digitalMamaID – Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan dalam hal penetrasi internet sejak pandemi Covid-19. Hal ini di dorong oleh banyak faktor seperti perkembangan infrastruktur digital, pertumbuhan pengguna ponsel pintar, akses ke platform digital, peningkatan ketersediaan wifi dan peningkatan literasi digital.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet sendiri merupakan perbandingan jumlah penduduk yang terkoneksi internet dibandingkan dengan populasi penduduk. Sedangkan tingkat kontribusi internet adalah jumlah penduduk yang mengakses internet di kategori tertentu dibandingkan dengan total pengguna internet pada kategori tersebut.
Penetrasi internet adalah indikator yang sangat penting dalam menilai sejauh mana sebuah negara atau wilayah telah mengadopsi teknologi digital.
APJII sendiri telah mengeluarkan survei penetrasi internet Indonesia 2024. Survei ini melibatkan 8720 responden yang disebar secara proposional di 38 provinsi, dengan usia minimal 13 tahun.
Survei yang dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2023 sampai 19 Januari 2024, dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dengan metode penentuan sampel menggunakan metode multistage random sampling, Margin of Error (MoE) ±1.1 % dan Relative Standard Error (RSE) 0.43%.
Masyarakat semakin terkoneksi
Hasilnya, tingkat penetrasi di Indonesia mencapai 79,50 persen. Jumlah penduduk yang terkoneksi dengan internet tahun 2024 sebanyak 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023. Pertumbuhannya terus mengalami peningkatan sejak 2018 yang mencapai 64,80 persen, 2020 mencapai 73,70 persen, 2022 mencapai 77,01 persen, 2023 mencapai 78,19 persen hingga 2024 mencapai 79,50 persen.
Berdasarkan gender, tingkat kontribusi penetrasi internet di Indonesia terbagi 50,89 persen laki-laki dan 49,11 persen perempuan. Sedangkan berdsarkan umur, paling banyak diisi oleh Gen Z (kelahiran 1997-2012) sebesar 34,40 persen, lalu Milenial (kelahiran 1981-1996) sebesar 30,62 persen, ketiga oleh Gen X (kelahiran 1965-1980) sebesar 18,98 persen, keempat Post Gen Z (kelahiran >2013), kelima Baby Boomers (kelahiran 1946-1964) sebesar 6,58 persen dan terakhir Pre Boomer (kelahiran <1945) sebesar 0,24 persen.
Kesenjangan wilayah masih lebar
Kemudian tingkat kontribusi penetrasi internet berdasarkan wilayah masih jauh perbedaannya, urban sebesar 69,49 persen sedangkan rural sebesar 30,51 persen. Berdasarkan konteks pembangunan daerah, daerah tertinggal tingkat kontribusi penetrasi internet sebesar 3,20 persen dan daerah bukan tertinggal sebesar 96,80 persen.
Sedangkan, tingkat kontribusi penetrasi internet berdasarkan pulau. Jawa menjadi paling tinggi sebesar 58,76 persen, kemudian Sumatera sebesar 21,17 persen, Sulawesi sebesar 6,32 persen, Kalimantan sebesar 6,05 persen, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 5,05 persen dan terakhir Maluku dan Papuan sebesar 2,77 persen.
Adapun beberapa alasan menggunakan internet paling banyak adalah untuk mengakses sosial media, kemudian mengakses informasi berita, lalu mengakses layanan publik, bekerja atau bersekolah secara daring, mengakses konten hiburan, transaksi online, menggunakan email, mengakses layanan keuangan dan mengakses transportasi online.
Sebaliknya, alasan tidak menggunakan internet paling banyak yaitu karena tidak dapat menggunakan perangkat, tidak punya gadget atau komputer, tidak ada sambungan internet, kuota yang mahal dan merasa tidak aman. [*]