digitalMamaID – Tren video pendek yang dipopulerkan oleh platform media sosial membuat anak sulit mempertahankan fokus. Membacakan nyaring atau yang biasa disebut dengan read-aloud bisa melatih fokus anak.
Attention span ialah jumlah waktu saat seseorang bisa berkonsentrasi pada sesuatu tanpa terganggu. Penulis buku “Attention Span: Finding Focus and Fighting Distraction”, Gloria Mark menyebut, pada 2004 rata-rata orang bisa perhatian pada satu layar selama 150 detik. Rentang perhatian itu perhatian pada satu layar sebelum beralih ke yang lainnya. Akan tetapi, rentang perhatian itu makin hari makin pendek. Sekarang rentang perhatian orang hanya sekitar 47 detik.
Terus berkurangnya attention span ini salah satunya karena kebiasaan mengonsumsi media digital yang sekarang didominasi oleh video pendek. Kemunculan TikTok, fitur Reels di Instagram, juga media sosial membuat orang terbiasa dengan video pendek dengan durasi bahkan kurang dari 10 detik.
Anak-anak yang sudah terpapar dengan media digital seperti ini menjadi mudah kehilangan fokus. Ini jadi tantangan bagi orangtua ya, Mama? Kabar baiknya, kita bisa melatih fokus anak. Salah satu caranya dengan membacakan nyaring. “Membaca sebentar-sebentar tapi sering,” begitu kata Roosie Setiawan, pendiri Reading Bugs, Komunitas Read Aloud Indonesia saat berbicang di digitalMamaTALK, Jumat, 23 Juni 2023.
Membacakan nyaring bisa melatih fokus anak. Selama aktivitas membacakan nyaring, anak memusatkan perhatiannya pada buku yang dibacakan. Meski durasi tidak lama, jika aktivitas itu terus diulang anak akan terbiasa. Durasinya kemudian bisa ditambah secara bertahap. Perlahan rentang perhatiannya akan semakin melebar.
Roosie mengatakan, transformasi dunia digital tak bisa dibendung. Menghalangi anak untuk tidak mengenalnya sama sekali pun tidak bijak. “Kemampuan anak sekarang itu mendengar, membaca, menulis, dan memirsa. Jadi memang harus menguasai teknologi juga, tapi harus sesuai dengan usianya,” kata Roosie.
Ia mengatakan, sebelum dua tahun sebaiknya anak tidak diberi gawai dulu. Setelah itu bisa mulai mengonsumi media digital yang sesuai dengan perkembangan usianya. Pada saatnya, anak juga bisa menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran.
Meski sudah mengenal teknologi, anak mesti tetap diajak untuk membaca. Selain sebagai kemampuan wajib, membaca punya manfaat pula untuk mengasah keterampilan memirsa atau menyimak media digital. “Rentang perhatian yang semakin memendek harus dilatih dengan membaca,” ujar Roosie.
Tips untuk orangtua
Duduk tenak bersama anak lalu membacakan nyaring buku cerita yang asyik sepertinya tidak sulit, ya! Tapi kenyataannya, ini aktivitas yang menantang. Tapi jangan buru-buru menyimpulkan kalau anak tidak suka membaca. Bisa jadi, cara kita keliru.
Menurut Roosie, ada beberapa hal yang perlu Mama perhatikan ketika akan membacakan nyaring kepada anak:
Lihat mood anak
Jika anak sedang tidak mood, mungkin sedang marah atau kesal akan sesuatu, tentu akan sulit untuk mengajaknya membaca. Sebaiknya tunggu hingga suasana hatinya membaik.
Sebentar tapi sering
Membacakan buku dalam durasi pendek tapi sering, lebih baik ketimbang membaca dalam waktu panjang tapi hanya sekali seminggu. Mama bisa membuat jadwal khusus untuk membaca nyaring dengan anak. Misalnya setelah gosok gigi sebelum tidur, setelah sarapan, atau setelah makan siang. Durasinya bisa 5-10 menit saja, tapi pastikan dilakukan secara rutin.
Pilih buku yang bagus/seru
Anak menyukai buku bagus, buku yang seru. Tentu saja itu berpatokan pada selera anak, bukan ibu atau ayahnya. Libatkan anak saat memilih buku. Mama juga bisa bertanya kepada anak, buku seperti apa yang disukai.
Memantik obrolan
Saat membaca, biasanya anak akan menyela dengan berbagai pertanyaan. Ini pertanda bagus! Berarti anak memberi perhatian dan terpantik untuk berdiskusi. Itulah tujuan membacakan nyaring. Jika anak tidak bertanya, Mama bisa melontarkan pertanyaan pada anak. Setelahnya, Mama bisa mengobrolkan buku yang selesai dibaca dengan anak.
Ajak mengenali buku
Penting bagi anak untuk mengenali buku. Kenalkan sedini mungkin bahwa buku bisa dibolak-balik, membaca dari kiri ke kanan, dan interaksi apa saja yang bisa dilakukan dengan buku. Ini akan mendorong anak untuk mencintai buku.
Ingat ya, Mama…
Jika kita ingin anak senang membaca, maka orangtua juga harus membaca. Bagi anak, orangtua adalah role model. “Anak akan melihat kita,” ujar Roosie.
Saat akan memberikan buku kepada anak, perlu juga kita perlu melihat ulasannya terlebih dahulu. Ini untuk memastikan apakah buku ini mengandung nilai yang baik, seru atau tidak, sesuai dengan selera anak kita atau tidak.
Jangan menyerah jika hari ini belum berhasil, ya. Coba lagi, coba terus! [*]