digitalMamaID — Camping bareng anak bukan sekadar tidur di tenda, tapi soal menciptakan kenangan. Di tengah alam, orangtua dan si kecil bisa belajar banyak hal dan saling mendekat tanpa gangguan layar.
Menurut studi yang dilakukan oleh The Camping Caravanning Club dari Sheffield Hallam University dan Liverpool John Moores University yang melibatkan 11.000 responden, berkemah memberikan banyak manfaat luar biasa bagi anak-anak:
-
- 97% responden merasa lebih bahagia saat berkemah.
- 93% merasa lebih sehat secara mental dan fisik.
- 88% menggunakan momen berkemah untuk rehat dari rutinitas.
- 98% lebih aktif secara fisik, mulai dari jalan kaki, bersepeda, hingga eksplorasi alam.
Nah, dari data ini saja, kita tahu kalau berkemah bukan cuma aktivitas seru, tapi juga punya dampak positif yang nyata untuk anak dan keluarga.
Awalnya hobi, kini jadi rutinitas keluarga
Hamidah (34), ibu asal Bandung ini rutin mengajak kedua anaknya berkemah sejak dua tahun terakhir. Seperti saat liburan sekolah Juli lalu, Hamidah dan keluarga camping di Wisata Batu Kuda, Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung.
Hamidah dan suami memang sudah menyukai kemah sejak zaman kuliah. “Aku pernah naik Gunung Manglayang dan Gunung Puntang. Abahnya (suami-red) juga dulu sama teman-temannya,” kataya kepada digitalMamaID, 6 Juli 2025.
Hobi ini tetap berlanjut hingga mereka berkeluarga. Mereka mulai mengajak anak-anak berkemah saat anak pertama berusia 5 tahun dan anak kedua 2 tahun.
Hamidah dan keluarga memang senang berkegiatan di alam, anak sulungnya bahkan sudah rutin mengikuti panjat tebing. “Kalau libur kami sering pergi ke gunung dan curug. Nah, kemudian terpikirlah bagaimana kalau camping? Kayaknya seru. Nah, sejak itulah kami mulai camping,” ungkapnya.

Peralatan dan persiapan: mulai dari yang sederhana
Menurut Hamidah, tidak perlu punya semua alat kemah untuk memulai. Namun yang terpenting adalah tenda dan baju hangat. “Tenda harus proper. Harus anti air, anti angin,” sarannya.
Kegiatan camping bareng anak kali ini juga dilengkapi dengan flysheet agar tenda lebih tahan cuaca. Untuk perlengkapan lain seperti kantong tidur dan tenda, ia memilih untuk menyewa. Kini, banyak penyedia jasa sewa alat kemah yang bisa ditemukan dengan mudah di media sosial.
Hal yang tak kalah penting menurut Hamidah, adalah melibatkan anak dalam persiapan. “Anak-anak diminta bantuan untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Mereka juga dilibatkan secara langsung untuk memasukkan barang-barang yang akan dimasukkan ke carrier,” tambahnya.
Pelibatan ini membuat anak-anak jadi mengetahui barang-barang apa saja yang harus dibawa saat berkemah. Bahkan anak pertama Hamidah sudah membawa tasnya sendiri. “Isinya keperluan pribadi dia,” ujar Hamidah.
Pilihan lokasi: dekat dan akses mudah
Bagi yang baru pertama kali mencoba berkemah, Wisata Batu Kuda bisa jadi pilihan tepat. Terletak di kaki Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, tempat ini mudah diakses lewat Ujungberung atau Cibiru. Jalannya yang bagus bisa dilewati motor, mobil, bahkan ojek lokal (sekitar Rp30.000 dari pangkalan Ciguruwik). Tiket masuknya pun terjangkau, untuk kunjungan dikenakan Rp10.000/orang, berkemah dikenakan Rp15.000/orang, parkir motor Rp5.000/hari dan parkir mobil Rp10.000/hari.
Saat hari kerja, area wisata ini tergolong sepi. “Kalau weekend kayak pasar, rame banget,” cerita Hamidah yang sudah tujuh kali berkemah di Batu Kuda ini.
Hamidah dan suami menggunakan motor untuk sampai ke Batu Kuda. Mereka menggunakan dua motor yang berjalan beriringan. Namun saat turun kadang Hamidah merasa khawatir. “Kalau turun, aku harus duluan. Jadi, aku diawasi dari belakang (oleh suami-red),” ujarnya.
Selain karena dekat dari rumah dan punya area yang luas, anak-anak juga bisa main air di area perkemahan. “Di Batu Kuda itu ada aliran sungai kecil yang airnya tuh langsung dari sumber air yang mengalir,” tambahnya.

Aman untuk anak, asal cermat
Camping bareng anak tentu perlu perhatian ekstra soal keamanannya. Hamidah dan suami selalu memastikan area sekitar tenda bersih dari benda tajam dan jauh dari binatang berbahaya. Ia juga memilih tempat yang agak sepi untuk menghindari gangguan suara saat malam.
“Kami pastikan nggak ada hewan yang membahayakan,” kata Hamidah. Kehadiran kucing dan anjing milik petani kopi menjadi penanda bahwa area tersebut aman dari satwa liar. Anjing petani yang sempat menghampiri tenda yang didirikan oleh Hamidah adalah milik petani kopi yang kebunnya berdekatan dengan area berkemah. Mereka menghampiri tenda karena mencium ada makanan.
Ia juga mengingatkan untuk selalu mengamankan sampah. Sampah organik bisa dikumpulkan di titik yang cukup jauh dari tenda, sedangkan sampah non organik harus selalu dikumpulkan dan diikat di pohon pinus dengan cukup tinggi agar tidak diendus oleh anjing. Usahakan tidak menyimpan banyak sisa makanan di tenda atau tutup dengan baik. “Kalau tidur usahakan nggak menyimpan makanan anyir seperti kornet, agar anjing nggak datang,” saran Hamidah.
Pengalaman berkesan
Setiap momen berkemah selalu meninggalkan kesan mendalam bagi Hamidah sekeluarga. Tapi yang paling berkesan adalah saat berkemah di Karacak Valley, Garut tahun lalu. “Karena perjalanannya lebih jauh jadi lebih seru. Di sana ada sungainya. Anak-anak puas banget main air di sungai. Mereka mancing udang dan ikan di sungai. Udang dan ikan hasil pancingannya jadi menu makan malam,” ceritanya.
Hamidah merasa, momen-momen seperti ini memperkuat bonding keluarga. “Kita jadi sering ketawa bareng, bercanda bareng,” katanya.
Hamidah juga menambahkan bahwa berkemah tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak namun juga untuk dirinya dan suami baik sebagai orangtua dan pasangan. “Camping ini tuh jadi ngebuat kami sebagai orang tua itu untuk saling memahami satu sama lain lebih baik untuk kami saling bekerja sama.” ujarnya.
Ia juga menambahkan momen berkemah seperti menambah energi untuk dirinya dan suami sebagai pasangan. “Momen camping kayak gini jadi momen buat menambah keintiman juga kami sebagai suami istri.” tambahnya. Hamidah dan suami biasanya sering mengobrol berdua setelah anak-anak tidur sambil menyalakan api unggun.
“Kadang-kadang kalau misalnya kita membicarakan hal-hal yang sifatnya penting tapi di tempat yang suasananya tuh bagus, syahdu, udaranya sejuk itu kan pasti pikiran kita lebih jernih dan kita juga jadi kayak yang lebih bersemangat lagi untuk mencapai apa yang sedang kita usahakan,” tambahnya.
Tantangan terbesar: mood anak
Menurut Hamidah, tantangan berkemah bersama anak justru bukan soal teknis, tapi suasana hati anak-anak. “Terkadang anak-anak suka tiba-tiba bosan, tiba-tiba capek. Nah, itu peran kami sebagai orangtua biar suasana camping-nya tuh menyenangkan terus,” ujarnya.
Salah satu triknya adalah membiarkan anak mengeksplorasi alam tanpa membawa mainan dari rumah. “Pada dasarnya anak itu ketika di alam bebas, sepertinya otak mereka tuh sibuk bekerja mengeksplor pengalamannya. Mereka pasti mencari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi mereka gitu,” katanya.
Permainan spontan yang biasa dilakukan adalah mengumpulkan buah pohon pinus atau mencari akar-akaran. Mama juga bisa mengajak anak mencari buah-buah liar, namun pastikan aman untuk dikonsumsi ya, Mama.
Kini, anak-anak Hamidah ketagihan dengan camping. “Kalau udah lama, sekitar 3 bulan nggak camping anak-anak tuh nanya dan nagih gitu. Jadi mereka tuh suka berkegiatan di alam. Mereka jadi kayak yang butuh untuk berada di alam seperti itu,” tuturnya.

Tips berkemah untuk orangtua pemula
Untuk Mama yang ingin mencoba berkemah, Hamidah memiliki beberapa tips:
- Sounding lebih dulu. Ceritakan ke anak-anak bahwa mereka akan mencoba kegiatan seru di alam terbuka.
- Siapkan perlengkapan bersama. Bawa barang-barang penting yang membuat anak merasa nyaman. Seperti tenda yang proper, baju hangat yang nyaman, obat sesuai kebutuhan dan makanan kesukaan anak-anak.
- Mulai dari lokasi yang dekat dan aman. Pilih tempat yang aksesnya mudah seperti Batu Kuda.
- Jangan overthinking. Berkemah kadang menjadi kegiatan yang sering membuat Mama khawatir terutama takut anak-anak bosan dan rewel. Namun, orang tua juga dikejar waktu dengan masa kecil anak-anak yang hanya sebentar ini. Pada dasarnya, melakukan kegiatan di alam itu lebih banyak menyenangkannya daripada hal yang tidak menyenangkan. Jadi, jangan terlalu khawatir.
Hamidah berharap kegiatan kemah akan meninggalkan memori baik yang akan dikenang anak-anaknya sampai dewasa. “Semoga memori-memori baik itu akan membentuk karakter-karakter baik juga buat anak-anak dan berguna untuk kehidupan mereka ketika dewasa nanti,” harapnya.
Mama tertarik mencoba camping bareng anak? [*]






