Curhat berlebihan di media sosial disebut dengan hyperhonest. Riset ilmiah menunjukkan, hyperhonest biasanya dilakukan oleh orang tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan.
Keluarga komedian Sule menjadi perbincangan di media sosial. Konflik yang melibatkan istri dan anak kandung Sule, Natalie Holscher (29) dan Putri Delina (21) menghiasi banyak platform media sosial. Berawal dari Putri yang curhat di Youtube Maia Estianty. Ia mengaku belum siap menerima istri ayahnya. Ia merasa tidak akur dengan ibu tirinya. Pengakuan di media sosial ini menggelinding seperti bola salju. Persoalan keluarga ini kemudian menjadi konsumsi publik.
Sebelum era digital pun informasi seputar selebriti sudah memiliki daya tarik tersendiri. Infotainment banyak digandrungi orang. Setelah era internet, para selebriti berbondong-bondong membagikan kehidupannya lewat platform digital, termasuk persoalan pribadi, konflik, dan berbagai drama kehidupan mereka.
Di era internet, hal itu tidak lagi jadi monopoli kalangan selebriti. Sering kita temukan thread di Twitter tentang curhatan pribadi yang menjadi viral. Hal serupa juga terjadi Instagram, Facebook, juga Tiktok. Lantas, apakah fenomena curhat di media sosial ini pantas kita konsumsi? Sejauh mana batasan pengguna media sosial untuk membagi hal pribadi?
Hyperhonest, penyebab dan resikonya
Curhat berlebihan di media sosial disebut dengan hyperhonest. Riset ilmiah menunjukkan, hyperhonest biasanya dilakukan oleh orang tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan. Mereka melakukannya supaya lega telah mencurahkan isi hatinya. Akan tetapi, hyperhonest tidak selalu mendapat respon positif saja. Respons yang diterima pasti sepaket dengan komentar negatif juga.
Lalu, mengapa ada fenomena hyperhonest di media sosial? Riset yang dilakukan oleh Radja Erland Hamzah dan Citra Eka Putri tentang Analisisi Self-Disclosure pada Fenomena Hyperhonest di Media Sosial diterbitkan yang dipublikasikan di Jurnal Pustaka Komunikasi Universitas Moestopo Jakarta menjelaskan, pada dasarnya hyperhonest di media sosial dipicu oleh hal-hal berikut ini:
- memberikan rasa gembira karena dapat direspon cepat oleh pembacanya
- kebutuhan didengarkan dan diperhatikan
- kebutuhan dikenal dan dipuji dan mendapat pengakuan sosial
Hyperhonest atau curhat berlebihan di media sosial memiliki beberapa risiko, antara lain:
- membuat masalah makin besar karena menjadi topik perbincangan orang lain dengan spekulasi beragam
- menerima respon negatif bahkan cyberbullying dari pembaca yang tidak setuju atau punya pandangan yang tidak sejalan
- pencurian data dan informasi pribadi oleh orang tidak bertanggung jawab bila tidak berhati-hati saat memberikan informasi
Tips saat menghadapi hyperhonest
Walaupun tampak negatif, tapi terbukti juga bahwa curhat di media sosial menjadi alternatif masyarakat atau netizen berkeluh kesah tentang masalah penting yang biasanya berkaitan dengan hukum. Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa bila belum viral, maka hukum tak akan berjalan. Misalnya saja tragedi kematian seorang mahasiswa bernam Novia Widyasari yang setelah viral aparat hukum mulai menindak pelaku. Kasus lain misalnya pemukulan di Tol Dalam Kota, tepatnya di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Berawal dari beredarnya video pemukulan di media sosial ini, kasus ini akhirnya ditangani polisi.
Agar kita tidak buru-buru menghakimi, ada beberapa tips yang bisa dilakukan saat ada peristiwa yang viral di media sosial:
- jangan terburu-buru merespon sebelum cek secara menyeluruh atau menunggu info terbaru
- tidak memperkeruh suasana dengan komentar negatif
- tidak sembarang memotong cuplikan video atau percakapan untuk dibuat materi baru yang biasanya hanya mencari sensasi
- bila ingin menunjukkan simpati atas kasus tersbut, bisa dilakukan dengan melakukan hal positif alih-alih menghujat pihak seteru, misalnya saja dengan turut menandatangani petisi online
Bermedia sosial memang mengasyikkan. Pengguna bisa terkoneksi dengan pengguna lainnya di dunia maya. Ruang maya terkadang berhasil menciptakan kedekatan dan jarak sekaligus. Kita merasa dekat karena bisa berkomunikasi langsung lewat kolom komentar. Tapi kita sering lupa, di balik akun-akun media sosial itu ada manusia yang sama dengan kita. Mama enggak mau dong jadi netizen julid?