Terorisme dan bentuk tragedi lainnya bukanlah peristiwa yang mudah dicerna oleh anak-anak. Sebagai orang tua, kita perlu membantu anak melewati masa-masa sulit ini agar mereka tetap merasa aman dan nyaman menjalani kehidupan sehari-hari.
Mari simak panduan bicara dengan anak tentang terorisme yang kami susun berdasarkan panduan dari Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Republik Indonesia berikut ini.
1. Bicara fakta
Seperti halnya orang dewasa, anak akan menyikapi situasi dengan lebih baik apabila mereka memahaminya. Orang tua perlu mencari tahu terlebih dahulu seberapa jauh informasi yang telah diketahui anak. Kemungkinan besar mereka sudah mendengarnya dari televisi, sekolah, atau dari teman. Tanyakan juga apakah mereka memiliki pertanyaan seputar peristiwa tersebut.
Jelaskan apa yang terjadi sesungguhnya dengan detail yang disesuaikan dengan tingkat usia, pengalaman, dan pengetahuan anak. Cermati respon anak untuk menentukan apakah anak membutuhkan informasi tambahan. Untuk anak yang lebih muda, jawaban sederhana seringkali sudah dapat memuaskan rasa keingintahuan mereka. Semakin besar anak, semakin banyak pula detail yang dapat mereka terima. Anak yang lebih besar juga dapat diajarkan untuk membedakan rumor dengan fakta, mencari sumber informasi yang akurat, serta tidak menyebarkan berita yang belum terbukti kebenarannya.
2. Hindari tayangan grafik yang vulgar
Televisi dan media sosial seringkali menayangkan gambar dan video tindakan atau korban kekerasan secara vulgar dan berulang-ulang. Konten semacam ini belum layak ditonton anak-anak, terutama yang masih berusia dini. Usahakan agar anak tidak terpapar pada konten yang vulgar dan mengerikan, baik berupa grafis maupun suara, dengan mengawasi penggunaan media di sekitar anak.
Dampingi anak yang lebih besar ketika mereka ingin menonton berita, dan diskusikan apa yang sedang terjadi. Anak yang lebih besar juga lebih mungkin terpapar pada berita di luar rumah. Bersikaplah terbuka dan diskusikan apa saja yang mungkin telah dilihat anak di luar pengawasan kita.
3. Identifikasi rasa takut anak
Alih-alih mengatakan “Hal itu bukanlah sesuatu yang perlu kau takutkan”, mengenali dan menerima perasaan takut anak adalah langkah pertama untuk mengajarkan mereka bagaimana menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Orang tua dapat menjelaskan apa yang dapat anak lakukan jika ia merasa takut, seperti berdoa atau mencari orang dewasa untuk menemaninya. Pesan yang ingin kita sampaikan pada anak sebagai orang tua pada intinya adalah “Tidak mengapa jika engkau merasa takut atau terganggu. Kami akan selalu berada di sini untukmu”.
4. Bantu anak mengungkapkan perasaan
Jangan menunggu hingga anak menunjukkan gangguan karena berita yang didengarnya. Anak yang merasa tidak aman dapat mengalami gangguan tidur, gangguan kesehatan, juga perubahan emosi dan perilaku. Mulailah diskusi sejak awal dan bantu anak mengungkapkan apa yang ia rasakan. Pilihlah suasana dan waktu yang tepat untuk membuka dialog, dan gali perasaan mereka dalam kondisi yang nyaman dan tenang.
5. Jalani kegiatan keluarga secara normal
Tujuan teroris adalah menimbulkan ketakutan untuk menarik perhatian. Dengan tetap menjaga kewaspadaan dan mematuhi himbauan keamanan, lakukanlah aktivitas keluarga sehari-hari seperti biasa untuk menunjukkan bahwa kita tidak tunduk pada keinginan teroris. Untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada anak, perbanyak komunikasi dan dampingi anak jika dibutuhkan.
6. Fokus pada para penolong
Seorang TV personality dari USA, Fred Rogers, pernah mengatakan tentang nasihat ibunya ketika ia masih kecil dan melihat hal yang menyeramkan di berita,
Look for the helpers. You will always find people who are helping.
“Carilah para penolong. Kau akan selalu menemukan orang-orang yang memberikan pertolongan.”
Seburuk apa pun suatu tragedi, hampir selalu akan ada orang-orang yang menjadi penolong. Ajaklah anak untuk fokus pada mereka. Para polisi dan TNI yang berani membela kebenaran, para paramedik yang sigap dan tanggap, para pemadam kebakaran yang rela berkorban, juga orang-orang asing yang tak segan mengulurkan tangan. Diskusikanlah keberanian, kesigapan, dan kerelaan para penolong sebagai inspirasi bagi anak untuk terus melakukan kebaikan di tengah tragedi sekalipun. Buka diskusi dalam keluarga tentang apa yang dapat dilakukan bersama untuk membantu para korban.
Demikianlah beberapa panduan bicara dengan anak tentang terorisme yang mungkin telah mereka baca dan dengar dari berbagai media. Berdialog dengan terbuka akan jauh lebih bermanfaat bagi anak dibandingkan dengan menutup-nutupi peristiwa yang terjadi. Semoga panduan di atas dapat membantu Mama untuk membuka pembicaraan dengan anak-anak tentang tragedi ini, ya.