahkan, berpotensi memiliki ganguan kesehatanmental saat ia dewasa terutama ketika tidak pernah mendapatkanbantuan layanan profesional.
Data World Health Organization (WHO) 2021 menjelaskan, 10-20% anak dan remaja di seluruh dunia mengalami kondisi permasalahan terkait kesehatan mental. Dari angka itu, 50% di antaranya dimulai sejak usia 14 tahun dan 75% dimulai pada usia pertengahan 20-an.
Selain itu, satu dari empat anak saat ini tinggal bersama orang tua yang memiliki kondisi mental yang serius. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya layanan MHPSS (Mental Health and Psychosocial Support / Kesehatan Mental dan DukunganPsikososial) bagi orang tua dapat berdampak serius pada perlindungan, kesehatan, dan kesejahteraan anak.
“Oleh karena itu, Save the Children Indonesia mendesak pemerintah untuk memprioritaskan isu kesehatan mental orang tua dalam berbagai bentuk kegiatan secara nyata dan meningkatkan akses, maupun kualitas layanan kesehatan mental bagi masyarakat, khususnya orang tua,” ujar Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia Troy Pantouw melalui pers rilis yang diterima digitalMamaID, Sabtu, 6 Mei 2023.
Beri perhatian khusus
Troy juga mengajak masyarakat Indonesia untuk menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan mental. Ia mengatakan, kesehatan mental bukanlah hal yang tabu, kemudian diabaikan. Justru perlu ada bantuan dan dukungan agar orang tua yang mengalami gangguan kesehatan mental bisa menjalani pemulihan.
”Sehingga bagi orang tua yang mengalaminya akan merasa lebih nyaman dan terbuka untuk mencari serta menerima bantuan dalam mengatasi isu kesehatan mental mereka dari para ahli,” ujar Troy.
Ia mengatakan, kondisi psikologis orang tua yang rentan dapat meningkatkan risiko kekerasan antar pasangan, kekerasan terhadap anak, dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendidik anak.
Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial untuk orang tua guna mencegahterjadinya kasus kekerasan dan memastikan kesejahteraan anak. [*]