digitalMamaID – Mama, dunia anak-anak sedang tidak baik-baik saja. Bulan lalu, Kepolisian Semarang menangkap F (22), seorang pria yang mencoba menculik siswi kelas 2 SD saat jam pulang sekolah. Setelah penyelidikan, terungkap bahwa F adalah pedofil yang sudah beberapa kali mencoba melancarkan aksinya sejak tahun 2024.
Menurut Psychiatry Online, pedofilia adalah diagnosis gangguan mental ketika seseorang memiliki fantasi atau ketertarikan seksual terhadap anak pra-pubertas selama minimal enam bulan. Artinya, pelaku bukan sekadar “iseng”, melainkan memiliki pola yang berulang dan berbahaya.
Belum selesai publik terpukul oleh kasus tersebut, muncul pula video seorang tokoh masyarakat yang tampak mencium dan memeluk anak perempuan secara tidak pantas. Rentetan peristiwa ini semakin menegaskan, orangtua sekarang harus jauh lebih waspada. Kekerasan seksual pada anak dapat datang dari siapa saja, baik orang asing maupun orang yang sangat dipercaya.
Agar anak lebih terlindungi, berikut langkah-langkah yang direkomendasikan oleh All Pro Dad dan bisa Mama terapkan di rumah!
1. Kenali keseharian anak dengan baik
Keamanan anak dimulai dari orangtua yang benar-benar mengetahui keseharian anak. Mereka bermain dengan siapa? Siapa guru les dan guru sekolahnya? Siapa orang-orang yang sering ada di sekitar mereka?
Banyak kasus kekerasan seksual anak dilakukan oleh orang yang justru sudah dikenal, sehingga mengambil pendekatan yang akrab dan tidak menimbulkan kecurigaan.
2. Terlibat dalam aktivitas anak
Walaupun anak mulai mandiri, pendampingan tetap penting. Temani anak saat les, ekskul, atau kegiatan di luar sekolah.
Dalam sebuah wawancara, seorang pedofil mengakui, anak yang tampak jarang didampingi orangtua lebih mudah dijadikan target. Kehadiran Mama atau Papa membuat pelaku berpikir dua kali.
3. Waspada dengan lingkungan sekitar
Anak mungkin sudah diajari untuk tidak mengikuti ajakan orang asing. Namun banyak pelaku, termasuk pedofil, justru berasal dari lingkungan terdekat. Perhatikan jika ada orang yang tampak terlalu menaruh perhatian pada anak atau sering melakukan kontak fisik yang tidak wajar.
4. Ajari anak mengenal bagian tubuhnya
Pendidikan tentang tubuh tidak bisa ditunda. Ajarkan Mana bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dilihat atau disentuh orang lain. Gunakan istilah anatomi yang benar, bukan nama pengganti, apalagi nama yang dibuat-buat. Pengetahuan ini membuat anak lebih berani melapor jika ada perlakuan tidak pantas.
5. Percayai insting, termasuk insting anak
Tidak semua niat buruk mudah dibaca. Tapi kalau Mama merasa ada seseorang yang mencurigakan, lebih baik menjaga jarak. Ajarkan anak untuk mempercayai rasa tidak nyaman mereka.
Ajari juga anak-anak untuk mendengarkan perasaan mereka sendiri. Ketika ada orang yang membuat anak merasa tidak nyaman, maka tidak perlu ragu untuk mengungkapkannya dan segera menjauh. Walaupun orang tersebut adalah sosok yang dihormati banyak orang, tidak perlu takut untuk menjauh.
6. Ajari anak menolak permintaan atau ajakan mencurigakan
Dalam beberapa kasus, pelaku kekerasan seksual mendekati korbannya dengan cara berpura-pura minta tolong untuk mengerjakan tugas kuliah. Ada juga yang mengimingi korban dengan hadiah agar mau mengikuti ajakan pelaku. Oleh karena itu, anak harus diajarkan menolak ajakan orang lain yang dirasa mencurigakan. Walaupun orang tersebut tampak rapi dan ramah.
Membentengi anak dari pelaku kekerasan seksual memang tidak mudah. Karena modus yang dilakukan biasanya bertahap. Pelaku mencoba berteman akrab dan mengenali korban agar mendapat banyak info, sehingga tidak ada yang mencurigainya.
Orangtua tetap bisa membentengi anak dengan edukasi, kehadiran, dan komunikasi yang terbuka. Dengan enam langkah di atas, Mama sudah membantu anak membangun keberanian untuk berkata tidak dan melindungi dirinya sendiri.
Nah, dari semua tips ini, adakah yang sudah Mama terapkan di rumah? [*]






