digitalMamaID – DeepSeek, si underdog di dunia kecerdasan buatan (AI), belakangan ini mencuri perhatian. Dengan janji efisiensi, keamanan data, dan keberlanjutan, DeepSeek mencoba menawarkan alternatif dari raksasa AI seperti OpenAI dan Google DeepMind. Tapi, jangan buru-buru terpesona. Di balik janji-janjinya, ada sejumlah catatan kritis dan kekhawatiran yang perlu kita ketahui.
Kalau ngomongin AI, pasti yang langsung kepikiran adalah ChatGPT-nya OpenAI atau Gemini-nya Google. Tapi, tahukah Mama ada “underdog” yang sedang diperbincangkan. AI buatan Cina ini disebut bahkan lebih pintar dari ChatGPT. Bukan hanya itu, biaya pembuatan DeepSeek jauh lebih murah ketimbang teknologi lainnya. Berbagai keunggulan DeepSeek ini disebut-sebut membuat posisi Amerika Serikat sebagai raksasa teknologi terguncang.
Meski sudah banyak puja-puji yang diarahkan untuk DeepSeek, tapi ada beberapa catatan untuk AI yang sedang meroket ini:
1. Privasi data: Janji yang belum terbukti
Salah satu nilai jual DeepSeek adalah klaim mereka tentang privasi dan keamanan data. Di tengah maraknya isu kebocoran data dan penyalahgunaan informasi pribadi, DeepSeek berjanji akan melindungi data pengguna dengan protokol enkripsi yang ketat.
Tapi, janji ini masih perlu dibuktikan. Timnit Gebru, pendiri Distributed AI Research Institute (DAIR) mengingatkan privasi dan keamanan data itu fondasi dari AI yang bertanggung jawab. “Tapi, tanpa transparansi dan audit independen, klaim ini bisa jadi sekadar jargon marketing,” katanya seperti dikutip dari Wired.
DeepSeek belum menyediakan bukti konkret atau laporan audit independen yang membuktikan klaim mereka. Di dunia AI, kepercayaan adalah segalanya, dan DeepSeek masih harus bekerja keras untuk membangunnya.
2. Keberlanjutan: Ramah lingkungan atau cuma klaim?
DeepSeek juga mengklaim bahwa model AI-nya lebih ramah lingkungan karena efisien dalam penggunaan sumber daya. Ini penting, mengingat model AI skala besar seperti GPT-4 memiliki jejak karbon yang sangat besar.
Tapi, klaim ini masih dipertanyakan. Menurut Dr. Kate Crawford, peneliti senior di Microsoft Research, soal ini tidak bisa berdasar pada klaim semata. Harus ada data konkret sebagai bukti. “Kita perlu data konkret dan transparan untuk memverifikasi klaim ramah lingkungan. Tanpa itu, kita hanya bisa menebak-nebak,” katanya.
DeepSeek belum merilis laporan resmi tentang dampak lingkungan dari operasional mereka. Tanpa transparansi, klaim keberlanjutan mereka bisa dianggap sebagai greenwashing.
3. Skalabilitas: Cocok untuk kecil, tapi bagaimana dengan skala besar?
DeepSeek memang dirancang untuk efisien dan terjangkau, sehingga cocok untuk perusahaan kecil dan menengah. Tapi, bagaimana dengan kebutuhan perusahaan besar atau proyek-proyek kompleks?
“Fleksibilitas dan efisiensi itu penting, tapi skalabilitas juga krusial. AI yang tidak bisa berkembang sesuai kebutuhan pasar akan kesulitan bersaing dalam jangka panjang,” kata Fei-Fei Li, profesor Stanford dan direktur Stanford AI Lab dikutip dari MIT Technology Review.
DeepSeek masih harus membuktikan bahwa model mereka bisa bersaing dengan model skala besar seperti GPT-4 atau AlphaFold dalam hal kompleksitas dan kemampuan.
4. Ekosistem dan dukungan komunitas masih tertinggal
Salah satu keunggulan OpenAI dan Google DeepMind adalah ekosistem dan dukungan komunitas yang besar. Mereka memiliki ribuan pengembang yang aktif berkontribusi dan memperbaiki model AI-nya.
Sayangnya, DeepSeek masih tertinggal di sini. Yoshua Bengio, salah satu pelopor AI modern mengatakan, ekosistem dan komunitas itu penting untuk perkembangan AI. Tanpa itu, inovasi akan lambat dan adopsi akan terhambat.
DeepSeek masih dalam tahap awal membangun ekosistemnya. Ini menjadi tantangan besar, terutama di dunia AI yang sangat kompetitif.
5. Risiko bias dan etika AI
Seperti model AI lainnya, DeepSeek juga berpotensi memiliki masalah bias dalam data dan algoritmanya. Jika tidak ditangani dengan baik, ini bisa menyebabkan diskriminasi atau ketidakadilan dalam pengambilan keputusan.
Dr. Joy Buolamwini, pendiri Algorithmic Justice League mengingatkan, bias dalam AI bukan hanya masalah teknis, tapi juga masalah etika. Tanpa pengawasan yang ketat, AI bisa memperburuk ketidakadilan yang sudah ada.
DeepSeek belum secara terbuka membahas bagaimana mereka mengatasi risiko bias ini. Ini menjadi kekhawatiran serius, terutama jika model mereka digunakan di sektor-sektor sensitif seperti kesehatan atau keadilan.
6. Ketergantungan pada DeepSeek: Risiko monopoli baru?
Meskipun DeepSeek menawarkan alternatif dari raksasa AI, ada kekhawatiran bahwa mereka bisa menciptakan monopoli baru jika terlalu dominan. Ini bisa membatasi pilihan pengguna dan menghambat inovasi.
Pakar AI Dr. Andrew Ng berpendapat, Persaingan yang sehat itu penting untuk kemajuan AI. “Kita perlu banyak pilihan, bukan hanya satu atau dua pemain dominan,” katanya seperti dikutip dari TechCrunch.
DeepSeek perlu memastikan bahwa mereka tidak hanya menjadi alternatif, tapi juga mendorong persaingan yang sehat di industri AI.
DeepSeek punya potensi besar, tapi mereka masih punya banyak PR untuk membuktikan diri. Jadi, jangan buru-buru terpesona. Pantengin terus perkembangannya, apakah kekhawatiran ini bisa terjawab di masa depan? [*]