Empat Pelajaran dari Drakor When Life Gives You Tangerines

Drakor When Life Gives You Tangerines
Share

digitalMamaID — Drakor When Life Gives You Tangerines menjadi salah satu drama yang tengah trending saat ini. Drama yang ditulis oleh Lim Sang-choon dan disutradarai oleh Kim Won Seok ini setiap episodenya memberikan berbagai makna kehidupan. Ditambah dengan akting para pemain yang profesional seperti IU, Park Bo Gum, Moon So Ri, dan Park Hae Joon membuat drama ini semakin melejit.

Drakor When Life Gives You Tangerines ini berlatar belakang di Pulau Jeju era 1951. Bukan hanya mengangkat kisah cinta Oh Ae Sun dan Yang Gwan Sik saja, namun juga mengangkat soal kehidupan masyarakat Jeju kala itu. Dimana sebagian besar perempuan di Jeju bekerja sebagai haenyeo (penyelam wanita).

Ae Sun tidak seperti perempuan Jeju kebanyakan. Ia bermimpi menjadi penyair. Ia berusaha keras agar bisa mengejar mimpinya. Sementara, Gwan Sik selalu di sampingnya dan mendukung di setiap langkahnya walaupun ditentang keluarganya.

Selain tentang kisa Ae Sun dan Gwan Sik, drakor ini juga bercerita tentang anak sulung mereka, Yang Geum Myeong.

Beriku empat pelajaran hidup dari drakor When Life Gives You Tangerine:

Kesetaraan gender

Perempuan di Pulau Jeju masa itu sebagian besar bermatapencaharian sebagai haenyeo, begitupun laki-laki di sana sebagai nelayan. Meskipun pada masa itu patriarki masih sangat kental namun Gwan Sik memperlakukan Ae Sun dengan sangat baik. Bukan hanya itu, Ae Sun pun menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai ketua komunitas nelayan pada masa itu.

Peran suami

Perlakuan Gwan Sik kepada Ae Sun harus diacungi jempol. Lelaki berhati baja ini selalu memberikan yang terbaik untuk istrinya meskipun dengan segala kekurangannya. Walaupun masalah ekonomi tak henti-hentinya menghampiri keluarga kecil mereka, namun Gwan Sik tidak pernah menyerah dengan keadaan. Luka di tubuhnya menandakan begitu kerasnya dia berjuang di tengah lautan. Selain itu, Gwan Sik sangat berperan besar dalam kehidupan Ae-sun yang hanya sebatang kara. Gwan Sik tidak pernah meninggalkan Ae Sun saat keluarganya menentangnya untuk bersama Ae Sun. Ia lebih memilih meninggalkan keluarganya dan hidup bersama Ae Sun.

Gwan Sik juga sangat mendukung Ae Sun untuk bisa mewujudkan mimpinya menjadi penyair. Meskipun hal itu membutuhkan waktu puluhan tahun, namun akhirnya Ae Sun berhasil membuat karyanya dalam sebuah buku. Peran besar Gwan Sik lah yang membawa Ae Sun hingga ke titik tertingginya.

Peran ayah untuk anak perempuannya

Anak sulung mereka, Yang Geum Myeong menjadi seorang putri yang sangat membanggakan. Bahkan, Ae Sun sempat menitipkan mimpinya kepada Geum Myeong. Selama hidupnya Geum Myeong mendapatkan kasih sayang penuh dari orangtuanya, terutama ayahnya. Gwan Sik selalu menjadi garda terdepan dan tempat pulang Geum Myeong.

Dalam setiap momen pentingnya, Gwan Sik selalu berada di belakangnya. Dengan dukungan penuh ayahnya, Geum Myeong tumbuh menjadi gadis pintar dan percaya diri.

Dengan diperlakukan seperti putri raja membuat Geum Myeong memiliki standar tinggi dalam memilih pasangan. Kisah cintanya pun tak semulus yang diperkirakan. Kisah Ae Sun dan Gwan Sik terulang kembali.

Hubungannya ditentang oleh keluarga pasangannya karena status. Namun bedanya pacar Geum Myeong tak seberani ayahnya. Dalam beberapa kesempatan Geum Myeong selalu mencontohkan perjuangan ayahnya ketika ingin bersama ibunya.

Hingga akhirnya, Geum Myeong mendapatkan laki-laki yang tidak jauh berbeda dengan ayahnya. Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya.

Pola asuh

Meskipun hidup dalam kemiskinan Ae Sun dan Gwan Sik kompak melarang anak-anak mereka mendapatkan pekerjaan seperti yang mereka jalani. Mereka menyekolahkan anak-anak mereka setinggi-tingginya agar tidak menjalani kehidupan sepertinya.

Selalu mendukung dan memberikan fasilitas yang layak. Namun memang dalam memberikan pola asuh tidak selalu berjalan mulus, tidak semua yang diperjuangkan sesuai harapan.

Ae Sun dan Gwan Sik mendapatkan kritikan dari anak kedua mereka. Ia selalu merasa tak dipedulikan, bahkan merasa tak terlihat sedikitpun. Yang dia rasakan selalu dibandingkan dengan kakaknya, sehingga dia memilih jalan yang salah.

Namun, itu hanya kesalahpahaman. Dari hal itu Ae Sun dan Gwan Sik mendapatkan pelajaran berharga dan menyesali kekeliruan mereka. Seperti yang Ae Sun katakan, “Sisakan yang terbaik untukmu, dan lakukan apa yang kau inginkan. Kau harus menikmati hidupmu agar tak menumbuhkan kebencian. Jika kau terus meragukan apakah tindakanmu benar atau tidak bahkan anakmu akan tahu dari ekspresi wajahmu. Saat ini kau adalah seluruh alam semesta anakmu.” [*]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID