digitalMamaID – Berganti era, berganti pula macam-macam risiko yang harus dihadapi individu saat ini. Tak terkecuali pada penggunaan platform media sosial. Sekstorsi atau sextortion kini menjadi ancaman serius di era digital, termasuk kelompok muda seperti remaja. Kejahatan ini merupakan bentuk pemerasan finansial dengan ancaman akan mengumbar konten intim korban jika korban tidak memenuhi keinginan pelaku.
Latar belakang pengguna yang beragam, media sosial menjadi wadah yang paling umum terjadinya kasus sekstorsi. Fakta bahwa media sosial terfavorit saat ini bagi Gen Z adalah Instagram, memungkinkan kejahatan sekstorsi ini menjerat kalangan remaja. Alih-alih kebebasan berekspresi di media sosial, terkadang menjadikan remaja kurang sadar terkait keamanan digital.
Melihat fenomena ini, Meta sebagai induk dari Instagram dan Facebook ingin mengambil peran dalam memerangi ancaman sekstorsi bagi penggunanya. Meta merilis serangkaian fitur baru yang berfungsi untuk mencegah aksi sekstorsi yang mungkin dilakukan oleh calon pelaku dan melindungi penggunanya yang berpotensi menjadi korban.
Mama bisa membaca fitur keamanan terbaru yang dirilis Meta berikut ini.
Notifikasi akun yang mencurigakan
Di usia remaja pastinya akan senang jika punya banyak teman atau pengikut di Instagram. Sayangnya, tak semua pengikut di platform tersebut adalah “teman”, bisa jadi justru oknum yang berpotensi melakukan tindakan sekstrosi.
Fitur baru yang diluncurkan Meta salah satunya adalah memberikan notifikasi untuk waspada pada akun yang tidak dikenal meski saling mengikuti. Fitur ini akan muncul jika orang tersebut mengirim pesan melalui DM (direct message). Meta akan memberitahukan bahwa akun tersebut mungkin tinggal di daerah atau negara lain.
Meta juga memberikan pesan untuk tidak membagikan informasi yang bersifat personal pada orang tidak kita kenal secara langsung. Terlebih jika akun tersebut mengirim pesan untuk meminta foto atau uang, sangat besar kemungkinannya bahwa akun tersebut adalah akun penipu.
Selanjutnya Meta memberikan opsi untuk menghindari akun tersebut berkomunikasi lebih jauh dengan akun pengguna untuk “Batasi”, “Blokir”, atau “Laporkan”. Maka, akun tersebut akan dijauhkan dari akun mereka. Sehingga, akun mereka selangkah lebih aman dari pelaku kejahatan sekstorsi.
Menutup akses untuk melihat pengikut dan akun yang diikuti
Umumnya, pelaku kejahatan sekstorsi akan mencari tahu siapa saja akun yang remaja ikuti dan mengikuti akun mereka. Hal ini dilakukan oleh pelaku untuk melakukan pemerasan dengan mengancam menyebarkan aib mereka. Hal ini sudah dicegah oleh Meta dengan memperkuat keamanan platform media sosialnya.
Sehingga, akun-akun yang dicurigai sebagai akun penipu tidak dapat melihat pengikut dan apa yang mereka ikuti, bahkan foto yang menandai mereka serta akun lain yang menandai foto mereka. Jadi, Meta secara langsung mempersempit ruang gerak pelaku.
Meniadakan tangkapan layar dan opsi tampilan kiriman gambar di DM
Umumnya, percakapan personal terjadi di DM. Tak hanya percakapan, umumnya remaja saling mengirim konten personal berupa gambar atau video melalui DM. Hal inilah yang menjadi salah satu pintu awal terjadinya aksi sekstorsi.
Melihat potensi kejahatan ini, Meta pun cepat tanggap dengan segera meniadakan opsi tangkapan layar di DM. Sehingga, pelaku tidak dapat memperoleh informasi sensitif remaja yang ada di DM tersebut. Pencegahan tangkapan layar juga berlaku di Instagram versi web untuk mencegah pelaku melakukan tangkapan layar dari perangkat selain smartphone.
Selain itu, remaja juga dapat memilih foto atau video yang mereka kirim melalui DM untuk dapat dibuka hanya satu kali (view once) atau dapat berulang (allow replay). Jadi, para remaja punya kuasa penuh atas apa yang ingin mereka bagikan bahkan dari DM sekalipun.
Proteksi konten tanpa busana
Tak sedikit pelaku penipuan mengirimkan foto atau video tanpa busana untuk berbagai alasan, salah satunya memancing remaja melakukan hal yang sama. Selain menimbulkan potensi terjadinya sekstorsi, tentu ada perasaan tak nyaman dan bahkan trauma yang mungkin mereka dapatkan karena hal tersebut.
Lagi-lagi, Meta bereaksi dengan melakukan proteksi terhadap konten tanpa busana melalui DM. Jadi, foto atau video yang dikirimkan oleh pelaku tidak akan langsung terlihat jelas. Justru konten tersebut disensor sehingga gambar terlihat buram dan memberikan pesan pada mereka bahwa konten tersebut berpotensi memuat konten tanpa busana. Dengan begitu, pengguna remaja tidak langsung terpapar konten tersebut dan dapat memblokir serta melaporkan akun tersebut untuk agar hal tersebut tak terjadi lagi di kemudian hari.
Dengan dirilisnya fitur-fitur di atas, besar harapan Meta untuk membantu mencegah aksi sekstorsi terjadi pada penggunanya, terkhusus bagi remaja yang mungkin belum mengetahui secara mendalam seputar keamanan digital.
Hal tersebut juga jadi bukti bahwa Meta sangat serius dalam menangani kasus sekstorsi di platform media sosialnya. Terbukti, hingga Juli 2024, Meta telah menghapus sekitar 7200 aset Facebook yang berisi tindakan sekstorsi, baik postingan hingga akun yang memposting.
Bimbing remaja: Berani bicara, berani melapor
Bahaya sekstorsi yang mengintai remaja melalui platform media sosial sangatlah serius. Mereka bisa jadi sasaran bagi pelaku untuk melakukan pemerasan finansial serta penyebaran informasi atau konten intim.
Mama bisa mempelajari fitur-fitur ini lalu mengomunikasikan pada mereka tentang perlunya mengetahui cara bermain media sosial dengan aman. Langkah sederhana ini mampu berperan besar menghindarkan remaja dari kejahatan sekstorsi dan mempersulit langkah para pelaku untuk melangsungkan aksinya.[*]