digitalMamaID – Pernah mendengar biblioterapi? Biblioterapi adalah terapi yang dilakukan dengan membaca buku. Membaca buku memang sudah sejak lama dipercaya dapat menenangkan pikiran, membangkitkan empati, membantu refleksi diri, memberikan perspektif baru akan sesuatu serta menjaga kesehatan mental.
Dilansir dari Alodokter, terapi ini bukan hanya dapat membantu orang-orang dengan gangguan mental tapi, bisa juga digunakan sebagai terapi untuk mengelola amarah, rasa malu, kesedihan, penolakan, rasisme bahkan seksisme.
Manfaat biblioterapi sendiri bisa dirasakan oleh siapa pun, baik anak-anak hingga lansia dapat menjalani terapi ini. Bacaan yang direkomendasikan pun bermacam-macam, bisa berupa buku fiksi, nonfiksi, puisi, drama, cerita pendek, dan materi self-help.
Akhir pekan lalu, Pusat Bahasa Universitas Komputer Indonesia (Pusba UNIKOM) menggelar Bibliotherapy Capacity Building. Program ini mengintegrasikan kegiatan membaca karya sastra sesuai dengan usia serta menggunakan pendekatan psikologis dan pendidikan untuk memberikan terapi emosional dan mendukung pengembangan diri.
Metode biblioterapi yang dikembangkan meliputi read aloud (pembacaan interaktif), think aloud (refleksi pikiran), playbook, diskusi dan ekspresi kreatif (menggambar, menulis, drama) dan teknik regulasi emosi (grounding, 4-5-6 breathing)
Menurut Program Manager Divisi Pusba UNIKOM, Nenden Rikma Dewi manusia itu tidak bisa lepas dari membaca, manusia pada dasarnya adalah orang yang paling senang disenangkan. “Salah satunya adalah dengan dibacain (cerita) atau didongengin,” ungkapnya.
Ketika seseorang dibacakan cerita atau mendengarkan dongeng, mereka bisa merasa nyaman, aman, dan terhubung secara emosional dengan isi cerita maupun si pembaca. Keinginan manusia untuk disenangkan lewat cerita ini bisa menjadi pintu masuk untuk proses penyembuhan psikologis yang lebih dalam.
Kolaborasi dengan Pusba UNIKOM
Lewat biblioterapi, Pusba UNIKOM mendukung terselenggaranya program Digital Queen yang digagas oleh digitalMamaID. Rencananya, Pusba UNIKOM akan memberikan pendampingan biblioterapi khusus untuk anak-anak peserta pelatihan perdana Digital Queen di Cililin, Kabupaten Bandung Barat, 14-15 Juni 2025. Pendampingan ini nantinya akan disesuaikan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan di sana.

Biblioterapi dipilih untuk memberikan pengalaman positif dan edukatif bagi anak-anak di Cililin. Kegiatan ini nantinya akan fokus pada pembentukan karakter resilien dan pengenalan emosi dasar yang dimiliki anak-anak. Dalam setiap sesi, fasilitator Pusba UNIKOM memastikan bahwa semua anak, dari balita hingga remaja mengalami proses biblioterapi yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun keterampilan fasilitator dalam memberikan pendampingan yang empatik dan efektif.
Agar fasilitator yang dilatih tidak hanya menguasai teori biblioterapi, tetapi juga siap memberikan pendampingan langsung bagi anak-anak peserta pelatihan, PUSBA UNIKOM mengadakan Training of Trainers (ToT) kepada 11 orang mahasiswa Sastra Inggris dan Desain Komunikasi Visual selama dua hari, terhitung dari tanggal 26 sampai 27 April 2025.
Berdampak pada masyarakat
Dalam Workshop Bibliotherapy Capacity Building ini, para fasilitator ini diberikan berbagai materi penting juga praktek langsung dari para pembicara, Nenden Rikma Dewi S, M.Hum., Dr. Nani Nuranisah Djamal, S.Psi., M.Pd., M.Psi., Psikolog., MPC., dan di hari kedua oleh Drs. Mahruf Wahono P, M.Ud.
Acara dibuka oleh Ketua Divisi Pusat Bahasa UNIKOM, Dr. Retno Purwani Sari dan Prof. Dr. Agus Widodo, ST, MT, CSPA selaku Wakil Rektor 2 Bagian Sumber Daya, UNIKOM. Dalam sambutannya, Retno mengatakan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan pada teman-teman mahasiswa untuk bisa terjun langsung ke lapangan, berkembang, bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa berkontribusi untuk masyarakat luas.
“Bagaimana program ini bisa berdampak dan berdaya guna untuk masyarakat luas dan untuk membuat kita menjadi lebih sadar terhadap lingkungan kita,” ungkapnya.
Senada, Agus mengatakan, biblioterapi ini menjadi sebuah momentum kegiatan yang sangat berguna bagi masyarakat luas, bukan hanya civitas akademik UNIKOM saja.
“Sebelas orang ini nanti akan terus tumbuh dan berkembang memberikan semangat, spirit untuk melakukan sebuah terapi dengan cara membaca. Ini menarik, dengan membaca juga akan melakukan pengobatan pada dirinya sendiri tanpa disadarinya,” ungkapnya. [*]