digitalMamaID – Meski teknologi komunikasi makin canggih, tak membuat tradisi mudik hilang. Teknologi tak bisa memenuhi semua dimensi afeksi manusia.
Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) Dr. Ngatawi Al Zastrouw mengatakan, masyarakat berurbanisasi alias pindah dari desa ke kota tidak dapat melepas budaya pedesaan yang guyub. Mereka rindu kampung halaman yang menyimpan banyak kenangan dan rindu sanak keluarga.
Upaya melepas rindu ini menemukan momentumnya pada saat Idulfitri. Urbanisasi besar-besaran lah yang memicu lahirnya budaya mudik pada saat Hari Raya Idulfitri.
Menurut Zastrouw, mudik tidak saja terkait dengan masalah komunikasi yang dapat digantikan dengan teknologi. Ada dimensi afeksi yang sangat kuat yang terkait dengan tradisi mudik. “Teknologi hanya memenuhi aspek kognitif, tetapi tidak dapat memenuhi aspek afektif. Hal inilah yang menyebabkan tradisi mudik terus bertahan meski sudah ada teknologi komunikasi yang canggih sekalipun,” kata Zastrouw melalui siaran pers, Selasa, 18 April 2023.
Momentum healing
Tradisi mudik di Indonesia dapat bertahan karena memenuhi kebutuhan spiritual dan emosional (psikologis) masyarakat. Kesibukan atas pekerjaan sehari-hari ditambah kerasnya kehidupan masyarakat di perkotaan, mulai dari kemacetan, polusi, serta kesenjangan yang terasa, menjadikan mudik sebagai pilihan terapi psikologis. Istilah populernya ialah healing. Dibutuhkan momentum untuk kanalisasi emosi sekaligus katarsis atas kejenuhan yang dirasakan. Tradisi (mudik) ini menjadi momentum katarsis atas berbagai problem psikologis yang dirasakan oleh masyarakat modern urban.
“Dengan kata lain, tradisi mudik menjadi momentum healing masyarakat modern. Inilah yang membuat tradisi ini tidak luntur digerus arus modernisasi, karena dapat menjadi kanalisasi atas residu budaya modernisasi,” ujar Zastrow.
Selain aspek budaya dan agama, mudik merupakan sebuah aktivitas traveling. Mudik menjadi sarana bepergian massal yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Seluruh moda transportasi digunakan, seperti mobil pribadi, pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, bahkan motor.
Tradisi mudik masyarakat dunia
Mudik sudah dikenal sejak zaman Majapahit. Saat itu, masyarakat pendatang di suatu daerah kembali ke kampung halamannya saat perayaan tertentu. Tradisi itu kemudian diteruskan oleh para pendatang yang tinggal di kota-kota besar untuk pulang ke kampung halamannya dalam rangka bersilaturahmi dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Tradisi mudik bukan hanya milik Indonesia atau Islam saja. Masyarakat dunia juga memiliki tradisi serupa.
Di Korea Selatan, mudik dilakukan saat perayaan Chuseok yang merupakan festival musim panas Hangawi yang berlangsung di tengah musim gugur. Di Amerika Serikat, mudik terjadi saat perayaan Thanksgiving yang dirayakan pada Kamis minggu keempat Bulan November. Sementara itu, warga China mudik ke berbagai daerah saat perayaan Tahun Baru Imlek yang dikenal dengan istilah Chunyun. [*]