digitalMamaID – Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan kehadiran boneka Labubu. Orang-orang bahkan rela antri panjang di Pop Mart, Gandaria City, Jakarta, demi membeli boneka viral ini. Harganya pun nggak main-main loh, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Mulai dari seri blind box sampai special edition, boneka Labubu ludes diburu kolektor dan penggemar pop culture di Indonesia.
Lalu apa itu Labubu?
Sebetulnya Labubu adalah salah satu karakter peri (elf) perempuan dari seri The Monsters yang sudah ada sejak tahun 2015. The Monsters ini karya dari seniman Tiongkok, bernama Kasing Lung yang terinspirasi dari mitologi Nordik. Menceritakan kehidupan di kampung monster dengan karakter nakal dan baik. Selain Labubu, ada karakter lain yaitu Zimomo, Tycoco, Spooky dan Pato.
Pada 2019, Lung menandatangani perjanjian lisensi eksklusif dengan Pop Mart, yang membawa karakter Labubu jadi mainan koleksi dalam berbagai bentuk dan warna, mulai dari figure vinyl, boneka dan gantungan tas.
Viral berkat Lisa BLACKPINK
Belakangan, Labubu makin menarik perhatian setelah Lisa BLACKPINK mengunggah dirinya yang sedang memegang seri Labubu Fall In Wild di Instagram stories miliknya April lalu. Di postingan lainnya, Lisa juga memamerkan koleksi Labubu yang jadi gantungan di tas Kaithe Elena dan Birkin miliknya. Akhirnya banyak pengemar yang tertarik dan mulai berburu boneka ini, terutama di Thailand. Fenomena ini akhirnya cepat banget merambat ke negara lain, termasuk Indonesia dan makin populer seiring dengan tren bag charm di tahun 2024.
Berkat kepopulerannya ini, penjualan Labubu meroket. Dilansir dari @ussfeeds harganya pun semakin mahal dari 99 Yuan (Rp 213 ribu) jadi 512 Yuan (Rp 1,1 juta). Di Singapura, ada keychain edisi khusus Merlion Labubu seharga 37,90 dolar (Rp 448 ribu), setelah sold out di Pop Mart, keychain ini di jual di e-commerce Carousell seharga 300 dolar (Rp 3,5 juta). Sampai Juli 2024, Pop Mart sudah mengeluarkan dua versi Labubu dan belasan seri The Monsters. Selain blind box, Pop Mart juga merilis karakter rahasia, yang peluang dapatnya cuma 1:72.
Bahkan sederet desainer Tanah Air pun ikut berkolaborasi mendesain busana untuk boneka Labubu. Perancang Sebastian Gunawan mendesain busana pengantin putih untuk boneka Labubu. Desainer Yogi Pratama merancang pakaian berbulu khusus Labubu dan desainer Andreas Odang membawa nuansa khas Indonesia dalam kain yang sekilas seperti tenun.
Bikin Fear of Missing Out (FOMO)
Ketenaran Labubu di media sosial saat ini bukannya tidak mungkin membuat orang merasa FOMO. Di era digital ini, FOMO bisa diartikan sebagai keresahan yang timbul ketika seseorang tidak terhubung dengan internet sehingga ia melewatkan berbagai hal menarik yang mungkin sedang terjadi di sana.
Banyak orang yang mengunggah Labubu miliknya di media sosial. Orang yang terkena FOMO merasa tidak bahagia jika ia tidak bisa mengikuti tren tersebut. Ia jadi terpacu untuk memilikinya juga, lalu mengunggahnya ke media sosial.
Mengapa FOMO terjadi? Menurut Psikolog klinis, Amy Sullivan, PsyD, dalam Cleveland Clinic FOMO dapat terjadi pada siapa saja tapi berisiko tinggi terjadi pada orang-orang yang memiliki kondisi mental yang mendasarinya (misalnya gangguan cemas atau depresi) atau orang yang memiliki tingkat harga diri yang rendah.
Orang yang rentan terhadap gangguan emosional seperti kecemasan atau depresi biasanya menarik diri atau menghindari hubungan sosial. “Cara mereka terhubung dengan orang lain adalah melalui media sosial. Sedangkan kebutuhan dasar manusia adalah untuk terhubung satu sama lain. Bila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi dan hanya bergantung pada penggunaan media sosial untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kemungkinan besar gejala yang di alami akan semakin parah,” papar Sullivan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa FOMO yaitu kondisi emosional negatif yang diakibatkan oleh kebutuhan keterhubungan sosial yang tidak terpenuhi. FOMO juga terkadang dialami orang-orang yang minim self esteem atau kepercayaan diri. Lantaran tak yakin dengan apa yang diinginkan atau sukai, seseorang reflek mengikuti apa yang orang lain miliki dan lakukan.
“Kalau self esteem-nya nggak ada, pastinya jadi ikut-ikutan orang lain karena dia sendiri nggak tahu dia sukanya apa, maunya apa. Takut kalau nggak kayak begitu (mengikuti yang orang lain lakukan), nggak sesuai sama yang orang lain lakukan, harapkan,” tutur psikolog klinis Kantiana Taslim dikutip dari Detik.
Mengikuti tren mengoleksi Labubu ini sah-sah saja ya, Mama. Tapi, jangan sampai Mama jadi impulsive buying demi validasi sosial, belilah dengan bijak dan mindful. [*]