digitalMamaID – Setelah demam Pokemon Go 2016 silam, kali ini kembali muncul demam serupa yaitu Koin Jagat. Bedanya, jika dahulu kita berburu monster-monster Pokemon, kali ini kita diajak berburu koin virtual yang tersembunyi di ruang-ruang publik. Untuk setiap koin yang ditemukan, dapat ditukarkan dengan hadiah uang dengan nominal bervariasi. Koin perunggu berhadiah Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta, sedangkan koin perak berhadiah sampai Rp 10 juta dan koin emas konon berhadiah sampai Rp 100 juta.
Perburuan harta karun digital ini dilakukan melalui aplikasi bernama Jagat. Aplikasi ini dirilis oleh PT. Jagat Technology Pte. Ltd yang berbasis di Singapura. Pendirinya sendiri adalah Barry Beagen dan Loy Xing Zhey. Sebetulnya aplikasi ini layaknya media sosial yang lain, untuk berinteraksi lewat pesan teks, suara, foto dan video, bisa tetap terhubung dengan orang-orang terdekat secara real time, melacak lokasi dan aktivitas orang-orang terdekat.
Namun, yang menjadi menarik adalah adanya fitur permainan koin jagat di dalamnya. Menggunakan teknologi Augmented Reality (AR), menggabungkan dunia digital ke dalam dunia nyata, pemain diajak menyusuri ruang-ruang publik mencari koin. Tak disangka-sangka, permainan ini diminati banyak remaja dan menjadi viral di TikTok. Terhitung sudah ada 30 juta pelanggan yang tersebar di Indonesia, Jepang, Taiwan, Vietnam dan Spanyol.
Merusak fasilitas umum di Bandung
Meskipun diminati banyak orang, sama halnya dengan Pokemon Go yang banyak menelan korban jiwa dan kecelakaan lalu lintas, Koin Jagat juga menimbulkan banyak kontroversi. Permainan ini memicu vandalisme dan merusak fasilitas umum. Di Bandung, Taman Tegalega, Taman Sukajadi dan Taman Maluku mengalami kerusakan parah, tanaman diinjak-injak serta digali, tangga tribun dan paving block dibongkar paksa demi menemukan koin.
Plt Kabid Pertamanan dan Dekorasi DPKP Kota Bandung, Yuli Eka Dianti menyayangkan kejadian ini dan mengatakan pihaknya telah meminta bantuan Satpol PP untuk menjaga taman-taman di Kota Bandung.
“Jadi Satpol PP mutar ya, nggak stay di satu taman, saya di setiap taman menempatkan petugas tergantung luas taman itu, kalau tamannya besar, bisa 4 sampai 5 orang ada di situ,” kata Yuli, Kamis, 16 Januari 2025 seperti dikutip dari Detik.
Adapun taman-taman yang dijaga petugas antara lain, Taman Tegallega, Taman Sukajadi, Taman Maluku, dan beberapa lokasi lainnya. Yuli juga sudah menginstruksikan petugas penjaga taman untuk membubarkan jika masih ada yang berburu koin. Hal itu dilakukan karena Pemkot Bandung khawatir aktivitas itu membuat kondisi taman semakin rusak.
Tidak berizin
Menurut Yuli, pihak aplikator tidak memiliki izin untuk menjadikan taman di Kota Bandung sebagai lokasi melakukan aktivitas berburu koin. “Dia (aplikator) tidak pernah komunikasi dengan kita, nggak ada izin kalau akan ada kegiatan-kegiatan seperti itu. Harusnya kan mereka menyampaikan ke dinas atau pemerintah kota akan ada kegiatan mengeksplor ruang publik,” ujarnya.
Senada, Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara kepada PRFM News, menyampaikan, pihak pengembang aplikasi Jagat tidak meminta izin kepada Pemkot Bandung dalam menggelar kegiatan mencari koin tersembunyi di area taman kota.
“Kami tidak pernah menerima permohonan izin. Jadi, nanti akan ditindaklanjuti oleh Kadiskominfo. Kalau memang tidak boleh, ya akan dilarang,” ungkap Koswara. Ia berharap aktivitas yang melibatkan masyarakat lebih baik diterapkan dengan konsep yang bersifat lebih edukatif, bukan malah merusak fasilitas umum.
Koswara juga menyarankan agar aktivitas seperti berburu Koin Jagat diarahkan ke lokasi lain yang tidak merusak fasilitas publik, seperti lapangan atau tempat tertutup lainnya. “Kalau ingin membuat aplikasi berbasis poin, sebaiknya dikaitkan dengan kegiatan positif seperti membersihkan sampah atau menabung botol plastik di bank sampah. Itu lebih mendidik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” tuturnya.
Kebahagiaan sementara
Dilansir dari DetikHealth, Psikolog, Salma Ghina Sakinah Safari, berpendapat bahwa fenomena pencarian koin jagat secara psikologis membuat seseorang tertarik dengan sistem reward berupa hadiah atau menyelesaikan misi.
Tidak hanya itu, faktor komunitas yang besar dalam permainan ini membuat banyak orang merasa terhubung dengan pemain lain. Hal ini yang membuat akhirnya pencarian koin jagat ini semakin masif diikuti banyak orang.
“Rasa kebersamaan ini dapat meningkatkan well-being atau kebahagiaan sementara, terutama bagi mereka yang merasa kesepian. Game seperti koin jagat memadukan motiv asi intrinsik (kesenangan dalam bermain) dan motivasi ekstrinsik (hadiah atau pengakuan sosial). Sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan individu pada aktivitas ini,” ucap Ghina.
Perubahan format permainan menjadi ‘Misi Jagat’
Setelah melakukan pertemuan dengan Kemenkomdigi secara daring, Barry Beagen, selaku Co-Founder Jagat sepakat untuk mengubah format permainannya. Mereka mengubahnya menjadi ‘Misi Jagat’ guna mendorong pengguna berkontribusi positif di ruang publik.
“Melalui Misi Jagat, kami akan mendorong para pengguna untuk melakukan perbaikan ruang publik terlebih dahulu dan selama periode ini tidak akan ada koin yang bisa diburu dalam aplikasi Jagat,” ujar Barry.
Barry juga berkomitmen akan membuat kanal resmi bagi pemerintah, pengelola, hingga masyarakat umum. Kanal ini untuk memonitor dan melaporkan jika masih ada kerusakan pada fasilitas publik yang diakibatkan kegiatan berburu koin di platform mereka. Ia juga memastikan koin-koin yang berada di daerah rawan akan segera dihapus dari aplikasi.
“Kami percaya ‘Misi Jagat’ akan meningkatkan kualitas ruang publik khususnya melalui partisipasi aktif generasi muda,” pungkasnya. [*]