Zoom fatigue adalah kelelahan mental atau kecemasan yang terjadi karena virtual meeting secara berlebihan. Kelelahan ini tidak hanya berlaku untuk Zoom saja, melainkan juga platform lain untuk virtual meeting seperti Skype, Google Meet, Microsoft Teams, juga WhatsApp Room. Zoom fatigue merupakan fenomena baru yang menyeruak di saat pandemi karena bisnis, sekolah, juga berbagai layanan lainnya saat ini banyak mengandalkan platform online untuk menjaga keberlangsungannya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Mengapa virtual meeting menyebabkan kita lebih cepat lelah dan adakah cara untuk menghindarinya?
Penyebab Zoom Fatigue
Ada beberapa alasan mengapa meeting secara online menyebabkan otak kita terbebani lebih berat secara kognitif dibandingkan dengan tatap muka secara langsung.
1. Adanya jeda akibat sinyal
2. Sulitnya menangkap sinyal komunikasi non-verbal
Manusia menggunakan banyak sinyal non-verbal saat berkomunikasi termasuk ekspresi wajah, nada suara, bahasa tubuh, dan juga postur. Kemana seseorang menghadap ketika berbicara dengan kita, gerakan tangannya, juga tarikan nafasnya dapat memberi kita petunjuk tentang apa yang ia rasakan, juga memberi kita waktu untuk menyiapkan respon yang sesuai.
3. Minimnya kontak mata
Kontak mata merupakan salah satu alat
social bonding dalam komunikasi yang sulit dicapai dalam
virtual meeting lewat video. Jika kita ingin lawan bicara menganggap kita menatap mereka, kita harus menatap lurus ke kamera video untuk mencapai efek ini. Namun, hal ini akan membuat kita malah tidak bisa melihat ke arah lawan bicara. Semakin banyak partisipan, akan semakin sulit kontak mata dilakukan.
4. Multitasking
Virtual meeting yang dilakukan di rumah beresiko mengundang banyak distraksi, mulai suara tangisan anak, bunyi alat-alat rumah tangga, atau tamu yang tiba-tiba datang. Otak kita perlu bekerja lebih keras untuk memilih hal mana yang perlu menjadi fokus utama, dan hal ini juga dapat menyebabkan kelelahan.
5. Seakan di panggung
Ketika kita berbicara di
virtual meeting, kita bisa melihat bagaimana seluruh partisipan yang lain menatap kita,
menimbulkan perasaan seperti di atas panggung. Semakin banyak partisipan, semakin besar tekanan yang bisa kita hadapi.
Selain itu, di dalam virtual meeting kita juga bisa memandang wajah kita sendiri di layar. Hal ini beresiko memantik self-consciousness berlebihan karena secara naluriah kita cenderung ingin tahu bagaimana penampilan dan ekspresi kita akan diinterpretasikan oleh orang lain.
6. Menyadarkan jarak yang terbentang
Meskipun
virtual meeting bertujuan untuk menghubungkan kita dengan orang lain, ironisnya hal ini juga bisa membuat kita lebih sadar bahwa kita sedang dalam kondisi berjauhan dan tidak memungkinkan bertatap muka dengan lawan bicara. Dalam hal ini, terkadang
virtual meeting malah meningkatkan rasa kesepian alih-alih menghapusnya.
Tips Mengatasi Zoom Fatigue
Zoom fatigue memang nyata, tapi adakah cara untuk menghindarinya? Berikut ini beberapa hal yang bisa kita lakukan seputar virtual meeting untuk mengurangi kelelahan.
1. Hindari virtual meeting
Hal pertama yang perlu kita tanyakan
sebelum mengadakan virtual meeting adalah apakah kita benar-benar memerlukannya.
Voice call terkadang bisa lebih efektif, cepat, dan membutuhkan usaha yang lebih sedikit daripada
virtual meeting. Berbagi dokumen,
chatting, dan berkirim email juga bisa menjadi pilihan untuk mendiskusikan masalah bersama.
Bagaimana dengan aktivitas lain yang menggunakan virtual meeting untuk sarana rekreasi seperti arisan atau reuni virtual? Pada dasarnya, faktor-faktor yang menyebabkan zoom fatigue di atas masih akan tetap berlaku walau tidak dalam situasi kerja. Gunakan prinsip less is more dan fokus hanya pada hubungan-hubungan sosial yang memang berarti bagi kita.
2. Hindari jadwal virtual meeting yang berturut-turut
Beri jeda yang cukup antara satu meeting dengan meeting lainnya untuk memberi otak kita waktu istirahat sebelum beralih ke topik berikutnya. Virtual meeting yang berdurasi panjang sebaiknya juga diselingi beberapa kali waktu istirahat. Gunakan waktu istirahat untuk melakukan olahraga ringan, menghirup udara segar, minum air putih, atau minimal sekadar mengalihkan mata dari layar sebagai sarana refreshing.
3. Buat rencana dan tujuan yang jelas
Diperlukan adanya host atau moderator yang terampil untuk mengarahkan alur pembicaraan, menjaga durasi agar tidak terlalu panjang, juga mengarahkan perhatian pada pembicara satu demi satu untuk menghindari bertumpuknya percakapan.
4. Kurangi multitasking
Amankan hal-hal yang mungkin akan mengganggu kita selama melakukan virtual meeting. Di perangkat yang kita gunakan, tutup semua aplikasi lain agar otak kita tidak perlu mencerna banyak hal sekaligus.
5. Matikan kamera jika memungkinkan
Bicarakan dengan partisipan yang lain apakah kamera boleh dimatikan terutama jika kita sedang tidak mendapat giliran berbicara.
6. Gunakan pensil dan pena
Alih-alih menatap layar terus menerus, jika kita sedang mengikuti kelas belajar atau pertemuan kerja, kita bisa membantu otak lebih fokus dan mengurangi beban kognitifnya dengan menuliskan hal-hal penting secara manual di atas kertas.
7. Gunakan background yang sederhana
Beberapa platform virtual meeting memungkinkan kita mengganti background dengan gambar sesuai keinginan. Hal ini memang berguna untuk memberikan kita sedikit privasi. Perlu diingat, background yang mengandung beragam warna dan elemen yang kompleks bisa memperparah banjir stimulus visual yang terjadi. Gunakan background yang sederhana dan sarankan partisipan lain melakukan hal yang sama, agar otak kita lebih mudah menangkap sinyal-sinyal non-verbal dari layar.
Meskipun beresiko menyebabkan kelelahan, harus diakui virtual meeting bisa menjadi solusi untuk banyak hal dalam kehidupan kita, mulai menjaga hubungan jarak jauh dengan pasangan, menghubungkan ruang-ruang kerja, membantu proses belajar-mengajar, hingga menciptakan kebersamaan di masa pandemi saat ini. Semoga tips-tips di atas bisa membantu Mama mengurangi zoom fatigue sehingga manfaat yang kita rasakan akan lebih besar daripada resiko kelelahannya!