Kemajuan teknologi mempunyai andil terhadap peningkatan obesitas di Indonesia. Aktivitas fisik semakin berukarang. Banyak aktivitas yang bisa diselesaikan sambil duduk, bahkan rebahan.
Obesitas di Indonesia terjadi di semua umur, mulai anak-anak, remaja, juga orang dewasa. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, satu dari lima orang dewasa, satu dari tiga anak-anak usia 5-12 tahun, dan satu dari tujuh remaja usia 13-18 tahun mengalami kelebihan berat badan.
Pada webinar “Obesitas di Indonesia: Mengapa Kita Harus Waspada?” yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen dan Unicef, Kamis, 10 Maret 2022, Nutrition Specialist Unicef Indonesia David Colloza mengatakan, kasus kelebihan berat badan di seluruh dunia mengalami peningkatan selama 40 tahun terkahir. Peningkatan terbesar terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.
Studi Unicef Indonesia menunjukkan, obesitas di Indonesia merupakan satu dari tiga persoalan gizi di Indonesia selain stunting dan wasting. “Ini menjadi masalah di seluruh penjuru Indonesia. Peningkatan kasusnya terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah, di daerah perkotaan dan pedesaan, dan di berbagai provinsi yang kasus masalah gizinya juga tinggi,” katanya. Selain itu, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakay selama pandemi Covid-19 berdampak pada peningkatan obesitas.
Koordinator Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Esti Widiastuti menjelaskan, obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat asupan energi dengan energi yang digunakan tidak seimbang.
Kelebihan berat badan tingkat berat terjadi jika Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 27. Sedangkan kelebihan berat bedan ringan (overweight ) jika IMT berada pada 25-27. Bisa pula dilihat dari lingkar perut. Obesitas ditunjukkan dengan lingkar perut pria lebih dari 90 cm dan perempuan lebih dari 80 cm.
Bahaya obesitas
Esti mengatakan, obesitas menjadi pintu masuk berbagai macam penyakit yang membayakan kesehatan. Dampaknya terhadap kesehatan perlu diwaspadai, antara lain:
- Obesitas merupakan faktor risiko antara terjadinya penyakit tidak menular dan merupakan faktor risiko penyebab kematian kelima tertinggi.
- Obesitas berkontribusi 7,67% dari total DALYS (Disability-Adjusted Life Year yaitu jumlah tahun yang hilang untuk hidup sehat karena kematian dini, penyakit atau disabilitas) di tahun 2017.
- Kontribusi terbesar obesitas sebagai faktor risiko terjadi pada penyakit jantung (4,35% total DALYs), diabetes dan penyakit ginjal (2,52% total DALYs). Sebagai faktor risiko berkontribusi penyebab kematian akibat penyakit jantung (5,87% dari total kematian), diabetes dan penyakit ginjal (1,84% dari total kematian).
- Obesitas meningkatkan risiko hempir dua kali lipat mengalami diabetes melitus, serta hampir empat kali berisiko mengalami komorbid diabetes melitus-hipertensi.
Kurang aktivitas fisik
Esti mengatakan, perubahan perilaku menjadi faktor risiko terjadinya kelebihan berat badan ini. Kemajuan teknologi juga industrialisasi dan globalisasi telah mendorong berkurangnya aktivitas fisik. Orang semakin jarang bergerak dan waktu untuk berolah raga semakin berkurang. “Mau apa-apa mudah, kemana-mana anik kendaraan, mau makan tinggal pesan lewat aplikasi lalu diantar ke rumah. Akhirnya semakin kurang bergerak,” kata Esti. Prevalensi kurangnya aktivitas fisik ini saat ini mencapai 33,5%.
Kondisi itu diperparah dengan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan. Konsumsi sayur dan buah sangat kurang. Makanan yang dikonsumsi justru mengandung tinggi gula, garam, dan lemak/minyak.
Salah satu cara mengendalikan obesitas ini dengan menurunkan prevalensi penurunan aktivitas fisik. Secara global angka kekurangan aktivitas fisik ini ditargetkan bisa berkurang tinggal 10 persen saja pada 2025.
“Gaya hidup sehat harus digalakkan, tidak merokok, cukupi aktivitas fisik, diet yang sehat,” ujar Esti.
Pencegahan obesitas
Esti mengatakan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah obesitas.
- Tidak makan sambil menonton televisi atau bermain gim.
- Memperbanyak aktvitas fisik.
- Luangkan waktu untuk berolah raga. Lakukan dengan baik, benar dan terukur.
- Perhatikan asupan makanan. Makan dengan ragam pahan pangan, cukup sayuran hijau dan buah berwarna.
- Bawakan bekal anak yang sehat dan biasakan makan dengan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Esti mengajak semua orang ambil bagian untuk mengatasi kelebihan berat badan ini. “Mulai dari diri sendiri dulu,” ujarnya. Yuk, Mama mulai hidup lebih sehat!