Game Genius: Bangun Potensi Anak Penggemar Game

Ilustrasi anak main game
Share

digitalMamaID – Anak-anak mengalami perundungan siber (cyber bullying) dan terpapar konten tidak pantas saat bermain game online. Ditambah kesenjangan keterampilan literasi digital semakin membuat anak-anak terancam di dunia maya. Game Genius hadir untuk mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan manfaat game.

National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) menyebut, 60% anak-anak mengalami cyber bullying saat bermain game online. Tidak itu saja, mereka juga terpapar konten negatif. Hanya 30% anak-anak yang telah mendapatkan pendidikan formal dan bimbingan mengenai praktik bermain game yang bertanggung jawab.

Berangkat dari situasi tersebut, ICT Watch bekerja sama dengan Next Generation (NXG) menginisiasi program yang diberi nama Game Genius. Kedua lembaga ini merupakan organisasi yang bergerak di isu literasi digital. NXG bahkan memfokuskan diri pada kajian dampak video game bagi anak.

“Inisiatif Game Genius ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital, termasuk pemahaman dan pemanfaatan AI (Artificial Intelligence), melalui ragam aktifitas berbalut game,” kata Programme Director ICT Watch Ida Ayu Prasasti yang akrab disapa Sasti kepada digitalMamaID, Minggu, 6 Oktober 2024.

Game dan AI

Ia menjelaskan, AI telah mengubah banyak hal, termasuk di industri game. Saat ini, perpaduan antara AI dengan game telah menjadi bagian yang sulit dilepaskan dalam pengembangan dan pengalaman bermain.

“Termasuk misalnya jika kita lihat pada game Mobile Legends dari perusahaan pengembang Moonton yang populer di kalangan gamers Indonesia,” katanya. 

Pada game tersebut, teknologi AI digunakan dalam fitur matchmaking, hero balancing dan VS. (versus) AI. Fitur matchmaking, AI digunakan untuk mencocokkan pemain dengan lawan yang memiliki level kemampuan serupa. Pada fitur hero balancing, dengan menggunakan analisis data permainan, AI membantu menentukan kekuatan dan kelemahan setiap hero. Sehingga dapat dilakukan penyesuaian dengan cepat untuk menjaga keseimbangan permainan. Pada fitur lainnya, yaitu VS. AI. Mobile Legends pun ternyata juga menyediakan kesempatan bagi pemain untuk merasakan sensasi “bermain-main” dengan kecanggihan teknologi AI.

Jadi pemenang

Ia menjelaskan,anak-anak akan mengikuti serangkaian kegiatan yang bertujuan membanggun kemampuan berpikir kritis, daya kreatif, dan semangat berkompetisi. Dengan kemampuan yang baik, anak-anak diharapkan bisa bertahan bahkan menjadi pemenang di ekosistem digital yang berkembang cepat, termasuk dengan gempuran kecerdasan buatan (AI).

Program ini menargetkan peserta berusia 13 – 18 tahun. Kegiatan yang direncanakan mencakup kompetisi game e-sport, panel industri, dan pameran untuk board game.

Sasti mengatakan, sejumlah diskusi telah dan akan terus berkala dilakukan dengan melibatkan multistakeholder. Beberapa lembaga yang dilibatkan antara lain Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), ID-COP, Asosiasi Gim Indonesia (AGI), GamersLife.ID, serta berbagai organisasi pendidikan dan komunitas.

“Maka pemanfaatan game, termasuk teknologi AI di dalamnya, tak lagi sebatas gimmick hidangan sensasi belaka bagi anak Indonesia,” ujar Sasti. [*]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

ORDER MERCHANDISE

Bingung cari konten yang aman untuk anak?
 
Dapatkan rekomendasi menarik dan berikan pendapatmu di Screen Score!
Ilustrasi melatih anak bicara/Bukbis Ismet Candra Bey/digitalMamaID