Siapkan Generasi Sehat, Jangan Lupa Jadwal Imunisasi!

Ilustrasi imunisasi/Pixelshot
Share

digitalMamaID — Imunisasi adalah pondasi awal bagi orang tua untuk menjaga kekebalan tubuh anak dari paparan berbagai macam penyakit, khususnya pada awal-awal kehidupan anak. Memberikan imunisasi lengkap pada anak merupakan langkah penting untuk memproteksi kesehatan anak sejak dini.

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh anak untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan patogen penyebab penyakit. Proses ini membantu tubuh anak mengenali dan menghancurkan kuman penyebab penyakit tersebut, sebelum mereka menyebabkan infeksi yang lebih serius.

Imunisasi memang tidak 100 persen melindungi anak-anak dari serangan penyakit. Anak-anak yang sudah divaksinasi, sistem kekebalan tubuhnya lebih siap merespons sehingga dapat mengurangi tingkat keparahannya.

Sudah ASI Eksklusif jadi tidak perlu imunisasi?

ASI eksklusif memang terbukti mampu dapat memperkuat sistem imun bayi yang baru lahir dan melindunginya dari risiko infeksi dan penyakit. Namun seiring bertambahnya usia bayi, aktivitasnya pun mulai bertambah. Bayi Mama tidak lagi hanya tiduran dan menyusu. Mereka mulai tertarik pada lingkungannya, mulai aktif berguling, merangkak, meraih berbagai macam benda, hingga memasukkannya ke dalam mulut kecilnya.

Karenanya pada fase inilah anak-anak rentan terinfeksi lantaran kerap menyentuh dan memasukkan benda secara sembarangan ke dalam mulut. Ini bisa menjadi faktor risiko terjadinya diare. Hal ini dikarenakan benda-benda tersebut mungkin saja terkontaminasi oleh kuman penyebab diare, seperti bakteri atau virus atau rotavirus.

Namun anak-anak juga tidak boleh melewatkan fase ini. Aktivitas memasukkan benda-benda ke dalam mulut adalah bagian penting dari proses eksplorasi dan perkembangan bayi. Mereka menggunakan mulutnya untuk mengenali rasa, tekstur, dan bentuk benda di sekitarnya.

Oleh sebab itu, pemberian vaksin rotavirus merupakan cara paling efektif untuk mencegah infeksi rotavirus dan diare yang parah pada bayi. Anak-anak tidak perlu melewatkan fase orał dan Mama tidak perlu khawatir akan bahaya diare yang mungkin menghantui.

Capaian imunisasi di Indonesia tidak sampai 90 persen

Sayangnya, capaian imunisasi selama 2022-2024 tidak mencapai 90 persen. Hal ini terjadi karena masih banyak masyarakat yang mengabaikan pentingnya imunisasi. Mereka menganggap bahwa vaksin itu tidak berguna, haram, atau bahkan menolak untuk mengimunisasi anak mereka karena ketakutan akan efek samping vaksin.

Oleh karena itu, pentingnya para tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan keamanan vaksin. Ini sejalan dengan tema perayaan Pekan Imunisasi Dunia tahun 2025 ini: “Immunization for All is Humanly Possible”. Sementara di Indonesia mengusung tema “Ayo Lengkapi Imunisasi, Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas”.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Direktur Imunisasi Kemenkes RI Prima Yosephine mengungkapkan, merujuk data World Health Organization (WHO) tahun 2023, terdapat 14,5 juta anak di dunia yang belum mendapatkan imunisasi atau disebut sebagai zero dose. Indonesia menempati peringkat keenam tertinggi secara global, dengan sekitar 1,3 juta anak belum menerima imunisasi DPT 1 selama periode 2019–2023.

“Ini bukan sekedar angka yang tertulis di atas kertas, tapi gambaran nyata bahwa masih banyak anak-anak kita di Indonesia yang belum terlindungi. Dan (ini) akan menjadi ancaman serius bagi negeri ini jika tidak bergerak melakukan sesuatu apapun,” ujar dr. Prima.

Prima menekankan, cakupan imunisasi yang tinggi, merata, dan berkualitas sangat penting untuk mencegah kesakitan, kecacatan, bahkan kematian akibat penyakit, sekaligus membangun generasi sehat yang siap menghadapi tantangan masa depan. Menurutnya, imunisasi bukan sekadar layanan dasar, tetapi investasi jangka panjang untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya yang bahkan mengancam nyawa.

Sayangnya, lanjut Prima, selama tiga tahun ini, capaian imunisasi dasar lengkap pada 13 provinsi di Indonesia masih berada dibawah target nasional, yaitu 90 persen. Ke-13 provinsi yang dimaksud antara lain Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Selatan, Papua Barat Daya, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

“Selama tiga tahun ini, capaian imunisasi pada 13 provinsi di Indonesia tidak mencapai 90 persen,” ungkap Prima dikutip dari Investor.id.

Ia mengatakan, ada berbagai faktor yang menjadi tantangan mencapai target itu. Antara lain komitmen dan pembiayaan, SDM, ketersediaan vaksin dan logistik, serta vaksin hesitancy.

“Mengatasi tantangan tersebut, berbagai strategi dilakukan di antaranya meningkatkan kapasitas petugas dan meningkatkan sistem pemantauan vaksin secara elektronik untuk memastikan ketersediaan vaksin rutin tepat waktu,” ujar Prima.

Vaksinasi lengkap

Berikut daftar vaksin wajib dan anjuran yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Vaksin wajib (Imunisasi dasar):

  • BCG : Mencegah tuberkulosis (TB) berat. Pemberian satu kali sebelum bayi berusia 3 bulan.
  • Hepatitis B: Mencegah infeksi hati kronis. Pemberian vaksin HB pertama (monovalen) diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K pertama, minimal 30 menit sebelumnya. Dosis kedua dan ketiga diberikan pada usia 1 bulan dan 6 bulan.
  • DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): Mencegah difteri, pertusis, dan tetanus. Dosis pertama diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Dosis lanjutan atau booster diberikan pada usia 18 bulan, 5-7 tahun, dan 10-18 tahun (Tdap/Td)
  • Polio: Mencegah kelumpuhan akibat polio. Vaksin Polio Oral diberikan saat lahir (0 bulan), kemudian di usia 2, 3, dan 4 bulan. Sedangkan Polio Injeksi (IPV) diberikan 1 kali pada usia 4 bulan atau lebih sesuai anjuran.
  • Campak-Rubella (MR/MMR): Mencegah campak dan rubella. Dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan, dosis kedua pada usia 15 bulan, dan dosis ketiga pada usia 5-7 tahun.

Vaksin anjuran (Tambahan):

  • Vaksin Hib: Mencegah infeksi Haemophilus influenzae tipe B, seperti meningitis. Dosis primer pada usia 2,3, dan 6 bulan. Dosis lanjutan pada usia 18 bulan.
  • Vaksin Pneumokokus (PCV): Mencegah pneumonia. Dosis primer pada usia 2,3, dan 4 bulan. Dosis lanjutan pada usia 12-15 bulan.
  • Vaksin Rotavirus: Mencegah diare berat. Monovalen diberikan dua kali pada usia 6 dan 10 minggu. Pentavalen diberikan tiga kali pada usia 6, 10, dan 14 minggu.
  • Vaksin Influenza: Mencegah influenza (flu). Diberikan setiap tahun
  • Vaksin Japanese Encephalitis (JE): Mencegah demam ensefalitis Jepang (di daerah endemis). Diberikan pada usia 9 bulan dan booster pada usia 1-2 tahun.
  • Vaksin Varicella: Mencegah cacar air. Pemberian Satu kali pada usia 12-18 bulan.
  • Vaksin Hepatitis A: Mencegah hepatitis A. Pemberian Dosis pertama diberikan pada usia 12-23 bulan dan dosis kedua diberikan dalam rentang 6-12 bulan setelah dosis pertama.
  • Vaksin Tifoid Polisakarida: Mencegah penyakit tifoid. Pemberian satu kali pada usia 24 bulan dan diulang setiap 3 tahun.
  • Vaksin Human Papilloma Virus (HPV): Mencegah kanker serviks (pada anak perempuan). pemberian dua dosis pada anak usia 9-14 tahun dengan interval 6-12 bulan antara dosis satu dan dua. Kemudian tiga dosis untuk anak usia 15 tahun ke atas.
  • Vaksin Demam Berdarah (Dengue): Mencegah demam berdarah (di daerah endemis).

Jangan sampai melewatkan jadwal imunisasi ya, Mama! [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID