digitalMamaID – Sebagai ibu, perempuan kerap menghadapi berbagai tekanan. Mulai dari urusan pekerjaan, pendidikan, hingga pengasuhan anak. Oleh karena itu, kesadaran akan kesehatan mental perlu menjadi prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari. Yoga dan art therapy bisa menjadi cara untuk menjaga kesehatan mental ibu.
Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober, digitalMamaID menyelenggarakan “Mindful Escape for Mom’s Mental Wellness” di Warenhuis De Vries, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Minggu, 27 Oktober 2024. Acara ini terdiri dari sesi yoga bersama instruktur yoga profesional Evy Silviania dari Urban Harmony dan art therapy yang dipandu oleh psikolog Tika Dwi Ariyanti. Acara dengan peserta terbatas ini disponsori oleh OCBC, Urban Harmony, serta Minum Rempah Indonesia (MRI).
Peserta kegiatan ini adalah 20 orang terpilih yang sebelumnya mengikuti webinar berjudul “Mengenali dan Menyikapi Kekerasan pada Perempuan” yang berlangsung pada Minggu, 20 Oktober 2024. Webinar ini menghadirkan Ratri Kartikaningtyas, psikolog dari Bliss Happiness Clinic, dan Sugih Hartini, pendamping korban kekerasan dari Bale Istri SAPA Institute. Webinar ini membahas pentingnya kesadaran akan risiko kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan menjadi isu penting yang mempengaruhi kesehatan mental ibu.
Menerima diri dengan yoga

Yoga dikenal sebagai olahraga meditasi yang menekankan teknik pernapasan dan olah tubuh. Walaupun terlihat mudah dan sering dilakukan di tempat yang tenang, KlikDokter menyebutkan, gerakan dan teknik pernapasan dalam yoga dapat membakar sekitar 250 kalori atau setara dengan berenang gaya bebas selama 30 menit. Menurut Harvard Health Publishing, yoga terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan depresi. Ini terjadi karena latihan yoga dapat meningkatkan kadar GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) dalam tubuh, memberikan efek positif yang lebih tahan lama dibandingkan teknik relaksasi lainnya, seperti mendengarkan musik.
Kelas yoga yang dipimpin oleh Evy Silvania berlangsung dengan penuh khidmat. Para peserta, yang mayoritas adalah ibu-ibu, menerima afirmasi positif selama sesi. Kelas yoga ditutup dengan sesi stress release menggunakan metode hipnoterapi, memberikan kesempatan bagi peserta untuk merasakan relaksasi mendalam.
Kiki Rizki Nuramalia, salah satu peserta yang juga merupakan ibu dari dua anak, menyatakan ketertarikan dan manfaat yang ia rasakan dari kelas tersebut. “Selain temanya yang menarik, saya juga sedang mencari ketenangan batin melalui yoga,” ujarnya. Kiki merasa lebih tenang dan bersemangat setelah menyelesaikan sesi yoga.
Art therapy sebagai media ekspresi

Setelah sesi yoga, peserta mengikuti kegiatan art therapy bersama psikolog Tika Dwi Ariyanti. Art therapy adalah metode konseling yang memungkinkan klien mengekspresikan, menafsirkan, dan menyelesaikan emosi dan pikiran mereka melalui seni. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk menggunakan seni sebagai media ekspresi diri, memahami konflik, dan menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Tika menjelaskan perbedaan antara yoga dan art therapy sebagai metode terapi. “Yoga adalah terapi fisik yang menghasilkan relaksasi, sementara art therapy mengedepankan ekspresi perasaan lewat seni,” ujarnya. Dalam sesi konseling yang biasa ia lakukan, metode terapi yang dipilih dapat bervariasi antara satu klien dengan lainnya, tergantung pada kondisi yang sedang dialami.
Mengelola ekspektasi dan stres dalam pernikahan
Menikah membawa tantangan baru, terutama di fase awal. Banyak pasangan mengalami stres akibat perbedaan kebiasaan, yang seringkali memicu kekecewaan. Hal ini terutama dirasakan oleh perempuan, yang seringkali memiliki ekspektasi tinggi tentang kehidupan pernikahan. Di sisi lain, pria cenderung lebih santai dan menerima keadaan, yang bisa menyebabkan ketegangan.

Tika menekankan pentingnya peran pasangan dalam merawat hubungan pernikahan. “Suami diharapkan peka terhadap perubahan emosi istri, menunjukkan empati, dan mendukungnya melalui bahasa cinta yang sesuai. Sementara itu, istri dapat mengelola stres dengan emotional-focused coping, seperti menangis untuk meredakan emosi sebelum mencari solusi,” ujarnya.
Pola pikir positif sangat penting untuk membantu ibu melewati masa sulit dalam rumah tangga. Kesulitan tidak akan berlangsung selamanya. Jika stres berlanjut hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti enggan bangun atau kehilangan nafsu makan, penting untuk mencari bantuan profesional.
Mindful sscape untuk mama
Tema “Mindful Escape for Mom’s Mental Wellness” diharapkan dapat menjadi harapan bagi para mama untuk merawat kesehatan mental mereka. Rangkaian kegiatan yang dilakukan diharapkan membantu para mama sejenak mengambil waktu istirahat dengan fokus pada mindfulness. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk “melarikan diri” dari rutinitas yang sibuk, tetapi dengan cara yang penuh kesadaran.
Salah seorang peserta Nais Ambarwati mengungkapkan, dia sangat membutuhkan kegiatan ini. “Saya butuh ilmu baru, butuh kegiatan baru, dan butuh keluar dari rutinitas,” ujarnya. Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan para mama dapat merasakan manfaatnya dan kembali ke aktivitas sehari-hari dengan lebih segar dan positif.
Melalui acara ini, digitalMamaID memberikan wadah untuk merawat kesehatan mental ibu. Selain itu juga mengajak ibu-ibu lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara peran sebagai ibu, pasangan, dan individu. [*]