Dinilai Mengandung Unsur Kekerasan, Pemerintah Akan Blokir Roblox

Ilustrasi Roblox
Share

digitalMamaID — Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan informatika berencana memblokir gim Roblox karena dianggap mengandung banyak konten kekerasan. Langkah ini memicu pro dan kontra di masyarakat termasuk para orangtua dan pemerhati anak.

Sebagian orangtua menyampaikan kekhawatiran mereka tentang anak-anaknya yang kecanduan bermain gim Roblox, betapa mudahnya anak-anak untuk melihat konten yang tidak ramah anak, bermuatan kekerasan, horor, hingga seksual terselubung. Belum lagi fitur chat yang sangat terbuka lebar yang memungkinkan ajakan kejahatan, paparan bahasa kasar, hingga perundungan siber.

Namun ada pula masyarakat yang tidak sepakat karena merasa gim Roblox bukan sekedar hiburan belaka. Berbeda dengan gim lainnya, di Roblox anak-anak tidak hanya bermain tetapi juga bisa menciptakan gim mereka sendiri. Melalui Roblox Studio, anak-anak bisa berkreasi, belajar pemrograman dasar, dan mengembangkan imajinasi mereka.

Hanya saja, anak-anak di bawah usia tertentu mungkin memerlukan bantuan atau pengawasan orang dewasa dalam membuat dan membagikan gim mereka. Karena sebuah studi yang telah dilakukan oleh para peneliti menyebutkan, banyak dampak buruk dari gim Roblox.

Pengguna anak terancam

Melansir dari Guardian pada Jumat, 8 Agustus 2025, pihak Roblox mengakui bahwa anak-anak yang menggunakan platformnya mungkin terpapar konten berbahaya dan pelaku kejahatan digital. Oleh karena itu, mereka menyebut pihaknya sedang berupaya keras untuk memperbaiki masalah ini. Mereka juga menekankan perlunya kolaborasi di seluruh industri termasuk campur tangan pemerintah.

Roblox menggambarkan dirinya sebagai dunia virtual terbaik. Ini karena Roblox bukan sekadar platform gim, tetapi juga wadah bagi pengguna untuk menciptakan, menjelajahi, dan berinteraksi dalam berbagai dunia virtual yang dibuat oleh komunitasnya sendiri.

Pada tahun 2024, platform ini memiliki lebih dari 85 juta pengguna aktif harian, dan sekitar 40 persen diperkirakan anak-anak berusia di bawah 13 tahun.

Meskipun perusahaan menyatakan bersimpati kepada orangtua yang anak-anaknya menjadi korban kekerasan di platform-nya, perusahaan tetap menyebutkan, puluhan juta pengguna lainnya dapat menikmati pengalaman positif dan aman selama bermain gim Roblox.

Parental control saja tidak cukup

Pakar perilaku digital Revealing Reality mengungkapkan, adanya kesenjangan yang mencolok antara citra Roblox yang ramah anak dan realitas yang dialami anak-anak di platform tersebut.

Penelitian dilakukan dengan membuat sejumlah akun Roblox yang didaftarkan atas nama pengguna fiktif berusia 5, 9, 10, 13, dan 40 tahun. Akun-akun tersebut hanya berinteraksi satu sama lain, dan tidak dengan pengguna di luar eksperimen, untuk menjaga objektivitas.

Walaupun Roblox baru-baru ini meluncurkan alat pengawasan baru untuk orang tua agar bisa mengendalikan akun anak-anak mereka, para peneliti menyimpulkan kontrol keamanan yang ada masih terbatas efektivitasnya dan masih terdapat risiko yang signifikan bagi anak-anak di platform tersebut.

Penelitian tersebut menemukan, anak-anak berusia 5 tahun ke atas tetap bisa berkomunikasi dengan orang dewasa saat bermain gim di Roblox. Kemudian akun anak berusia 10 tahun juga tetap bisa mengakses ruang-ruang dengan konten seksual seperti ruang hotel yang menampilkan avatar perempuan mengenakan stoking menggeliat di atas tempat tidur dan avatar lain yang berpose intim di tempat tidur. Ada juga ruang toilet umum yang avatarnya sedang buang air kecil dan bisa memilih aksesori fetish untuk dikenakan.

Avatar dan voice chat yang meresahkan

Para peneliti menemukan bahwa avatar uji mereka mendengar percakapan antar pemain lain yang mengungkapkan aktivitas seksual, serta suara-suara menyerupai ciuman, erangan, hingga isapan saat menggunakan fungsi obrolan suara.

Roblox menyatakan bahwa voice chat ini hanya tersedia untuk akun terverifikasi dengan nomor telepon yang terdaftar berusia 13 tahun ke atas dan diklaim dimoderasi oleh AI secara waktu nyata.

Peneliti juga menemukan, avatar uji coba yang didaftarkan berusia 40 tahun ke atas dapat meminta detail informasi Snapchat dari avatar uji coba berusia 5 tahun menggunakan kode bahasa terselubung.

Bukti-bukti penelitian ini merupakan contoh nyata betapa mudahnya anak-anak dapat mengkases konten-konten berbahaya dan ruang obrolan yang ternyata tetap menciptakan peluang bagi perilaku predator.

“Fitur keamanan baru yang diumumkan Roblox minggu lalu tidak cukup memadai, anak-anak masih bisa mengobrol dengan orang asing yang tidak ada di daftar teman mereka, dan dengan 6 juta konten experience di Roblox, ternyata banyak sekali dengan deskripsi dan rating yang tidak akurat, bagaimana mungkin orang tua bisa mengawasi semuanya?” ujar Direktur Riset Revealing Reality, Damon De Ionno.

Anggota parlemen lintas partai dan aktivis keamanan internet Beeban Kidron mengatakan, penelitian ini mengungkapkan kegagalan sistemik Roblox dalam menjaga keselamatan pengguna anak-anak. Ia menilai platform sebesar Roblox harusnya dapat melakukan penelitian ini secara rutin.

Menanggapi laporan tersebut, Chief Safety Officer Roblox Matt Kaufman, mengatakan kepercayaan dan keamanan adalah inti dari seluruh aktivitas perusahaan. Pihaknya terus mengembangkan kebijakan, teknologi, dan sistem moderasi untuk melindungi komunitas, terutama kaum muda.

“Pada 2024 saja, kami menambahkan lebih dari 40 peningkatan fitur keamanan, dan kami berkomitmen penuh untuk terus melangkah lebih jauh menjadikan Roblox ruang yang aman dan beradab bagi semua orang,” ujar Matt Kaufman.

Roblox akan diblokir?

Pemerintah Indonesia menyatakan tidak menutup kemungkinan untuk memblokir gim Roblox, jika memang terbukti banyak mengandung unsur kekerasan dan konten-konten seksual terselubung.

Pernyataan ini dikeluarkan oleh Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi. Menurut Prasetyo, pemerintah akan mengambil langkah tegas jika konten dalam Roblox dinilai sudah melewati batas.

“Kalau memang kita merasa sudah melewati batas, apa yang ditampilkan (Roblox) mempengaruhi perilaku adik-adik kita, ya tidak menutup kemungkinan,” kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, dilansir dari Kompas.com.

Keputusan ini berlaku tidak hanya untuk Roblox, tetapi gim-gim online serupa yang tidak ramah anak. Karena itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) akan melakukan evaluasi rutin dan akan menutup aplikasi-aplikasi gim maupun platform lainnya yang melanggar PP Tunas.

“Kita mau melindungi generasi kita, nggak ragu-ragu juga. Kalau memang itu mengandung unsur kekerasan, ya kita tutup, enggak ada masalah,” ujarnya.

Mendikdasmen larang anak main Roblox

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti melarang anak-anak di bawah memainkan gim Roblox. Alasannya, karena intelektualitas anak-anak di jenjang sekolah dasar belum sepenuhnya bisa membedakan mana adegan nyata dan rekayasa.

Hal ini disampaikan Mu’ti ketika melakukan kunjungan dan meninjau pemeriksaan kesehatan gratis di SDN Cideng 02 Jakarta. Pada saat itu ia meminta para siswa agar tidak kecanduan bermain ponsel.

Sejumlah siswa mengakui kegemarannya bermain Roblox. Mu’ti pun menanggapi bahwa di permainan itu banyak adegan kekerasan dan kata-kata kasar.

“Kalau main HP tidak boleh menonton kekerasan, yang di situ ada berantemnya, di situ ada kata-kata yang jelek-jelek, jangan nonton yang tidak berguna ya. Nah yang main blok-blok (Roblox) tadi itu jangan main yang itu ya, karena itu tidak baik ya,” ujar Mu’ti.

Tanggapan dari pemerhati anak

Menanggapi polemik gim Roblox, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengaku lebih mendorong komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Karena jika hanya memblokir gim Roblox, menurutnya tidak akan menyelesaikan akar masalah karena sangat mudah bagi para pengembang untuk membuat gim serupa.

“Roblox mungkin dilarang tapi nanti muncul game lain lagi. Kadang-kadang kita kurang cepat bertindak,” ujarnya.

Karena bagaimana pun, ujar pria yang akrab disapa Kak Seto itu, dunia digital terus berkembang cepat dan pesat. Di satu sisi mendorong kreatifitas anak-anak namun di sisi lain pasti ada dampak negatifnya.

“Bahayanya, ya, mohon tidak dilupakan. Yang paling penting membangun komunikasi efektif dalam keluarga, itu yang paling penting,” jelasnya. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID