Saya sendiri tidak tahu pasti kapan tepatnya mulai menyukai dunia videografi. Pertama kali mengenal software video editor saat kuliah, ada tugas listening comprehension dan translation saat itu. Tugas harus dikerjakan dengan video editor.
Dari situ saya mulai mengutak-atiknya. Iseng-iseng membuat video kumpulan saya bersepatu roda dengan teman-teman dengan sisipan lagu yang sedang tren saat itu. Lalu ikut tren Harlem Shake yang lalu saya unggah di YouTube. Semakin lama, video karya saya makin berkembang fungsinya, dari yang hanya iseng, berubah jadi alat komunikasi. Untuk nembak cowok misalnya, hahaha. I mean it… Saya pernah menyatakan cinta lewat video yang saya ambil diam-diam dan kumpulan foto, disertai lagu cinta. Walaupun tak berakhir bahagia, tapi dia sangat menyukai karya saya.
Setelah menikah, saya pun suka membuat video anniversary pernikahan. Lalu, ada juga video kegiatan anak-anak dan juga kegiatan saya saat memasak. Lama-lama, saya mulai mengunggahnya di akun media sosial. Makin banyak video yang saya hasilkan sejak mengenal aplikasi video editor di smartphone. Saya banyak belajar dari YouTube, TikTok, Instagram, dan lain-lain. Sesekali saya juga ikut workshop dan kelas-kelas online gratis untuk menambah wawasan seputar pembuatan video.
Belajar secara otodidak dan banyak berlatih membuahkan hasil yang menyenangkan. Beberapa kali saya memenangkan lomba video yang diadakan di sosial media, mulai dari merchandise, elektronik, sampai uang jutaan rupiah. Pernah juga saya diberi tugas sebagai buzzer dan influencer di suatu komunitas bisnis yang saya ikuti. Meskipun semua itu bisa dibilang masih berskala kecil, tapi saya tetap merasa bangga atas berbagai apresiasi tersebut. Hingga sekarang, membuat video menjadi kegiatan saya sehari-hari. Sebagian besar adalah video pendek dari hal-hal kecil yang saya dan anak-anak lakukan. Saya suka membuat vlog dan tutorial, ada juga komedi khas kehidupan ibu-ibu. Secara rutin juga membuat proyek video panjang untuk channel YouTube saya.
Senang rasanya telah menemukan passion di bidang ini, saya jadi bisa lebih kreatif dan produktif. Ada perasaan bahagia jika karya saya diapresiasi banyak orang, hanya sekedar diberi “like” saja sudah membuat hari-hari saya terasa berbunga-bunga. Namun terkadang rasa untuk menunda tetap saja ada, semangat merekam tapi mengeditnya, ah nanti saja… Namanya juga ibu rumah tangga dengan seabrek tugas negara. Sampai sudah menumpuk video footage di galeri yang menunggu giliran untuk diedit hehe… Ada yang begini juga?
Dwi Wirastianti Novita Sari (Ovie)