Call Me Papa, Menyelami Duka Lewat Karya

Dian Mayang Sari bersama karyanya di pameran Call Me Papa/Catur Ratna Wulandari/digitalMamaID
Share

digitalMamaID – Kepergian orang tua menghadirkan perasaan kehilangan yang medalam bagi anak. Lewat karyanya, Dian Mayang Sari tidak hanya menyelami kehilangan, tapi juga kehadiran ayahnya semasa hidup. Call Me Papa, rangkaian karya Mayang menyelami dukanya.

Mayang sudah terbiasa tinggal berjauhan dengan ayahnya. Sejak ia kecil, ayahnya bekerja di luar kota. Saat pandemi, ayahnya memutuskan pensiun dan pulang ke rumah keluarga. “Di situ aku baru mengenal bapakku. Ternyata dia manusia juga, bisa marah, bisa nyebelin,” katanya saat ditemui di Kedai Mimilu, Bandung, medio Juli 2024.

Tidak jarang ada keributan kecil dengan ayahnya. Tapi kemudian keduanya berbaikan dan kembali tertawa bersama. Menjelang akhir tahun 2023, ayahnya mengalami serangan jantung. Mayang kembali dihadapkan pada sifat ayahnya yang berbeda. Ayahnya jadi lebih sensitif, sering ngomel, tapi juga manja sekali. Mirip seperti anak-anak. “Tapi menyenangkan,” ujar seniman perempuan asal Bandung ini.

Mayang sempat menyangkal keadaan itu. Ia seperti tak terima ayahnya harus bergulat dengan penyakit. Tiap berdoa, ia merasakan pergulatan batin yang luar biasa. Ia ingin ayahnya terbebas dari penyakit. Tapi ia pun tak sanggup kalau itu berarti ia harus kehilangan ayahnya.

Call Me. Papa, pameran seni instalasi dan gambar karya Dian Mayang Sari di Mimilu, Bandung, 12 Juli - 30 Agustus 2024.
Call Me. Papa, pameran seni instalasi dan gambar karya Dian Mayang Sari di Mimilu, Bandung/Catur Ratna Wulandari/digitalMamaID

Call Me: Papa

Tapi melihat semangat juang ayahnya yang begitu tinggi,  Mayang seperti mendapat energi. Ia berkarya lagi. Ia menggambar lagi. Terakhir kali ia menggambar pada 2015.

Meski sempat membaik, ayahnya berpulang tidak lama setelah Lebaran 2024. Kehilangan justru membawa Mayang pada banyak ingatan saat ayahnya hadir dalam hidupnya.

Waktu kecil, Mayang tak bisa setiap hari berjumpa dengan ayahnya. Saat ada hal-hal menjengkelkan yang menimpanya, ia tak bisa langsung mengadu. Ia kumpulkan ‘aduannya’ di sebuah buku harian. “Kalau papa pulang, papa akan baca. Setiap akhir tulisanku, dia akan nulis ‘Call Me: Papa’. Ada gambar teleponnya karena dulu telpon-telponan terus,” kata anak kedua dari empat bersaudara itu.

Itulah yang mengilhami judul pameran karyanya. Pameran ini digelar oleh Karya Teman Mimilu yang dibuka pada Jumat, 12 Juli 2024.

Mayang membuat karya instalasi dengan medium benang dan kain. Karyanya menampilkan warna-warni yang cerah dengan bentuk yang unik. Misalnya saja kain lebar yang ditempel dengan kain-kain berbeda motif dan pola. Tampak seperti tak beraturan tapi saling terhubung. Demikianlah Mayang menggambarkan isi kepala ayahnya lewat karya.

Benang dan kain bukan hal baru bagi Mayang. Ketika bekerja di Toko Buku Kecil (Tobucil), ia mulai mengeksplor dua benda itu sebagai medium berkaryanya.

Call Me. Papa, pameran seni instalasi dan gambar karya Dian Mayang Sari di Mimilu, Bandung/Catur Ratna Wulandari/digitalMamaID
Karya berjudul Intip Jendela 1 di Call Me. Papa, pameran seni instalasi dan gambar karya Dian Mayang Sari di Mimilu, Bandung/Catur Ratna Wulandari/digitalMamaID

Berproses

Ingatan lain bersama ayahnya juga Mayang tuangkan lewat gambar. Ia menggambar dengan tinta di atas tetrapack yang diambil dari bekas minuman kemasan.

Gambarnya tidak diwarna penuh. Tapi garisnya sebagian ia buat putih, sebagian lagi berwarna-warni, khas karyanya. Ia tuangkan ingatan-ingatannya tentang ayah. Misalnya saat pergi bersama naik kereta api, berlibur ke pantai, dan lainnya.

Lewat berkarya, Mayang menghadapi dukanya. Ia menerima kepergian ayahnya, sekaligus mengenang setiap kehadirannya.

“Belajar,” demikian Mayang mendeskripsikan ayahnya dalam satu kata. Bersama ayahnya, ia jadi belajar memahami situasi orang lain. Ia tidak buru-buru mutung saat situasi tidak seperti yang ia inginkan. Ia berusaha mencerna situasinya.

Benar apa yang dikatakan Mia Maria yang memberi pengantar dalam pameran ini. Karya-karya Mayang memperlihatkan proses menyelami dukanya, menghadapi emosinya, bercengkerama dengan semua bagian dalam dirinya. “Kitapun boleh berproses lewat karya Mayang,” tulisnya.

Pameran seni instalasi dan gambar Call Me Papa digelar sampai 30 Agustus di Mimilu, Jalan Bukit Dago Utara no. 28 Bandung. Buka Selasa sampai Minggu jam 08.00-17.00 WIB. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID