digitalMamaID — Di era digital yang serba cepat, manusia dari berbagai belahan dunia menjadi mudah terkoneksi. Sekali Mama mengaktifkan mode online, layar gawai langsung banjir notifikasi dan informasi. Ibarat pisau bermata dua, ruang digital memang mampu ‘menghubungkan’ dan ‘mendekatkan’, namun juga dapat menimbulkan krisis mental bagi para pengguna akibat cyberbullying, hate speech, dan hoaks. Di sinilah psychological first aid menjadi keterampilan yang bisa Mama terapkan, baik di dunia nyata maupun maya.
Lantas, apa itu psychological first aid? Dilansir dari situs resmi World Health Organization (WHO), psychological first aid atau disingkat PFA adalah pendekatan berbasis bukti untuk memberikan dukungan psikologis awal kepada individu yang mengalami tekanan akibat situasi krisis seperti bencana alam, konflik, atau pandemi. Sebagai dukungan awal, maka psychological first aid dapat diberikan kepada siapa saja yang sedang menghadapi situasi sulit. Menariknya, siapa pun bisa mempelajari keterampilan ini karena psychological first aid bukanlah terapi, melainkan pertolongan pertama psikologis. Dengan demikian, keterampilan ini tidak harus dilakukan oleh profesional seperti psikolog atau psikiater.
Mengapa psychological first aid penting di era digital?
Konselor Bunga Alodia Isfara, S.Psi dalam kelas online bertajuk Psychological First Aid (PFA) & Social Support yang diselenggarakan oleh Biro Psikologi Nusara, Jumat, 7 November 2025 mengibaratkan psychological first aid sebagai IGD untuk kondisi psikologis yang perlu penanganan. Tak hanya sakit fisik, hati yang luka butuh P3K juga. Psychological first aid dapat menjadi ‘perban’ pertama yang menahan luka agar tak semakin dalam.
Menurut Bunga, empati tanpa keterampilan dapat menjadi bumerang yang justru memperburuk keadaan seseorang. Dengan keterampilan ini, kita dilatih untuk tanggap secara kognitif dan emosional saat berhadapan dengan situasi mendesak, entah sebagai keluarga, rekan, atau masyarakat pada umumnya. Psychological first aid menjadi ruang aman sementara bagi orang yang sedang rentan, tanpa mengintervensi secara klinis. Selain itu juga dapat membantu diri sendiri untuk lebih mengenal dan mengelola stres.
Interaksi online seringkali berlangsung intens dan cepat, namun terkadang membuat kewalahan. Ketika seseorang mengalami krisis di ruang digital, entah karena paparan berita yang menegangkan, komentar kebencian, atau konflik di dunia maya, pertolongan pertama psikologis ini menjadi benteng pertama untuk mengurangi tekanan dan kecemasan yang timbul. Meski hanya terhubung melalui layar, psychological first aid dapat menciptakan ruang digital yang lebih aman, manusiawi, dan saling menjaga.
Bentuk psychological first aid di dunia online
Psychological first aid berprinsip pada tiga hal, yaitu:
- Look atau amati, yaitu mengidentifikasi kondisi dan kebutuhan mendesak.
- Listen atau dengarkan, yaitu mendengarkan tanpa menghakimi atau memberi saran langsung.
- Link atau hubungkan, yaitu menghubungkan dengan sumber daya atau layanan yang dibutuhkan.
Di ruang digital, psychological first aid dapat diterapkan berdasarkan ketiga prinsip di atas. Look terwujud dengan peka terhadap tanda-tanda tekanan mental seseorang melalui unggahan, komentar, atau perubahan perilaku di media sosial. Listen berarti peduli dengan memulai percakapan personal, memberi ruang aman untuk bercerita, dan merespons dengan penuh empati tanpa menghakimi. Link dilakukan dengan menghubungkan penyintas pada dukungan profesional yang tepat, seperti layanan konseling online ataupun komunitas yang suportif.
Selain untuk orang lain, pertolongan pertama ini juga dapat dipraktikkan bagi diri sendiri. Ketika menyadari tanda-tanda kelelahan mental saat online, seperti mudah merasa cemas, tersinggung, atau terus membandingkan diri adalah bentuk dari prinsip look. Selanjutnya, listen dengan mendengarkan dan memberi ruang untuk diri sendiri dengan berhenti sejenak dan mengakui perasaan yang muncul. Terakhir, link dengan menghubungkan diri dengan sumber daya yang dapat membantu pemulihan, seperti digital detox, mencari komunitas positif, atau mengakses layanan profesional. Langkah sederhana ini bisa membantu merawat kesehatan mental diri sendiri.
Merawat empati
Bunga mengatakan, empati perlu dilatih. “Layaknya otot, empati juga perlu dilatih agar semakin kuat,” ujarnya.
Konsep utama empati ialah HEAR, yaitu Hear attentively (mendengar dengan penuh perhatian), Express understanding (ekspresikan bahwa kita memahami apa yang sedang dirasakan), Acknowledge feelings (akui perasaan mereka), dan Respond thoughtfully (tanggapi dengan penuh arti dan bijaksana).
Konsep ini dapat terwujud dalam bentuk perhatian kecil namun bermakna, penuturan bahasa yang tepat dan lembut, menyediakan ruang aman bagi setiap cerita, dan tidak menjadi hakim untuk permasalahan orang lain. Dengan empati, dapat terbangun hubungan yang saling percaya dan rasa aman di antara sesama manusia.
Era digital akan terus berjalan, tetapi empati harus tetap ditumbuhkan. Belajar mendengar sebelum menasihati, menahan diri untuk tidak menghakimi, dan hadir tanpa memperbaiki segalanya. Mama, mari terapkan psychological first aid dan rawat empati bersama! [*]






