digitalMamaID – Denmark menduduki peringkat negara paling bahagia di dunia menurut Organisasi Untuk Kerjasama Dan Pembangunan Ekonomi (OECD – Organisation for Economic Cooperation and Development) selama hampir tiga dekade. Akan sulit untuk meraih pencapaian tersebut jika seseorang tumbuh dari masa kecil yang buruk. Gaya parenting Denmark menarik untuk disimak.
Apakah mungkin Mama dapat membesarkan anak yang baik, santun, percaya diri, dan bahagia hanya dengan menghadiahi mereka makanan yang lezat? Mungkin saja. Namun, parenting Denmark tidak seperti itu.
Parenting ala Danish
Diterjemahkan dari Fatherly, berikut ini beberapa teknik parenting dari Danish (sebutan untuk orang Denmark) yang bisa Mama ikuti!
1. Permainan yang penting untuk perkembangan anak
Bermain bebas, baik dilakukan sendiri atau bersama teman, menurut penelitian dapat mendorong anak-anak menjadi lebih tangguh dan tidak stres, serta meningkatkan keterampilan sosial. Itu juga membuat anak-anak merasa seperti sedang mengendalikan hidup mereka, yang mengarah pada otonomi dan pengendalian diri yang lebih besar saat mereka tumbuh dewasa. Bermain sangat dihargai di Denmark sehingga hal tersebut menjadi komponen utama dari kurikulum sekolah dasar.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Luangkan waktu bermain dengan anak tanpa melibatkan handphone, ajak anak untuk menggunakan semua panca indra, bawa mereka main keluar rumah, atau berikan berbagai macam perlengkapan seni dan biarkan mereka berkreasi.
- Buat kelompok bermain untuk Mama yang memiliki anak dari berbagai usia sehingga yang lebih muda dapat belajar bagaimana melakukan sesuatu dari yang lebih tua, dan yang lebih tua dapat belajar bagaimana memerintah yang lebih muda.
- Luangkan waktu untuk bermain tanpa melibatkan anak lain, sehingga mereka dapat merasakan pengalaman baru, seperti tidak bermain dengan handphone, atau diperintah oleh anak yang lebih besar.
2. Mengajarkan kejujuran untuk meningkatkan pertumbuhan emosional anak
Anak-anak Denmark dibesarkan dalam kisah-kisah dari penulis Hans Christian Andersen, seperti The Little Matchgirl, di mana seorang anak yatim piatu yang menggemaskan tetapi tidak punya uang meninggal karena hipotermia saat tinggal di jalanan, atau The Little Mermaid, di mana putri duyung setuju untuk mengamputasi lidahnya dan menderita menginjak bebatuan bergerigi terus menerus untuk menjadi manusia bagi pria yang mencampakkannya. Akan tetapi, kebanyakan orang tua tidak membacakan cerita-cerita ini kepada anak mereka karena mengerikan. Sebaliknya, orang tua Denmark tahu bahwa membicarakan dan menjelajahi semua jenis emosi mengajarkan anak-anak empati, pengertian, dan cara menghadapi perasaan mereka.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Bacakan anak Mama dongeng tradisional daripada buku-buku bertema Disney dengan akhir yang bahagia. Jangan takut untuk mendiskusikan subjek yang menantang seperti “Tunggu, dia baru saja meninggal? Kenapa?”
- Pastikan anak mengembangkan perasaan yang kuat tentang apa yang benar dan salah dengan menjawab pertanyaan mereka dengan jujur, terlepas dari seberapa sulit pembahasannya. Ajari mereka bahwa kejujuran sangat dihargai dalam keluarga Mama.
3. Memuji berlebihan bukanlah hal yang baik
Anak-anak yang terus-menerus diberi tahu bahwa mereka pintar lebih cenderung mudah menyerah saat menghadapi aktivitas yang menantang. Mereka percaya bahwa karena kepandaian mereka, mereka tidak perlu melakukan usaha apapun karena hal itu membuat mereka merasa bodoh. Metode Danish memuji anak sesuai dengan apa yang dilakukan sang anak.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Puji proses dan usahanya, seperti “Kamu belajar keras dan lulus ujian”, alih-alih, “Kamu sangat pandai matematika!”.
- Simpan untuk saat diperlukan. Mama tidak perlu memuji hanya untuk membuat anak Mama merasa lebih baik. Jika mereka tidak merasa senang dengan hasil dari sesuatu, bantu mereka memahami mengapa dan dorong mereka untuk melakukannya secara berbeda di lain waktu.
4. Membiasakan anak berpikir positif
Danish sangat pandai melihat sisi positif dari berbagai hal. Daripada mengeluh tentang cuaca saat berlibur, mereka akan berterima kasih karena tidak kehujanan. Dengan menafsirkan ulang peristiwa dalam sudut pandang yang lebih baik, dapat meningkatkan kontrol kognitif dan kemampuan beradaptasi. “Optimisme realistis” yang dipraktikkan dan diajarkan Danish untuk diterapkan pada anak-anak mereka memungkinkan mereka mengakui kesulitan tanpa menyangkalnya.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Menyadari ketika Mama melihat situasi secara negatif dan mengubah perspektif dengan berfokus pada hal-hal positif.
- Berhati-hatilah untuk tidak menggunakan kata-kata yang membatasi seperti “Saya selalu”, “Saya tidak pernah”, “Saya benci ini”, atau “Saya suka itu”. Hiperbola juga berbahaya bagi anak karena mereka akan percaya itu benar meskipun donat itu sebenarnya bukan “hal terhebat” yang pernah Mama makan.
- Daripada menunjukkan kesalahan yang dilakukan anak saat mereka berperilaku buruk, pusatkan pembicaraan Mama pada perasaan yang mendasari perilaku mereka.
5. Melatih keterampilan berempati
Kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan orang lain adalah suatu keterampilan. Penelitian menunjukkan, tingkat empati anak muda Amerika telah menurun hampir 50% sementara tingkat narsisme mereka meningkat tajam sejak tahun 1990-an. Ini disebabkan karena persaingan yang berlebihan. Sedangkan di Denmark, terdapat program nasional untuk mengajarkan empati kepada anak-anak, serta praktik budaya dan bahasa yang mendorong kecerdasan emosional.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Berlatihlah memahami orang lain alih-alih menghakimi mereka dan ajari anak Mama untuk melakukan hal yang sama.
- Bantu anak-anak Mama berbicara tentang emosi tanpa menghakimi: “Menurut kamu mengapa dia marah?” bukannya “Dia itu seharusnya tidak marah.”
6. Komunikasi untuk memecahkan masalah
Gaya pengasuhan otoriter menghasilkan siklus disiplin dan pemberontakan, sehingga Danish malah berusaha menjadi orang tua yang otoriter. Untuk menyelesaikan konflik dengan anak-anak mereka alih-alih hanya memenangkannya, mereka mengandalkan rasa hormat dan komunikasi.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Ketahuilah bahwa bagian dari tumbuh dewasa melibatkan pengujian batasan dan pelanggaran aturan. Alih-alih menghukum anak-anak yang berperilaku buruk, manfaatkan situasi untuk mengajar, membimbing, dan mengasuh mereka.
- Tunjukkan kepada anak bahwa Mama mendengarkan dengan mengulangi apa yang mereka katakan (meskipun itu hanya kata pengantar untuk mengatakan tidak) seperti, “Kamu sangat ingin bermain dengan iPad sekarang, tetapi sudah waktunya tidur.”
- Cobalah untuk menemukan solusi bersama seperti, “Besok, kita akan mulai bermain game sedikit lebih awal, jadi bisa bermain sedikit lebih lama sebelum waktu tidur.”
7. Kebersamaan
At hygge sig atau hanya hygge (dilafalkan “hooga”) adalah bahasa Denmark untuk “bersantai bersama” dan mengacu pada kebiasaan mereka berkumpul bersama sebagai sebuah keluarga. Secara tradisional, ini melibatkan permainan, bernyanyi, dan makan – seringkali dengan cahaya lilin, mungkin karena itu membuatnya lebih nyaman. Upaya ini, menciptakan koneksi dan kebersamaan yang merupakan inti dari budaya Denmark.
Mama bisa lakukan beberapa hal ini:
- Bersantai dengan suami dan anak-anak. Matikan handphone, nyalakan lilin, mainkan beberapa permainan, dan bernyanyi. Bernyanyi adalah cara yang bagus untuk mengaktifkan hygge pada keluarga Mama.
Mana diantara teknik parenting Denmark di atas yang sudah Mama praktekkan? Semoga anak-anak kita tumbuh lebih bahagia ya, Mama!