Jejak Digital di Dunia Maya

Share

Sebuah film berjudul Identity Thief yang ditayangkan di bioskop beberapa tahun lalu berkisah tentang seorang wanita yang mampu hidup mewah dengan menggunakan identitas orang lain. Diana, tokoh utama film ini, dikisahkan mencuri identitas seorang pria dengan berpura-pura sebagai pihak yang berwenang. Ia meminta data-data penting pria tersebut termasuk nama, tanggal lahir, juga social security number yang diberikan secara sukarela oleh sang korban yang tidak menaruh curiga. Diana kemudian menggunakan data itu untuk membuat kartu kredit sehingga dapat berbelanja bebas tanpa harus membayar.

Sekarang coba Mama ingat, seberapa sering Mama memberikan secara cuma-cuma data pribadi pada orang lain tanpa keperluan yang jelas? Saya yakin kebanyakan akan menjawab tidak pernah. Mana mungkin kita memberikan begitu saja tanggal lahir, alamat, atau nomor telepon pada orang lain begitu saja?

Tapi coba kita ingat-ingat lagi, seberapa sering Mama memasukkan data-data tersebut di berbagai situs dan aplikasi di internet? Saat membuat akun baru, menayangkan tanggal ulang tahun di media sosial, check-in lokasi ketika sedang berada di restoran, atau membagikan foto anak dengan seragam sekolah, sebetulnya secara tidak sadar kita telah membagikan data-data pribadi yang mungkin dapat diakses orang lain dengan mudah. Jejak digital kita mungkin telah bertebaran di mana-mana, tanpa kita benar-benar menyadarinya.

Apa Itu Jejak Digital?

Jejak digital atau digital footprint adalah jejak elektronik yang kita tinggalkan ketika menggunakan internet seperti data pribadi yang kita masukkan ketika mendaftar sebuah layanan, alamat situs yang kita kunjungi, kata kunci pencarian yang kita masukkan di Google, komentar yang kita tinggalkan di media sosial, foto yang kita unggah, atau status yang kita terbitkan di dunia maya. Jejak digital juga dapat dihasilkan secara pasif. Misalnya, beberapa situs yang kita kunjungi akan merekam alamat IP dari perangkat yang kita gunakan untuk mengetahui dari mana saja pengunjungnya berasal.

Satu hal penting yang perlu kita ingat adalah jejak digital yang kita hasilkan sangat sulit untuk dihapus alias berpotensi untuk berada di internet secara permanen. Sekalipun kita telah menghapus unggahan foto atau status misalnya, selalu ada kemungkinan unggahan tersebut telah disimpan orang lain dengan teknik screen capture dan dibagikan tanpa sepengetahuan kita. Banyaknya situs dan aplikasi internet yang kita gunakan juga membuat jejak digital kita tersebar di berbagai tempat di dunia maya.

Untuk Apa Saja Jejak Digital Digunakan?

Pernahkah Mama mencari tahu tentang ulasan sebuah produk, katakanlah sebuah merk pembersih lantai di Google, dan kemudian iklan produk tersebut muncul ketika Mama menggunakan media sosial?

Contoh di atas merupakan salah satu penggunaan jejak digital oleh perusahaan periklanan untuk menyediakan iklan yang lebih personal sesuai kebutuhan dan minat pengguna internet. Marketplace, penyedia layanan film dan berita online juga seringkali menggunakan jejak digital pengguna untuk merekomendasikan produk, tontonan, dan berita yang serupa dengan apa yang dikonsumsi pengguna tersebut sebelumnya.

Jejak digital juga boleh dikatakan sebagai “wajah” kita di internet. Banyak perusahaan yang kini menyeleksi karyawan dengan mempertimbangkan pula jejak digital dan memilih karyawan dengan reputasi online yang baik.

Resiko Tersebarnya Jejak Digital

Resiko Tersebarnya Jejak Digital
Meninggalkan jejak digital secara sembarangan dapat menimbulkan berbagai resiko. Data pribadi yang tidak diproteksi dengan baik dapat jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab dan menjadi penyebab tindak kejahatan penipuan atau pemalsuan identitas. Unggahan kita di media sosial yang sebetulnya lebih pantas menjadi konsumsi pribadi dapat menimbulkan resiko cyberbullying, pencemaran nama baik, pemerasan, juga bisa membuat kita kehilangan kesempatan memperoleh pekerjaan.

Mengelola Jejak Digital

Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar aktivitas kita di internet tidak menimbulkan hal-hal negatif pada diri dan keluarga? Berikut beberapa langkahnya:
  • Google diri sendiri dan keluarga secara berkala. Sudahkah hasil pencariannya merepresentasikan diri kita dengan baik? Adakah hal-hal yang seharusnya tidak perlu ditampilkan?
  • Kelola akun internet. Buat daftar akun apa saja yang kita miliki di internet, jaga informasi login agar tidak jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, dan hapus akun-akun yang sudah tidak kita gunakan lagi.
  • Tidak menyebarkan data pribadi sembarangan di internet yang bisa disalahgunakan orang lain.
  • Tidak mengunggah sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Jangan biarkan emosi sesaat menyebabkan kita mengunggah sesuatu yang membuat kita menyesal di kemudian hari.
  • Memanfaatkan privacy setting di media sosial untuk membatasi apa saja yang dapat dilihat oleh publik, lingkungan pertemanan tertentu, atau hanya diri kita sendiri.
  • Baca policy situs atau aplikasi yang meminta data pribadi kita. Pelajari untuk apa saja mereka menggunakannya.
Jejak digital yang dikelola dengan baik sangat bermanfaat untuk menjaga privasi dan keamanan saat berinternet, juga menjaga reputasi online kita di dunia maya. Mari luangkan waktu untuk memeriksa jejak digital kita. Jangan lupa pula ajarkan tentang jejak digital pada anak-anak kita sejak mereka mulai mengenal internet.

1 thoughts on “Jejak Digital di Dunia Maya

  1. Pingback: Konten Prank Baim tentang KDRT, Mengkerdilkan Isu Penting!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID