Kesehatan Mental Remaja dan Aktivitas Digital

Ilustrasi kesehatan mental remaja, gambar beberapa remaja sedang berdiskusi dengan menggunakan gawai
Share

digitalMamaID – Kesehatan mental remaja menjadi sorotan di era internet ini. Bagaimana dampak aktivitas digital terhadap kesehatan mental remaja?

Bermedia sosial saat ini telah menjadi aktivitas sehari-hari untuk semua kalangan, termasuk remaja. Karena penggunaannya yang meluas, platform media sosial memainkan peran penting dalam perkembangan remaja.

Dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja telah menimbulkan banyak perbincangan dalam beberapa tahun terakhir. Muncul kekhawatiran publik dan ahli bahwa aktivitas digital dapat memperburuk kesehatan mental mereka meskipun buktinya masih diperdebatkan.

Yskills melakukan wawancara mendalam dengan 62 anak remaja berusia 12-22 tahun di Norwegia dan Inggris yang mengalami masalah kesehatan mental dengan berbagai tingkat keparahan. Mereka sebagian besar baru saja menerima pengobatan, untuk mengetahui apakah dunia digital membantu atau memperburuk kesehatan mental pada remaja.

Remaja tidak selalu mampu menghadapi dampak negatif dunia digital

Dunia digital secara aktif digunakan oleh para remaja. Interaksi digital seringkali bersifat sosial dan kooperatif. Mereka bertukar pengetahuan, saran, dan strategi dengan rekan online dengan cara yang membantu dan memberi dukungan. Tidak hanya aktif, remaja juga merupakan pengguna internet yang kompeten.

Dalam hasil wawancara, Yskills menemukan bahwa anak muda dengan masalah kesehatan mental sedang mengembangkan keterampilan digital tertentu yang mencakup keterampilan teknis dan informasional. Misalnya, keterampilan mengidentifikasi lingkungan ekstrem atau orang berbahaya, dan mengetahui cara memainkan algoritma untuk menemukan ruang ‘aman’ atau orang yang dapat dipercaya.

Akan tetapi, interaksi digital juga dapat merusak kesejahteraan kaum muda yang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Komunitas online bisa menjadi toxic, informasi yang baik dapat berdampingan dengan hal-hal yang triggering, dan dapat merasa kesepian saat mengatasi hal tersebut. Oleh karena itu, meskipun terlibat dalam aktivitas digital mungkin merupakan waktu istirahat yang menyenangkan, hal itu juga dapat menjadi tantangan.

Para remaja berupaya keras untuk mengantisipasi dan mengendalikan potensi ancaman dan tekanan emosional yang mungkin muncul dalam kehidupan digital mereka, serta mencari pengakuan dan dukungan.

Pengalaman kesulitan merupakan bagian normal dari pertumbuhan di era digital; kami mendengar cerita tentang tumbuh dalam pengetahuan dan kompetensi, menumbuhkan kepercayaan diri dan kedewasaan, serta ketangguhan dan kemandirian. Perjalanan ini mungkin membantu seseorang menjadi lebih tangguh.

Namun, banyak yang mengungkapkan kisah perjuangan, kekambuhan dan “kegagalan” untuk mengatasinya, dan kesadaran di kemudian hari atas dampak yang berbahaya dari dunia digital. Oleh karena itu, para remaja mungkin menyadari risiko yang mereka hadapi, tetapi seringkali mereka tidak mampu mengatasinya.

Keterampilan yang baik tidak menjamin kesehatan mental menjadi lebih baik

Remaja yang memiliki keterampilan digital yang lebih baik belum tentu memiliki hasil kesehatan mental dan kesejahteraan yang lebih baik. Faktor penting dalam hal ini adalah hubungan erat antara keterampilan digital dan keterampilan hidup psikososial yang dipelajari secara bersamaan oleh para remaja, termasuk melalui pengalaman hidup mereka tentang masalah kesehatan mental.

Selain itu, perkembangan keterampilan digital anak remaja terjadi pada tahap perkembangan yang kompleks ditandai dengan kerentanan, pengambilan risiko, dan rasa ingin tahu. Beberapa remaja menentang apa yang mereka yakini sebagai perilaku yang benar atau bijaksana (misalnya, berani mengambil risiko sendiri). Mungkin saja ini bukan tanda ketidakmampuan atau reaksi yang tidak masuk akal, melainkan serangkaian kemampuan dan tujuan digital yang berbeda.

Ini bukan hanya tentang tingkat keterampilan digital remaja. Terlepas dari keterampilan digital, keterjangkauan dapat menyebabkan partisipasi online yang lebih berisiko yang dibentuk oleh penggunaan algoritme. Kadang-kadang hal ini dapat merusak kemampuan kaum muda untuk menangkal dan mengatasi dampak negatif dunia digital terutama jika masalah kesehatan mental memengaruhi mereka.

Dalam lingkungan digital yang berisiko, keterampilan saja tidak cukup

Lingkungan digital menghadirkan serangkaian tantangan yang selalu berubah dan terkadang bermasalah bagi para remaja dengan masalah kesehatan mental. Tantangan ini muncul karena desain digital dan kebijakan platform membentuk aktivitas remaja dan orang lain yang akan berinteraksi dengan mereka. Tantangan semacam ini menguji keterampilan digital remaja dan terkadang keterampilan mereka tidak memadai untuk tugas tersebut, sehingga menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan atau berbahaya.

Selain itu, algoritme platform media sosial sering kali “tidak sinkron” dan tidak peka terhadap keadaan pikiran remaja. Ini mengarah pada pengalaman yang memicu atau ‘triggering’ dan paparan ulang yang tidak diinginka. Algoritme bertindak sebagai cermin yang mendistorsi, memperbesar konten yang bermasalah, dan dapat mendorong anak muda dengan kerentanan kesehatan mental kepada konten yang semakin berlebihan, menjengkelkan, atau ekstrem yang sulit mereka hindari.
Sejumlah remaja membahas bagaimana algoritma media sosial mempromosikan konten yang tidak pantas. Mengetahui ‘trigger’ diri sendiri dan bagaimana trigger itu muncul adalah jenis keterampilan digital yang menggabungkan kesadaran diri dan pengetahuan tentang lingkungan digital. Tapi itu merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.

Tidak hanya sulit untuk mengantisipasi konten yang memicu seperti itu, tetapi aktivitas orang lain tampaknya menormalkan tampilan konten yang ekstrem atau ‘toxic’, meningkatkan tekanan teman sebaya untuk menerima daripada menghindari konten yang bermasalah. Semakin banyak anak muda berinteraksi dengan konten ini, semakin menjadi tren – menggambarkan dunia negatif yang sulit dilepaskan.

Remaja dengan kondisi kesehatan mental membutuhkan dukungan profesional

Anak remaja dengan masalah kesehatan mental menghadapi situasi online yang berisiko tinggi dengan konsekuensi dunia nyata yang bermasalah. Mereka memang sering kali terampil secara digital, refleksif, dan didukung oleh teman sebaya. Akan tetapi, para remaja tidak merasa bahwa orang tua, pendidik, atau profesional klinis mereka mengenali masalah ini. Sehingga persoalan digital ini tidak dipahami dan tidak mendapat respons yang sensitif atau efektif.

Saat ini aktor publik dan komersial berupaya untuk mendukung keterampilan dan agensi digital remaja. Memenuhi kebutuhan mereka saja tampaknya tidak cukup, bahkan kontraproduktif. Lingkungan digital perlu dikelola dan diatur dengan cara yang dapat dipercaya oleh para remaja yang rentan. Agar dapat memenuhi kebutuhan mereka yang kompleks ada beberapa rekomendasi:

  • Praktisi kesehatan mental harus mengetahui pengalaman digital anak muda yang beragam.
  • Memberi pelajaran harus mencakup berbagai jenis keterampilan digital, bukan hanya pelatihan teknis atau pesan keamanan elektronik.
  • Industri dan perusahaan teknologi harus merancang dengan mempertimbangkan kaum muda dan kebutuhan khusus mereka.
  • Pemerintah harus mempertimbangkan peraturan untuk membatasi risiko berlebihan yang ditimbulkan terhadap keselamatan anak muda akibat tindakan penyedia komersial.
[*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID