digitalMamaID- Memposting video TikTok tentang diet atau perjalanan penurunan berat badan seolah tidak berbahaya ya, Mama? Tapi ternyata, penelitian menunjukkan hal tersebut bisa mempromosikan perilaku makan yang berbahaya bagi orang dewasa muda.
Marisa Minadeo dan Lizzy Pope dari University of Vermont menganalisis 1.000 video TikTok yang menggunakan tagar paling populer terkait dengan citra tubuh dan makan. Tagar tersebut ditentukan dengan cara melakukan pencarian dengan kata kunci makanan, berat badan, dan citra tubuh (body image). Studi ini meneliti 10 tagar yang tampil sedikitnya satu miliar kali. Tagar terbanyak dalam studi ini ialah #WhatIEatInADay dan #WeightLoss. Kedua tagar itu masing-masing memiliki 3,2 miliar tampilan dan hampir 10 miliar tampilan pada awal penelitian.
Penelitian yang dipublikasikan di PLOS One mengungkapkan, kurang dari 3% dari video TikTok yang mencakup berat badan. Sebagian besar isinya bersifat normatif berat badan yang mengidentifikasi berat badan sebagai penentu utama kesehatan.
Diterjemahkan dari CNBC Make It, hampir 44% dari video yang dibagikan menyertakan konten tentang penurunan berat badan. Sedangkan 20,4% menggambarkan transformasi berat badan seseorang.
Banyak video yang diteliti itu yang memberi label baik atau buruk pada makanan. “Hal ini menyebabkan berkembangnya gangguan makan seperti Orthorexia Nervosa, gangguan makan yang didefinisikan sebagai obsesi terhadap makan yang ‘benar’ dan fokus pada peran makanan dalam kesehatan fisik kita,” kata studi tersebut.
Temuan paling penting
Menurut penelitian ini, implikasi dari konten-konten penurunan berat badan ini akan berdampak pada pengguna aplikasi tersebut yang masih muda dan rentan. Pengguna TikTok memang relatif muda. Di Amerika Serikat, sepertiga pengguna TikTok di Amerika Serikat tempat penelitian ini berlangsung berusia 14 tahun atau kebih muda.
Temuan paling mengkhawatirkan dalam penelitian ini adalah tingginya jumlah perempuan muda yang berinteraksi dengan konten penurun berat badan.
Hal tersebut berkaitan dengan lebih dari 60% video itu menampilkan perempuan. Lebih dari setengahnya dibuat oleh pengguna di usia remaja atau usia kuliah.
“Perempuan muda yang membuat dan terlibat dengan konten berisi berat badan atau makanan di TikTok berisiko memiliki citra tubuh yang terinternalisasi dan perilaku makan yang tidak benar dari aspek lain kehidupan mereka,” kata penelitian itu.
Penelitian ini juga menemukan, sebagian besar saran nutrisi untuk menurunkan berat badan disampaikan oleh orang yang bukan ahli. Hanya 1,4% dari video yang menawarkan saran tentang nutrisi dibuat oleh ahli diet terdaftar.
“Jenis video ini kemungkinan menyebar dan mendorong intervensi diet berbahaya ke audiens yang rentan yang mungkin tidak memiliki keterampilan literasi media yang kuat,” kata peneliti.
Fitur TikTok “For You” akan membuat pengguna terus mendapat konten yang biasa dilihat oleh pengguna. Artinya, jika seseorang secara konsisten terlibat dengan konten diet, penurunan berat badan, atau konten makanan, maka video serupa akan terus muncul kembali. Hal ini hanya bisa dihentikan jika pengguna secara aktif memilih opsi “tidak tertarik”.
Sebaga informasi, pada tahun 2020, TikTok mulai menerapkan kebijakan yang menyensor konten gangguan makan. Kebijakan serupa juga dilakukan oleh Instagram yang melarang iklan penurunan berat badan.
Akan tetapi, dengan tingginya volume video yang mempromosikan budaya diet, para peneliti ini berpendapat agar para profesional perlu turun tangan. Mereka mendorong agar para ahli melihat konten mana yang interaksi dengan anak mudanya tinggi dan mencari cara untuk mencegah perilaku makan yang berbahaya. [*]