Seleramu Tidak Harus Menjadi Seleraku

Ilustrasi: Format Original Photos/Canva Pro
Share

Ada satu hal yang cukup menggelitik di pikiranku saat makan siang. Tepatnya  saat ada satu teman sebut saja Kaysa mengomentari  warna pakaian temanku lainnya yang bernama Rizka. “Aku nggak suka warna gamis kayak gini,” telunjuk Kaysa mengarah ke pakaian Rizka.

Refleks Rizka menjawab, “Ya ampun jangan di depan orangnya langsung kek.”

Meski  saat menjawab Rizka diiringi tawa kecil, tapi dari mimik wajahnya aku bisa sedikit merasakan ketidaknyamanannya.  Setiap siang, kami biasa makan bersama  teman-teman satu lantai di kantor.

Entah ada angin apa, aku yang sedang menikmati kunyahan nasi dan lauk siang itu terbawa suasana. Aku tahu kebiasaan Kaysa ini, hobi sekali mengomentari make up dan outfit teman-teman di kantor. Lebih tepatnya nyinyir bukan komentar positif apalagi saran yang membangun. Rasanya perlu ada seseorang yang berani memberikan ultimatum padanya. Dan itu adalah aku.

“Jangan paksa orang buat suka sama selera warnamu. Tidak semua yang kamu suka, orang lain harus suka,” begitu kalimat tegasku pada saat itu ke Kaysa. Agar suasana agak cair aku iringi tawa kecil di akhir kalimat tersebut.

Kaysa terdiam dan tampak biasa saja.

Namun, respon tidak terduga datang dari beberapa teman yang mendengar kalimatku. Ternyata banyak yang mengaminkan kalimatku. Bahkan ada yang berucap, “Tuh dengerin ​Kaysa. Jangan kayak gitu.”

Lainnya juga ikut menyuarakan sambil bersorak, “Tahu tuh Kaysa. Huuu…”

Kami tertawa bersama-sama. Untungnya Kaysa bukan tipe orang yang baper ketika diberikan ultimatum seperti itu. Tampaknya teman-teman juga tahu kalau aku tipe orang yang ceplas-ceplos dan suka memberikan ultimatum ketika ada suatu hal yang menyenggol hati. Semoga Kaysa paham maksud nasihat ucapanku itu.

Semenjak kejadian itu, Kaysa tampak tak berubah juga.  Dia tetap mengomentari  penampilan di sekitarnya. Ya, aku tahu memang butuh proses dan kesadaran diri yang tinggi untuk berubah menjadi lebih baik. Semoga saja sampai tulisan ini dibuat Kaysa sudah menjadi pribadi yang lebih baik.

Adila Rarasthika

 


Cerita Mama berisi cerita yang ditulis oleh pembaca digitalMamaID seputar pengalamannya saat bersentuhan dengan dunia digital, baik saat menjalankan perannya sebagai individu, istri, ibu, pekerja, maupun peran-peran lain di masyarakat. Kirimkan cerita Mama melalui email redaksi@digitalmama.id atau digitalmama.id@gmail.com dengan subyek [Cerita Mama].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID